Didi Kaspi Kasim, Pemimpin Redaksi National Geographic Indonesia, mengungkapkan pentingnya pendekatan baru dalam menyampaikan pesan terkait perubahan iklim. Dalam acara Marcomm Summit 2024 bertema "Redefining the Marketing Playbook for Sustainable Growth” yang diselenggarakan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di M Bloc Space Jakarta, Kamis, 21 November 2024.
IKNB

Marcomm Summit: Merancang Ulang Komunikasi Digital Industri Asuransi yang Berkelanjutan

  • Narasi klasik seperti “jangan buang sampah sembarangan” sudah sering didengar dan tidak lagi efektif di era pemasaran digital dewasa ini.

IKNB

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – Pemimpin Redaksi National Geographic Indonesia, Didi Kaspi Kasim mengungkapkan pentingnya pendekatan baru dalam menyampaikan pesan terkait perubahan iklim. 

Didi menyatakan bahwa narasi klasik seperti “jangan buang sampah sembarangan” sudah sering didengar dan tidak lagi efektif. 

“Kita harus mengganti narasi yang sudah lelah itu dengan sudut pandang baru yang lebih relevan dan mengena,” ujar Didi dalam acara Marcomm Summit 2024 di Jakarta, Kamis, 21 November 2024.

Ia menambahkan, narasi yang tidak bekerja harus diganti dengan pendekatan yang lebih berempati dan sesuai dengan pengalaman nyata masyarakat.

Ia memberikan contoh bagaimana perubahan iklim telah berdampak signifikan pada kehidupan petani di pedesaan. “Di Lampung Barat, para petani tidak lagi bisa memprediksi panen. Siklus tanaman seperti durian, jengkol, petai, hingga cabai sudah tidak beraturan. Ini adalah malapetaka bagi mereka yang bergantung pada hasil bumi untuk hidup,” jelas Didi.

Konteks Lokal dalam Perubahan Iklim

Menurut Didi, masyarakat adat memiliki kearifan lokal yang bisa menjadi solusi menghadapi perubahan iklim. Ia menyebut tradisi Sasi di Papua sebagai contoh bagaimana masyarakat lokal menjaga sumber daya alam melalui peraturan adat. 

“Di Papua, Sasi adalah kesepakatan bersama untuk tidak mengambil apapun dari laut dalam periode tertentu. Tradisi ini lebih efektif dibandingkan undang-undang formal dalam melindungi ekosistem,” kata Didi.

Ia juga menyoroti potensi besar Indonesia dalam mengelola karbon biru. Dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia dan ekosistem mangrove yang luas, Indonesia memiliki peluang menjadi climate superpower

“Kita punya potensi besar untuk menyerap karbon melalui ekosistem pesisir, tetapi sayangnya perhatian terhadap pesisir seringkali minim,” tambahnya.

Fokus pada Kesadaran Konsumen

Didi juga menekankan pentingnya membangun kesadaran konsumen untuk menciptakan perubahan yang berarti. Ia memperkenalkan konsep conscious capitalism, yaitu kapitalisme yang lebih berkesadaran. 

“Kita tidak bisa menghapus kapitalisme, tetapi kita bisa mengubah cara kerja kapitalisme menjadi lebih berkelanjutan. Konsumen sekarang cenderung memilih produk yang menunjukkan komitmen nyata terhadap lingkungan dan masyarakat,” ujarnya.

Didi memberikan contoh sederhana, seperti dua merek air mineral. “Sekarang orang tidak hanya membeli karena iklan, tetapi juga karena brand itu peduli pada lingkungan. Apa yang sudah mereka lakukan untuk mengurangi dampak negatif terhadap alam?” katanya.

Media sebagai Penggerak Perubahan

Sebagai Pemimpin Redaksi National Geographic Indonesia, Didi percaya bahwa media memiliki peran penting dalam mengarahkan agenda sosial dan menjaga peradaban. 

Ia menegaskan bahwa tugas media saat ini bukan hanya memberitakan, tetapi juga memimpin gerakan perubahan. “Media harus memiliki premis dan sudut pandang yang kuat untuk membantu masyarakat memahami dan menghadapi isu-isu besar seperti perubahan iklim,” jelasnya.

Didi menyebutkan bahwa konten yang dihasilkan National Geographic Indonesia berfokus pada menceritakan kisah dengan sudut pandang baru. 

“Kami ingin menyebarkan konsep conscious buying, conscious tourism, dan conscious fashion. Semua ini bertujuan untuk mendorong masyarakat lebih bijak dalam konsumsi dan pilihan gaya hidup,” tambahnya.

Tantangan dan Peluang di Era Antroposen

Didi menyoroti bahwa kita sudah memasuki era Antroposen, yaitu era di mana manusia memiliki pengaruh besar terhadap bumi dan lingkungan. 

“Aktivitas manusia telah mempengaruhi alam dalam skala masif. Ini merupakan akibat dari akselerasi kerusakan alam yang begitu cepat,” ujar Didi, yang mengutip data dari CoAction Indonesia dan University of Tasmania mengenai penurunan PDB Indonesia dan tingkat kepunahan spesies akibat perubahan iklim. 

