<p>Karyawan melintas di depan layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Senin, 21 Juni 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Market Bullish Semester II: IHSG Bakal Tembus Level 6.700

  • Kondisi pasar modal diprediksi akan mengalami bullish pada semester II tahun ini, khususnya pada saham di sektor kesehatan, teknologi, bank digital, pangan, dan pertanian.

Pasar Modal
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA –  Kondisi pasar modal diprediksi akan mengalami bullish pada semester II tahun ini, khususnya pada saham di sektor kesehatan, teknologi, bank digital, pangan, dan pertanian.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun diprediksi bakal menembus level 6.700 pada akhir 2021.

Terkait hal ini, vaksinasi dan komitmen pemerintah dalam menangani pandemi COVID-19 dinilai menjadi kunci untuk menjaga market tetap bullish.

“Ada yang diuntungkan, seperti sektor pertanian, e-commerce, informasi, personal health care, personal home care, makanan dan minuman, serta layanan obat. Mungkin farmasi dan vaksin yang mendominasi,” ujar founder Syariah Saham Asep Muhammad Saepul Islam dalam acara investment talk bertajuk Pergerakan Pasar Semester II, Minggu, 4 Juli 2021.

Dalam acara yang diselenggarakan oleh D’ORIGIN Financial and Business Advisory dan IGICO Advisory ini, hadir pula founder Forum Saham dan Beta Trader Yuza Sha, Economist Ciptadana Securities Nicko Yosafat, founder KurikulumSaham.com Alex Sukandar, Crypto Enthusiast Roy Shinobi, dari Smart Trader Community Nandang Kuswara, dan founder Tetra atau Teman Trader Luke Syamlan.

Senada dengan Asep, Nandang juga menjelaskan ada sebelas sektor industri yang tercatat di IHSG. Ia merekomendasikan pelaku investasi saham untuk memberi perhatian lebih terhadap sektor kesehatan dan teknologi.

Diimbau Tetap Hati-hati

Meskipun demikian, investor tetap harus berhati-hati jika menanamkan modalnya di sektor-sektor rentan pandemi, seperti transportasi, infrastruktur, dan properti.

“Saya melihatnya jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Untuk saat ini, sektor kesehatan, teknologi, dan keuangan return cenderung tinggi. Namun, untuk sektor transportasi dan infrastruktur baru naik lagi setelah pemulihan satu sampai dua tahun ke depan,” ujarnya.

Sementara itu, Nicko Yosafat melihat optimisme tersebut bukan hanya datang karena dorongan dari dalam negeri. Lebih jauh, terdapat pengaruh positif secara global.

“World Bank hingga akhir 2021 memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kurang lebih 5,6 persen, sedangkan IMF 6 persen secara year-on-year (yoy). Prediksi ini didorong oleh progres vaksinasi dan pemulihan ekonomi global,” kata Nicko.

Adapun di dalam negeri, dipengaruhi oleh komitmen pemerintah dalam mengerek porsi alokasi anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Seperti diketahui, alokasi sektor kesehatan yang semula 12,1% pada 2020, naik menjadi 25,2% pada tahun ini. (SKO)