Manusia Cenderung Prioritaskan Orang yang Dicintainya, Ini Alasannya
- Para peneliti dari ANU, University of Canberra, dan University of South Australia telah mengukur bagaimana bagian otak bertanggung jawab atas pengagungan terhadap orang yang dicintai dalam keadaan jatuh cinta.
Sains
JAKARTA - Ada pepatah yang mengatakan cinta itu buta dan penelitian baru-baru ini yang dilakukan di Australia menguraikan alasannya.
Penelitian ini mempelajari hubungan antara cinta romantis dan sistem aktivasi perilaku otak (BAS) untuk pertama kalinya.
Para peneliti dari ANU, University of Canberra, dan University of South Australia telah mengukur bagaimana bagian otak bertanggung jawab atas pengagungan terhadap orang yang dicintai dalam keadaan jatuh cinta.
Penelitian melibatkan 1.556 orang dewasa muda yang mengaku "jatuh cinta,". Pertanyaan survei difokuskan pada respons emosional terhadap pasangan, perilaku di sekitar pasangan, dan tingkat fokus pada orang yang dicintai di atas segalanya.
- Saham ‘Terbakar’ Jadi Rp2 per Unit, BUMN Genggam 14% Saham SBAT
- Daftar Laporan Awal Dana Kampanye, Pengeluaran PSI Mencengangkan
- Respons Pelni Soal Dugaan Korupsi di Perusahaan
- PGN Salurkan 879 BBTUD Gas Bumi Sepanjang Nataru
Hasilnya menunjukkan bahwa ketika seseorang jatuh cinta, otaknya merespons secara berbeda, menjadikan objek kasih sebagai pusat perhatian utama dalam hidupnya.
Temuan ini memberikan wawasan tentang mekanisme di balik cinta romantis, suatu topik yang telah menarik perhatian selama berabad-abad.
Kita tahu bahwa cinta romantis memengaruhi otak, melepaskan hormon cinta bernama oksitosin yang bertanggung jawab atas perasaan bahagia saat jatuh cinta.
Adam Bode, peneliti utama dari ANU, mengatakan studi ini memberikan wawasan tentang mekanisme cinta romantis. "Kita tahu sangat sedikit tentang evolusi cinta romantis. Oleh karena itu, setiap temuan tentang evolusi cinta romantis adalah bagian penting dari teka-teki yang baru saja dimulai," kata Bode.
Dr. Phil Kavanagh, Dosen Universitas Canberra dan Adjunct Associate Professor di UniSA, mengatakan bahwa cinta romantis terkait dengan perubahan perilaku dan emosi. "Kita tahu peran oksitosin dalam cinta romantis, karena kita mendapatkan gelombangnya ketika berinteraksi dengan orang yang kita cintai,” terangnya
“Cara orang yang kita cintai menjadi istimewa karena oksitosin bersatu dengan dopamin, zat kimia yang dilepaskan otak selama cinta romantis. Pada dasarnya, cinta mengaktifkan jalur otak yang terkait dengan perasaan positif." pungkasnya.