Waspada! Teknologi AI Dapat Memudahkan Peretas Mencuri Password Anda
IKNB

Manfaat AI untuk Industri Asuransi, Apakah Bisa Menggantikan Fungsi Agen?

  • Penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam industri asuransi merupakan langkah yang sangat signifikan dalam menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh perusahaan asuransi di era digital ini.
IKNB
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam industri asuransi merupakan langkah yang sangat signifikan dalam menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh perusahaan asuransi di era digital ini. 

Project Management Office Department Head PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re, Yanriko Krishnoputro, mengatakan bahwa AI atau kecerdasan buatan, adalah teknologi yang mampu memberikan solusi cerdas melalui analisis data dan pemrosesan informasi yang cepat dan akurat di industri asuransi.

Teknologi kecerdasan buatan memanfaatkan algoritma dan model matematika yang canggih, seperti machine learning, deep learning, analisis bahasa alami, pengenalan pola, dan logika inferensial. 

AI memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi pola dalam data, membuat keputusan berdasarkan informasi yang ada, serta belajar dari pengalaman untuk meningkatkan kinerja secara progresif.

“Perusahaan asuransi di seluruh dunia kini berlomba-lomba untuk mengadopsi AI demi meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan daya saing mereka. Ada banyak cara yang dapat dilakukan perusahaan asuransi untuk memanfaatkan AI,” papar Yanriko dikutip dari situs Indonesia Re, Selasa, 19 Maret 2024.

Menurut Yanriko, berikut ini adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan industri asuransi dalam memanfaatkan AI:

Penilaian Risiko

Salah satu pendekatan yang paling umum dilakukan oleh perusahaan asuransi dalam mengadopsi AI adalah dalam penilaian risiko. Dengan memanfaatkan AI, perusahaan dapat melakukan analisis mendalam terhadap data-data kompleks seperti klaim, informasi kesehatan, dan demografi. Hal ini memungkinkan penilaian risiko calon nasabah menjadi lebih akurat.

Sebagai contoh, AI dapat dipergunakan untuk meramalkan kemungkinan kecelakaan lalu lintas bagi seseorang. Dengan menganalisis data klaim kecelakaan lalu lintas sebelumnya, seperti usia, jenis kelamin, lokasi, dan jenis kendaraan, AI dapat memperkirakan risiko yang ditanggung seseorang untuk mengalami kecelakaan di masa mendatang.

Proses Klaim

AI juga dapat menjadi solusi untuk mempercepat proses klaim. Dengan mengotomatisasi tugas-tugas yang bersifat repetitif seperti verifikasi dokumen dan pelacakan status klaim, perusahaan asuransi dapat meningkatkan kepuasan pelanggan sambil mengurangi biaya operasional.

Sebagai contoh, AI dapat digunakan untuk melakukan verifikasi dokumen klaim kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan teknologi Optical Character Recognition (OCR) untuk membaca dokumen seperti surat keterangan dokter dan gambar kerusakan kendaraan. Dengan metode ini, dokumen klaim dapat diverifikasi dengan cepat dan akurat.

Layanan Pelanggan

Pemanfaatan AI juga dapat meningkatkan kualitas layanan pelanggan dengan memberikan respons yang lebih cepat dan personal. AI dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan nasabah secara otomatis atau memberikan rekomendasi produk sesuai dengan kebutuhan individu.

Misalnya, AI dapat memberikan jawaban yang relevan terhadap pertanyaan nasabah mengenai produk asuransi jiwa dengan memanfaatkan data seperti usia, pendapatan, dan preferensi gaya hidup.

Pengembangan Produk

AI juga membuka peluang untuk mengembangkan produk asuransi yang lebih inovatif dan sesuai dengan kebutuhan nasabah.

 Melalui teknologi seperti telematika atau big data, perusahaan dapat menciptakan produk-produk yang lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan dan perilaku konsumen.

Sebagai contoh, penggunaan teknologi telematika oleh AI memungkinkan perusahaan asuransi untuk menciptakan produk yang mengikuti perilaku mengemudi nasabah. Dengan demikian, premi asuransi dapat disesuaikan secara lebih akurat berdasarkan pola perilaku mengemudi.

