Mantap, Potensi Kakap Putih Meranti Capai 10.500 Ton per Tahun
Industri

Mantap, Potensi Kakap Putih Meranti Capai 10.500 Ton per Tahun

  • JAKARTA – Untuk mempercepat pembangunan perikanan Kabupaten Meranti yang merupakan wilayah kepulauan dengan potensi pengembangan budidaya laut yang besar, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Pemerintah Provinsi Riau sepakat memilih komoditas kakap putih sebagai komoditas unggulan. “Pertimbangannya, karena kakap putih ini punya pangsa pasar yang luas dan bisa didorong untuk menghasilkan devisa”, ungkap Direktur Jenderal […]

Industri

wahyudatun nisa

JAKARTA – Untuk mempercepat pembangunan perikanan Kabupaten Meranti yang merupakan wilayah kepulauan dengan potensi pengembangan budidaya laut yang besar, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Pemerintah Provinsi Riau sepakat memilih komoditas kakap putih sebagai komoditas unggulan.

“Pertimbangannya, karena kakap putih ini punya pangsa pasar yang luas dan bisa didorong untuk menghasilkan devisa”, ungkap Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto dalam siaran pers yang diunggah KKP, pada Senin (10/02).

Komoditas budidaya laut, khususnya kakap putih akan difokuskan pemerintah untuk kepentingan ekspor. Dimana target dari tujuan ekspor komoditas ini yaitu China, Taiwan, Jepang, USA, dan Uni Eropa.

“Kawasan yang akan kita kembangkan di Meranti akan menjadi pilot project nasional, nanti kita lihat hasil proses bisnisnya seperti apa. Saya optimis, jika mampu kita optimalkan, Indonesia akan berpeluang menguasai suplai share ekspor kakap putih dan ini akan mendongkrak devisa kita secara signifikan”, ujar Slamet.

Dengan pengembangan budidaya kakap putih di Kabupaten Meranti, diharapkan akan memicu daerah lain untuk menerapkan model serupa. Pemerintah juga mengharapkan dengan ini akan memberikan multiplier effect yang besar bagi ekonomi dan perluasan tenaga kerja.

“Kita akan pastikan ada multistakeholders yang terlibat mulai dari hulu hingga hilir. Termasuk nanti bagaimana membangun jejaring pasar baik untuk lokal maupun ekspor”, imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Meranti, Eldy Syahputra mengatakan potensi efektif budidaya kakap putih sekitar 175 ha, dengan potensi produksi diperkirakaan mencapai 10.500 ton pertahun.

“Saya kira melalui penetapan Kabupaten Meranti sebagai pusat kawasan budidaya kakap putih, nanti diharapkan ada kontribusi bagi ekonomi daerah”, kata Eldy.

Dalam lima tahun terakhir, Pemerintah sudah mulai menggarap program budidaya lewat keramba jaring apung. Dengan menebar 84 unit KJA serta dikelola sekitar 260 nelayan dengan produksi kakap putih mencapai 60 ton per tahun.

“Untuk market, pangsanya sangat menjanjikan. Setiap kilo-nya bisa dijual dengan harga Rp 70 ribu sampai Rp 80 ribu. Ini untuk permintaan pasar lokal di Provinsi Riau, apalagi nanti ke depan jika mampu tembus ekspor dipastikan nilai tambahnya lebih tinggi lagi”, pungkasnya.

Sementara itu, Slamet menyatakan potensi indikatif budidaya laut mencapai 12,1 juta hektar dengan potensi nilai ekonomi sebesar 150 milyar USD per tahun jika pemanfaatan dilakukan secara optimal (diluar komoditas rumput laut).

Masih kurangnya pemanfaatan terhadap potensi budidaya laut, yang hanya sebesar 10%. Maka ini menjadi tugas pemerintah dalam lima tahun ke depan, untuk dapat menggali lebih dalam potensi yang ada menjadi sumber ekonomi.

Potensi Lainnya

Budidaya laut merupakan upaya pemerintah dalam pembangunan perikanan budidaya nasional ke dapan, mengingat masih terdapat banyak potensi yang masih bisa dimanfaatkan. Hal ini dilakukan untuk menunjang kontribusi sektor perikanan terhadap PDB nasional.

Selain kakap putih, sebelumnya program prioritas KKP difokuskan pada komoditas ikan kerapu. Proses pembudidayaannya dilakukan menggunakan metode keramba apung di laut.

Potensi komoditas ini juga memiliki potensi yang cukup menguntungkan. Pasalnya, ikan kerapu cenderung lebih stabil dan banyak diminati.

Sepanjang tahun 2018, komoditas ikan kerapu telah mampu melakukan 11 kali ekspor, dengan negara tujuan utama yakni Hongkong dan Tiongkok. Ekspor kerapu dari Natuna dalam sekali pengiriman mampu menghasilkan minimal 16 ton setara dengan Rp 1,45 milyar.