Menurut Didi, semakin meningkatnya suhu global mengancam keberlangsungan hidup banyak spesies, dengan tingkat kepunahan yang terjadi hingga seribu kali lebih cepat dibandingkan yang seharusnya.

Namun, Didi juga melihat adanya peluang besar untuk menciptakan dampak positif dalam era ini. Ia menyoroti bahwa Indonesia, dengan luas wilayah laut 3.257.357 km² dan panjang garis pantai 99.083 km, memiliki ekosistem pesisir yang sangat kaya. 

“Ekosistem pesisir kita, termasuk hutan mangrove, adalah salah satu yang terbesar dan dapat menyimpan emisi karbon dalam jumlah besar. Inilah yang kita sebut sebagai blue carbon,” kata Didi.

Potensi ini membuka peluang ekonomi berkelanjutan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir sekaligus berkontribusi pada pengurangan dampak perubahan iklim. 

“Namun, kita seringkali mengabaikan manfaat besar dari ekosistem pesisir, padahal inilah yang bisa menjadi kunci dalam menghadapi perubahan iklim,” tambahnya.

Baca Juga: Industri Asuransi Jiwa Tetap Optimistis meski Daya Beli Turun karena Kenaikan PPN, Ini Alasannya

Potensi Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia

Didi juga membahas potensi besar sektor pariwisata berkelanjutan di Indonesia. Ia mencatat bahwa saat ini, generasi muda, terutama milenial dan Gen Z, lebih cenderung memilih produk dan destinasi yang peduli terhadap isu lingkungan. 

Menurut laporan IDN Millennial & Gen Z Report 2022, 67% milenial lebih tertarik membeli produk dari brand yang peduli terhadap lingkungan, sementara 66% Gen Z siap membayar lebih untuk perusahaan yang berkomitmen mengatasi perubahan iklim.

Didi menjelaskan beberapa jenis pariwisata berkelanjutan yang dapat dikembangkan, seperti wellness tourism yang berfokus pada kesehatan dan spiritualitas, sustainable tourism yang mempromosikan pengembangan manusia dan pelestarian lingkungan, serta sport tourism dan nomadic travel yang menawarkan pengalaman unik dan mendukung mobilitas pekerja digital. 

“Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor pariwisata ini, terutama dengan kekayaan alam dan budaya yang luar biasa,” ungkap Didi.

Langkah Nyata untuk Masa Depan

Sebagai penutup, Didi menekankan bahwa langkah kecil yang dilakukan hari ini dapat memberikan dampak besar di masa depan. Ia mengajak seluruh pihak untuk melihat perubahan iklim sebagai peluang untuk menciptakan solusi baru yang inovatif dan berkelanjutan.

“Kita harus berhenti mengulangi narasi yang sama. Sudah saatnya kita membuat agenda setting yang mengarah pada perubahan nyata. Mari jadikan Indonesia sebagai pelopor dalam menghadapi perubahan iklim dengan mengedepankan kearifan lokal, inovasi, dan kesadaran kolektif,” pungkasnya.

Redefinisi Strategi Pemasaran Demi Pertumbuhan Berkelanjutan: Sorotan MarComm Summit 2024

AAJI sukses menggelar MarComm Summit 2024 dengan tema “Redefining the Marketing Playbook for Sustainable Growth”. Forum strategis ini menjadi langkah penting bagi industri asuransi jiwa untuk menjawab ekspektasi masyarakat terhadap keberlanjutan melalui penerapan ESG (Environment, Social, Governance) serta pencapaian Sustainable Development Goals (SDG). Berikut rangkuman kegiatan menarik yang berlangsung di M-Bloc Live House, Blok M, Jakarta.

Urgensi Keberlanjutan dalam Dunia Bisnis dan Perubahan Preferensi Konsumen

Survei KG Media Lestari pada tahun 2023 menunjukkan bahwa 68% responden menyatakan ketertarikan untuk beralih ke merek yang mengadopsi program berkelanjutan. 

Bahkan, 53% responden bersedia membayar lebih untuk produk atau layanan yang mendukung SDG. Fakta ini mempertegas pentingnya integrasi keberlanjutan sebagai elemen strategis untuk memenangkan loyalitas pelanggan.

Di tengah tren ini, EcoAI (kecerdasan buatan yang terintegrasi dengan prinsip keberlanjutan) menjadi sorotan utama dalam forum ini. Konsep ini membuka paradigma baru untuk meningkatkan efisiensi operasional sekaligus menciptakan nilai tambah yang relevan bagi nasabah, sembari turut berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan.

Tantangan Penetrasi dan Komitmen Inovasi Industri Asuransi Jiwa

Novita Rumngangun, Ketua Bidang Marketing & Komunikasi AAJI, mengingatkan pentingnya inovasi dalam menghadapi stagnasi penetrasi asuransi jiwa di Indonesia, yang pada Semester I 2023 masih berada di angka 0,8%. 

