Marak ChatGPT, Mahasiswa Princeton Buat Aplikasi Pendeteksi Tugas yang Dikerjakan oleh Mesin AI
Tekno

Marak ChatGPT, Mahasiswa Princeton Buat Aplikasi Pendeteksi Tugas yang Dikerjakan oleh Mesin AI

  • Mahasiswa Universitas Princeton jurusan Ilmu Komputer, Edward Tian membuat aplikasi yang dapat membantu mendeteksi apakah sebuah teks ditulis oleh manusia atau menggunakan alat kecerdasan buatan seperti ChatGPT.

Tekno

Justina Nur Landhiani

JAKARTA - Desember 2022 lalu banyak orang ramai membicarakan mengenai Chat GPT. Chat GPT sendiri adalah sebuah chatbot yang termasuk dalam platform kecerdasan buatan (AI) penghasil teks OpenAI. 

ChatGPT ini memiliki sistem kerja seperti DALL-E, yaitu menggunakan algoritma atau machine learning yang akan membuat pengguna merasa seperti sedang berkirim pesan atau bercakap-cakap dengan orang sungguhan. 

Selain itu, ChatGPT juga dapat dimanfaat untuk mendapatkan jawaban dari berbagai pertanyaan. Bahkan, ChatGPT juga dapat digunakan sebagai bot untuk membuat pesan yang lebih terstruktur untuk dikirim ke orang lain.

Melihat hal tersebut, tidak mengherankan jika ChatGPT sering disebut sebagai pengganti Google. Tidak hanya itu, ChatGPT juga digunakan untuk membuat teks yang bisa dimanfaatkan oleh para mahasiswa atau pelajar untuk membuat tugasnya.

Seperti yang dilansir dari laman CBS News dan Entrepreneur, seorang mahasiswa Universitas Princeton jurusan Ilmu Komputer, Edward Tian membuat aplikasi yang dapat membantu mendeteksi apakah sebuah teks ditulis oleh manusia atau menggunakan alat kecerdasan buatan seperti ChatGPT.

Edward Tian mengatakan bahwa algoritma di balik aplikasinya yang disebut GPTZero diklaim dapat mendeteksi dengan cepat dan efisien apakah sebuah esai hasil buatan ChatGPT atau tulisan manusia.

GPTZero, Aplikasi Pendeteksi Tugas yang Dikerjakan AI/ Foto: http://gptzero.me/

Cara Kerja Aplikasi Pendeteksi Tugas yang Dikerjakan AI

Aplikasi tersebut memeriksa dua variabel dalam setiap tulisan. pertama, melihat ‘perplexity’ atau kebingungan dan kerumitan dari sebuah teks. Teks yang ditulis oleh manusia cenderung lebih tidak dapat diprediksi daripada sebuah teks yang diproduksi oleh bot.

Jika sebuah teks tampak sangat acak dan sangat asing serta aplikasi dibuat bingung olehnya, maka bisa jadi teks tersebut dibuat oleh manusia. Jika sebuah teks sangat akrab dengan aplikasi GPTZero dan nilai perplexity-nya rendah, maka itu artinya teks tersebut dibuat oleh mesin.

Selain itu, algoritma ini juga memeriksa ‘burstiness’ atau ledakan yang artinya algoritma tersebut akan mengukur variasi atau ketidakkonsistenan dalam sebuah teks. 

Edward Tian juga menambahkan bahwa versi beta GPTZero ini sudah digunakan oleh lebih dari 20.000 pengguna dan para guru dari seluruh dunia telah berterima kasih kepadanya karena telah mempermudah pekerjaan mereka untuk mendeteksi tugas yang dibuat oleh ChatGPT. Edward sendiri juga sama sekali tidak menentang ChatGPT. Akan tetapi,ia mempercayai bahwa manusia tetap harus dan berhak mengetahui kebenaran tentang apa itu AI atau kecerdasan buatan dan apa yang benar-benar dihasilkan oleh manusia.