Dengan mengadopsi teknologi AI dalam operasional mereka, perusahaan asuransi dapat merasakan beragam manfaat yang dapat meningkatkan pendapatan dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan mereka.

Kemudian, Yanriko pun menyebutkan beberapa manfaat konkret dari penerapan AI dalam industri asuransi, yaitu:

1. Peningkatan Efisiensi

Penerapan AI dapat membantu perusahaan asuransi untuk mengurangi biaya operasional secara signifikan. Misalnya, dengan memanfaatkan teknologi AI untuk mengotomatisasi tugas-tugas yang berulang, seperti verifikasi dokumen dan pelacakan status klaim, perusahaan dapat menghemat biaya tenaga kerja dan mempercepat proses bisnis. 

Hal ini tidak hanya menguntungkan perusahaan, tetapi juga dapat meningkatkan kepuasan nasabah karena klaim dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan efisien.

2. Peningkatan Efektivitas

AI juga membantu perusahaan asuransi untuk meningkatkan akurasi dalam penilaian risiko dan kepuasan nasabah. 

Dengan analisis data yang canggih, AI dapat memprediksi kemungkinan seseorang mengalami kecelakaan atau kejadian tertentu berdasarkan pola-pola yang ditemukan dalam data historis. 

Ini memungkinkan perusahaan asuransi untuk menyesuaikan premi dan menawarkan layanan yang lebih personal kepada nasabah, sesuai dengan tingkat risiko masing-masing.

3. Peningkatan Daya Saing

Perusahaan asuransi yang mengadopsi AI akan memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan. Dengan kemampuan untuk memproses data secara cepat dan akurat, perusahaan dapat memberikan layanan yang lebih baik dan lebih responsif kepada nasabah. 

Hal ini akan meningkatkan reputasi perusahaan di pasar dan memungkinkan mereka untuk bersaing dengan lebih baik dengan pesaing-pesaingnya.

4. Pelayanan Pelanggan yang Lebih Baik

Penerapan AI juga membantu perusahaan asuransi untuk memberikan layanan pelanggan yang lebih baik. Dengan menggunakan chatbot AI, perusahaan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan nasabah secara cepat dan efisien selama 24 jam. 

Selain itu, AI juga dapat digunakan untuk memberikan rekomendasi produk yang sesuai dengan kebutuhan dan profil risiko nasabah, meningkatkan pengalaman nasabah secara keseluruhan.

5. Pengembangan Produk Inovatif

AI memungkinkan perusahaan asuransi untuk mengembangkan produk-produk inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan nasabah dengan lebih baik. 

Misalnya, dengan menggunakan teknologi telematika, perusahaan dapat mengembangkan produk asuransi yang dapat melacak perilaku mengemudi nasabah dan menawarkan premi yang lebih rendah bagi mereka yang mengemudi dengan aman. 

Ini tidak hanya menguntungkan nasabah, tetapi juga membantu perusahaan untuk mengurangi risiko dan meningkatkan profitabilitas.

Apakah AI Bisa Menggantikan Fungsi Agen?

Direktur Utama PT MSIG Life Insurance Indonesia Tbk (LIFE) Wianto Chen menyatakan pendapat yang senada dengan Yanriko mengenai manfaat AI di industri asuransi. 

Wianto menyebutkan bahwa AI bisa menggantikan aktivitas-aktivitas manusia yang sifatnya berulang atau repetitif sehingga sumber daya manusia (SDM) di perusahaan bisa difokuskan kepada kebutuhan yang lain. 

Wianto mengatakan, teknologi menjadi salah satu aspek yang saat ini tengah menjadi fokus Perseroan untuk memberikan layanan yang lebih cepat dan berkualitas kepada nasabah atau calon nasabah.

Transformasi digital yang diusung MSIG Life melibatkan pemanfaatan kecerdasan buatan secara menyeluruh, mulai dari layanan informasi, administrasi, hingga pembayaran dan pencairan klaim polis. 

Wianto mengungkapkan bahwa MSIG Life berkomitmen untuk meningkatkan kecepatan, kualitas, dan pengalaman nasabah melalui integrasi teknologi AI.

Dengan mengandalkan kemampuan AI generatif yang mampu belajar melalui metode machine learning, Wianto meyakini bahwa AI nantinya dapat melakukan tugas-tugas yang lebih kompleks ke depannya. 

