
Marak Kabar Pertamax Oplosan, Begini Mekanisme Proses Blending Industri Minyak
- Proses blending dilakukan untuk meningkatkan kualitas BBM serta memastikan kesesuaiannya dengan standar yang telah ditetapkan. Penjelasan ini sekaligus menepis anggapan negatif di masyarakat bahwa Pertamina melakukan praktik oplosan BBM, seperti mencampur Pertalite menjadi Pertamax.
Nasional
JAKARTA - Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, menegaskan bahwa praktik blending bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia merupakan kegiatan yang legal dan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Proses ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas BBM serta memastikan kesesuaiannya dengan standar yang telah ditetapkan. Penjelasan ini sekaligus menepis anggapan negatif di masyarakat bahwa Pertamina melakukan praktik oplosan BBM, seperti mencampur Pertalite menjadi Pertamax.
“Kami pastikan bahwa produk yang sampai ke masyarakat itu sesuai dengan speknya masing-masing,” jelas Joko dalam keterangan resmi, di Jakarta, Kamis, 27 Februari 2024.
Blending bahan bakar minyak (BBM) bertujuan untuk meningkatkan mutu dengan menaikkan Research Octane Number (RON), yang berperan dalam meningkatkan efisiensi pembakaran, mengurangi emisi gas buang, serta mendukung performa mesin kendaraan.
Menurut Djoko, proses tersebut tidak hanya menguntungkan kendaraan tetapi juga lebih ramah lingkungan. Dalam proses blending, BBM dicampur dengan zat aditif seperti Nafta, yang berfungsi meningkatkan angka oktan tanpa mengubah komposisi utama bahan bakar.
- Kredivo Akuisisi GajiGesa, Sediakan Solusi Cairkan Gaji Sebelum Tanggal Gajian
- Korupsi Pertamina Buat Kepercayaan Publik Runtuh
- Catat! Diskon Listrik 50 Persen Akan Berakhir pada 28 Februari 2025
Sebagai contoh, Pertamax dengan RON 92 dapat ditingkatkan menjadi Pertamax Turbo dengan RON 98 melalui penambahan aditif.
Di Indonesia, blending BBM dilakukan untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan regulasi lingkungan.
Salah satu metode yang digunakan adalah mencampur BBM dengan RON lebih rendah dengan BBM RON lebih tinggi, seperti Pertalite (RON 90) yang merupakan hasil pencampuran Premium (RON 88) dan Pertamax (RON 92).
Selain itu, peningkatan angka oktan juga dapat dilakukan dengan menambahkan aditif oktan booster seperti Methyl Tertiary Butyl Ether (MTBE) atau etanol.
Beberapa produk BBM hasil blending yang telah diterapkan di Indonesia antara lain Pertamax Green 95, yang mengandung campuran etanol untuk meningkatkan kualitas pembakaran dan mengurangi emisi.
Dalam kategori bahan bakar diesel, pemerintah juga mengembangkan Solar B35, campuran minyak solar dengan 35% biodiesel, sebagai bagian dari upaya meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Mekanisme Proses Blending dalam Industri Minyak
BBM yang diterima oleh perusahaan seperti PT Pertamina Patra Niaga berasal dari dua sumber utama, yaitu kilang dalam negeri dan impor.
BBM yang masuk umumnya sudah memiliki nilai oktan tertentu, seperti RON 90 untuk Pertalite dan RON 92 untuk Pertamax. Namun, dalam bentuk ini, BBM masih berupa base fuel yang belum mengandung zat aditif.
Setelah diterima, BBM menjalani proses injeksi blending, di mana zat aditif ditambahkan sebelum didistribusikan ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
"Baik yang dari luar negeri maupun yang dari dalam negeri, itu kita sudah menerima dalam bentuk RON-nya sudah 92. Yang membedakan adalah, meskipun sudah dalam RON 90 maupun RON 92, itu sifatnya masih base fuel, artinya belum ada aditif," jelas Pelaksana Tugas Harian (PTH) Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI, Rabu, 27 Februari 2024.
Takaran aditif ini disesuaikan dengan standar internasional, misalnya pada Pertamax (RON 92), aditif yang digunakan adalah 0,33 milliliter per liter BBM.
Salah satu pemasok utama zat aditif untuk Pertamina adalah Afton Chemical, perusahaan asal Amerika Serikat. Penambahan aditif dalam BBM memiliki berbagai manfaat.
"Produknya untuk aditif cuma satu yang kita pakai. Kita mempunyai produk untuk Pertamax, aditifnya sebenarnya dari Afton," tambah Ega.
Antara lain, meningkatkan efisiensi pembakaran sehingga konsumsi bahan bakar lebih optimaldan mengurangi pembentukan deposit pada mesin sehingga memperpanjang usia kendaraan.
Selain itu zat aditif juga diklaim dapat menjaga kebersihan sistem bahan bakar dan meningkatkan kinerja mesin, serta mengurangi emisi gas buang yang berkontribusi terhadap pencemaran udara.
- Kredivo Akuisisi GajiGesa, Sediakan Solusi Cairkan Gaji Sebelum Tanggal Gajian
- Korupsi Pertamina Buat Kepercayaan Publik Runtuh
- Catat! Diskon Listrik 50 Persen Akan Berakhir pada 28 Februari 2025
Untuk memastikan kualitas BBM yang terdistribusi tetap terjaga, Pertamina melakukan serangkaian pengujian di berbagai tahap.
Pengujian ini dilakukan sebelum pemuatan (before loading), setelah pemuatan (after loading), dan sebelum pembongkaran (before discharge).
Selain itu, uji kualitas juga dilakukan secara rutin di terminal penyimpanan dan SPBU. Proses yang sama juga diterapkan oleh perusahaan lain seperti Shell Indonesia dan BP-AKR.
Shell Indonesia, misalnya, mengimpor BBM RON 92 dari Singapura dalam bentuk base fuel, kemudian menambahkan aditif di terminal sebelum distribusi.
Sementara BP-AKR bekerja sama dengan Lemigas untuk melakukan pengujian berkala guna memastikan kualitas BBM tetap terjaga.
Proses blending BBM menjadi langkah krusial dalam menjamin kualitas bahan bakar yang digunakan oleh masyarakat. Dengan adanya penambahan aditif yang sesuai standar, BBM tidak hanya lebih efisien dalam pembakaran tetapi juga lebih ramah lingkungan.