“Kita tertinggal jauh dari negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Oleh karena itu, industri ini perlu mengharmoniskan profitabilitas dengan teknologi dan keberlanjutan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perlindungan finansial dan lingkungan,” ujarnya.

Risiko Iklim dan Peran ESG dalam Menghadapi Tantangan Global

Deputi Komisioner OJK, Iwan Pasila, menegaskan bahwa risiko iklim menjadi tantangan terbesar di industri asuransi jiwa. Di Asia, risiko ini mencakup bencana alam, ancaman siber, dan kesenjangan perlindungan seperti tabungan pensiun. 

“Implementasi ESG harus menjadi agenda utama untuk menjawab tantangan ini,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa komunikasi yang efektif menjadi kunci agar seluruh lapisan, mulai dari perusahaan hingga agen, dapat membangun kepercayaan dengan nasabah.

Wawasan Pakar: Membentuk Ekosistem Bisnis yang Berkelanjutan

Forum ini menghadirkan delapan pembicara terkemuka dari berbagai latar belakang, membahas pendekatan-pendekatan praktis untuk mencapai keberlanjutan:

  1. Dr. Muhammad Ariono Margiono, PhD (Binus University) mengupas bagaimana EcoAI dapat menjadi katalis keberlanjutan operasional.
  2. Orin Axel Setyadi (Carbonethics) menjelaskan implementasi ESG secara terukur dalam ekosistem asuransi.
  3. Kendro Hendra (InTouch Innovate Indonesia) menawarkan strategi menghubungkan loyalitas pelanggan dengan keberlanjutan.
  4. Dr. Dirga Sakti Rambe (Ahli Vaksinasi) menyoroti pentingnya kesehatan karyawan sebagai elemen utama keberlanjutan bisnis.
  5. Dian Suri (Kunang Jewelry) memaparkan peran pemberdayaan perempuan dalam menciptakan dampak sosial.
  6. Benjamin Handradjasa (Adidas Indonesia) berbagi tips membangun citra merek ramah lingkungan.
  7. Wisnu Nugroho (KG Media) mengulas peran media dalam mendukung agenda keberlanjutan.
  8. Didi Kaspi Kasim (National Geographic Indonesia) menjelaskan strategi pembuatan konten digital yang berkelanjutan.

Langkah Nyata: Dari Mangrove hingga Insurance Sustainability Report

Sebagai bentuk konkret komitmen terhadap keberlanjutan, AAJI meluncurkan Insurance Sustainability Report (ISR) yang mendokumentasikan kontribusi industri terhadap tujuan keberlanjutan. 

Selain itu, forum ini juga menyelenggarakan seremoni penyerahan bibit mangrove untuk ditanam. Program donasi mangrove ini direncanakan berlangsung secara rutin pada Mei, Agustus, dan Desember 2024, dengan potensi penyerapan karbon hingga 58.597 kg CO₂ dan produksi oksigen hingga 11.677 kg O₂ setiap tahun.

Inisiatif lain mencakup donasi tanaman Lidah Mertua di Bandung dan pelaksanaan workshop tentang ESG untuk meningkatkan kesadaran akan dampak pencemaran terhadap masa depan manusia.

Integrasi Keberlanjutan dalam Aktivitas Acara

Ketua Panitia MarComm Summit 2024, Roy Hendrata Gozalie, menjelaskan bahwa acara ini dirancang dengan pendekatan keberlanjutan secara menyeluruh. 

Mulai dari pemilihan venue, penggunaan material ramah lingkungan, hingga pengelolaan limbah yang terukur. Kompetisi Best Media Coverage juga diadakan untuk mendorong jurnalis mengangkat isu keberlanjutan dengan sudut pandang yang segar dan relevan.

“Langkah kecil yang konsisten seperti ini dapat memberikan dampak besar di masa depan,” ujar Roy. “Kami ingin menunjukkan bahwa strategi marketing dan komunikasi tidak hanya mendukung performa bisnis, tetapi juga membawa perubahan positif bagi lingkungan.”

Kolaborasi untuk Mencapai Keberlanjutan Bersama

MarComm Summit 2024 menjadi momentum penting bagi lintas sektor untuk mendiskusikan strategi keberlanjutan. Mulai dari regulasi, profitabilitas, pemberdayaan perempuan, hingga green branding, semua diintegrasikan untuk mendukung tujuan SDG. 

Dengan kolaborasi yang erat, langkah kecil ini diharapkan membawa perubahan besar, menjadikan keberlanjutan sebagai elemen kunci dalam pertumbuhan industri asuransi jiwa di Indonesia.

Melalui pendekatan inovatif dan kolaboratif, AAJI menegaskan komitmennya dalam membangun masa depan yang lebih baik, tidak hanya bagi industri tetapi juga bagi masyarakat dan lingkungan. Keberlanjutan adalah tanggung jawab bersama yang membutuhkan aksi nyata.