“Untuk saat ini, AI bisa diandalkan untuk melakukan tugas-tugas yang sifatnya lebih repetitif. Tapi, misalnya ada nasabah yang membutuhkan informasi yang lebih dalam, di sana baru ada peran manusia,” kata Wianto pada acara peluncuran produk Smile Optima Flexilink di Jakarta beberapa waktu lalu. 

Menurut Wianto, pemanfaatan teknologi AI dalam industri asuransi jiwa bukanlah hal baru, mengingat banyak lembaga keuangan, termasuk perbankan, telah mengadopsi transformasi digital. 

Namun, inovasi MSIG Life terletak pada implementasi AI dalam proses klaim yang kompleks. Wianto meyakinkan bahwa ketika teknologi AI mencapai tingkat kemiripan 90% dengan kemampuan manusia, proses klaim dapat dilakukan dengan cepat dan efisien tanpa keterlibatan manusia.

Lebih lanjut, Wianto merinci bahwa transformasi digital yang digarap MSIG Life akan mengalami perkembangan dramatis dalam beberapa tahun ke depan, dengan fokus pada kecepatan, kualitas, dan pengalaman nasabah. 

Nasabah diharapkan dapat melakukan transaksi dan klaim kapan saja dan di mana saja, menciptakan pengalaman pelanggan yang lebih canggih dan praktis.

Terkait dengan nasib karyawan, Wianto menegaskan bahwa MSIG Life akan memberdayakan karyawan melalui upskilling dan peningkatan keterampilan agar tetap relevan di era transformasi digital. 

Langkah OJK untuk Mengoptimalkan Pemanfaatan AI di Industri Asuransi

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) telah merilis sebuah studi yang mempertimbangkan pemanfaatan teknologi di sektor asuransi dengan tujuan meningkatkan penilaian risiko dan mengurangi risiko bagi pemegang polis. 

Peluncuran kajian yang berjudul "Memanfaatkan Teknologi untuk Penilaian Risiko dan Pengurangan Risiko dalam Asuransi" diselenggarakan di Bali dalam format diskusi kelompok, dihadiri oleh 85 peserta dari 27 negara.

Dikutip dari pengumuman di situs OJK, Ogi Prastomiyono, Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, mengungkapkan bahwa potensi pemanfaatan teknologi di sektor asuransi sangatlah besar. 

Teknologi dapat digunakan untuk memperluas jangkauan dan layanan asuransi, serta mencegah praktek jualan produk asuransi yang tidak tepat, melalui penggunaan analisis big data dan kecerdasan buatan. 

Hal ini bertujuan untuk memastikan kesesuaian produk yang ditawarkan dengan profil, preferensi, dan kebutuhan pemegang polis.

Selain itu, Ogi menyoroti pentingnya pemanfaatan teknologi dalam meningkatkan kualitas layanan purna jual, khususnya dalam proses klaim dan pembayaran manfaat asuransi, serta penanganan keluhan dengan lebih efisien. 

Dia juga menyampaikan bahwa nilai ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai lebih dari US$200 miliar sampai US$300 miliar pada tahun 2030 dengan jumlah pengguna internet mencapai 215 juta atau sekitar 77% dari total populasi.

Di sisi lain, Chair OECD Insurance and Private Pensions Committee (IPPC), Yoshihiro Kawai, menyatakan bahwa teknologi dapat membantu mengurangi risiko bagi pemegang polis dengan meningkatkan kemampuan perusahaan asuransi dalam menilai risiko secara akurat, mengenali risiko dengan lebih baik, dan melakukan mitigasi risiko yang lebih efektif. 

Namun, dia juga menekankan perlunya manajemen risiko yang hati-hati terhadap dampak penggunaan teknologi baru ini, baik bagi perusahaan asuransi maupun pemegang polis, melalui pengembangan regulasi dan pengawasan yang sesuai.

Timothy Bishop, seorang Analis Kebijakan Senior dari OECD, menambahkan bahwa regulator dan pengawas asuransi memiliki peran penting dalam memastikan bahwa penggunaan teknologi oleh perusahaan asuransi tidak mengorbankan perlindungan konsumen. Mereka harus menjaga keseimbangan antara mendorong inovasi teknologi dan melindungi konsumen.