Manufaktur ASEAN Masih Sulit, PMI RI Naik Tipis Singapura Tertinggi
JAKARTA – Data Purchasing Managers’ Index (PMI) dari IHS Markit menunjukkan penurunan di sektor manufaktur di kawasan ASEAN berlanjut pada bulan Oktober. Kondisi operasional menurun selama delapan bulan berjalan, meskipun tingkat penurunan sedikit berkurang pada bulan ini dan tergolong ringan. Penyebab penurunan terakhir adalah kontraksi lebih lanjut pada jumlah output dan volume pesanan, dengan tingkat […]
Industri
JAKARTA – Data Purchasing Managers’ Index (PMI) dari IHS Markit menunjukkan penurunan di sektor manufaktur di kawasan ASEAN berlanjut pada bulan Oktober.
Kondisi operasional menurun selama delapan bulan berjalan, meskipun tingkat penurunan sedikit berkurang pada bulan ini dan tergolong ringan.
Penyebab penurunan terakhir adalah kontraksi lebih lanjut pada jumlah output dan volume pesanan, dengan tingkat penurunan sedikit melambat dan masih tergolong sedang secara keseluruhan. Namun, perusahaan tetap optimis terhadap prospek output 12 bulan.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
“Kondisi operasional memburuk selama delapan bulan berturut-turut di tengah penurunan produksi pabrik dan pesanan baru, dengan tingkat penurunan hanya sedikit berkurang pada bulan ini,” kata Lewis Cooper, Ekonom IHS Markit, dikutip dari publikasi periode Oktober, Rabu 4 November 2020.
PMI di kawasan ASEAN berada di angka 48,6 pada bulan Oktober, naik sedikit dari data September yaitu di angka 48,3. Meski naik, tetapi masih di bawah ambang batas krusial 50,0.
PMI Tiap Negara
Empat dari tujuh negara konstituen mengalami penurunan kondisi selama Oktober. Kontraksi paling tajam tercatat di Myanmar, di mana indeks headline turun mendekati rekor terendah (30,6).
Selain itu, kondisi di Indonesia menurun selama dua bulan berjalan. Berada di level 47,8, manufaktur Indonesia mengalami penurunan tingkat sedang, meskipun lebih rendah dari bulan September.
Sebaliknya, Malaysia mengalami tingkat kontraksi yang lebih cepat, pada angka 48,5, angka headline menunjukkan penurunan ringan pada kondisi secara keseluruhan.
Sementara, Filipina adalah salah satu di antara beberapa negara konstituen yang mencatat headline PMI di bawah angka 50,0 pada bulan Oktober yakni 48,5.
Pada saat yang bersamaan, Thailand mencatat peningkatan ke level 50,8, menjadi yang tertinggi selama lebih dari satu setengah tahun. Vietnam mengalami pertumbuhan berkelanjutan pada bulan Oktober, dengan headline PMI (51,8) yang menunjukkan ekspansi tingkat sedang.
Terakhir, Singapura mencatat peningkatan kondisi manufaktur untuk pertama kalinya sejak bulan Juli 2018 selama bulan Oktober yakni (52,0). Angka ini menjadi yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN lainnya.
“Secara keseluruhan, kondisi sektor manufaktur ASEAN masih dalam situasi menantang pada bulan Oktober,” tambahnya.
Pelambatan produksi di pabrik dan permintaab menjadi biang kerok penurunan PMI manufaktur secara keseluruhan. Namun, tingkat penurunan memang tidak begitu mencolok seperti yang terjadi pada bulan September.
Permintaan yang lemah dari luar negeri juga masih menjadi hambatan utama, karena pesanan ekspor baru terus menurun tajam. Data terbaru juga menyoroti tanda-tanda lemahnya tekanan kapasitas, karena penumpukan pekerjaan menurun lagi.
Akibatnya, pelepasan pekerjaan terus berlanjut, dengan laju pengurangan jumlah staf sedikit berubah pada bulan ini dan tergolong tajam secara keseluruhan. Di tengah permintaan klien yang lemah, perusahaan terus mengurangi aktivitas pembelian pada bulan Oktober.