Presiden Direktur PT Krom Bank Indonesia Tbk (BBSI) Anton Hermawan.
Perbankan

Masih Banyak yang Kurang Percaya, Inilah Strategi Bank Digital untuk Tingkatkan Kepercayaan Nasabah

  • Transparansi mengenai kinerja bank menjadi indikator utama dalam menilai kemampuan bank dalam mengelola risiko dan penyaluran dana yang tepat.
Perbankan
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Presiden Direktur PT Krom Bank Indonesia Tbk (BBSI), Anton Hermawan, mengungkapkan strategi dan keyakinannya dalam mengelola suku bunga tinggi yang ditawarkan oleh bank digital dalam sebuah diskusi media di Jakarta. 

Anton menekankan pentingnya penyaluran dana yang tepat dan manajemen risiko yang baik untuk mempertahankan kepercayaan nasabah.

Mengelola Suku Bunga Tinggi dengan Bijak

Anton sebagai pelaku di industri bank digital menyoroti tantangan yang dihadapi bank digital yang menawarkan suku bunga tinggi. Menurutnya, penting bagi bank untuk memahami cara menyalurkan dana tersebut ke bisnis yang tepat dengan risiko yang terukur.

Pasalnya, sementara bank-bank digital menawarkan suku bunga yang tinggi untuk tabungan dan deposito, yang mana Krom sendiri menawarkan suku bunga 6% untuk tabungan dan 8,75% untuk deposito, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hanya menjamin simpanan dengan suku bunga maksimum 4,25%.

Dengan tingginya suku bunga tabungan dan deposito yang ditawarkan namun tidak dijamin oleh LPS, pengelolaan risiko likuiditas menjadi aspek yang sangat perlu diperhitungkan agar aset tidak tergerus. 

"Oke, mengenai suku bunga yang tinggi, ada satu hal yang mungkin saya selalu sebutkan, adalah di bank digital yang berani mengeluarkan suku bunga yang tinggi, tentu saja harus tahu bagaimana caranya mengeluarkan dana tersebut, menyeluruhkannya ke bisnis yang tepat, dengan risiko yang teratur," ujar Anton dalam acara diskusi bersama media di Jakarta, Selasa, 9 Juli 2024.

Laporan Keuangan Dapat Menjadi Acuan Nasabah untuk Menaruh Kepercayaan

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa nasabah memiliki hak untuk mengetahui bagaimana bank mengelola risiko dan menyalurkan dana. Transparansi mengenai kinerja bank menjadi indikator utama dalam menilai kemampuan bank dalam mengelola risiko dan penyaluran dana yang tepat.

"Jadi secara otomatis ya, kalau misalnya suatu bank bisa me-manage bagaimana caranya menyalurkan dana secara tepat dan memitigasi resikonya adalah dari sisi net profit-nya saja. Jadi kalau misalnya anda lihat, anda cek aja bank-bank yang ada sekarang, kemudian anda lihat mengenai performa keuangan dari bank tersebut. Itu yang menurut saya satu indikator yang sangat mudah dilihat," tambahnya.

Transparansi dan Keterbukaan Informasi

Anton Hermawan menekankan bahwa PT Krom Bank Indonesia Tbk, sebagai perusahaan terbuka, sangat terbuka dengan informasi keuangannya. Ia mengajak publik untuk melihat data kinerja keuangan bank yang tersedia secara transparan.

"Karena kami kan perusahaan terbuka ya, semua data kami silahkan aja anda lihat. Semuanya tersedia di mana pun dan kami sangat terbuka," jelasnya.

Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya memantau peningkatan jumlah pinjaman (loan) dan pendapatan bunga bersih (net interest income) dari bulan ke bulan. Hal ini menunjukkan bagaimana bank mengelola dana dan risiko secara berkelanjutan.

Kepatuhan terhadap Regulasi OJK

Dalam kesempatan tersebut, Anton Hermawan juga menyinggung tentang kepatuhan PT Krom Bank Indonesia Tbk terhadap regulasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ia menyatakan bahwa bank selalu mematuhi semua aturan dan rekomendasi dari OJK, termasuk dalam hal pengelolaan produk dan suku bunga.

"Kami sangat terbuka dengan produk kami. Bahkan kami juga menuliskan di situ bahwa LPS hanya menjamin sampai 4,25%. Jadi 8,75% itu tentu saja melebihi dari limit tersebut. Itu kami selalu terbuka karena kami diawasi," ungkapnya.

Mitigasi Risiko 

Salah satu kanal intermediasi yang dimanfaatkan oleh Krom adalah channeling, yang mana Perseroan tidak hanya menyalurkan kredit melalui Kredivo sebagai platform yang bernaung di bawah satu ekosistem yang sama. Anton mengatakan, saat ini Krom tengah menjajaki mitra-mitra yang berpotensi untuk digandeng dalam penyaluran kredit melalui skema channeling

Terkait dengan manajemen risiko melalui skema channeling, Anton Hermawan menjelaskan bahwa PT Krom Bank Indonesia Tbk melakukan proses yang teliti dalam memilih mitra kerjasama. Proses ini melibatkan penelaahan dan review mendalam terhadap laporan keuangan serta praktek underwriting mitra channeling.

"Channeling itu satu hal yang sangat perlu kita lakukan adalah menelaah, me-review, mendalami mengenai partner yang akan kita kerjasama. Jadi itu sebabnya kenapa proses channeling itu memakan waktu yang lama," jelas Hermawan.

Ia menambahkan bahwa konsistensi mitra dalam melakukan underwriting dan pemilihan segmen bisnis menjadi faktor penting dalam menjalin kerjasama. 

Baca Juga: Mengupas Bank Digital (Part 6): Solusi untuk Simpanan yang Tidak Dijamin LPS

Strategi Mitigasi Risiko: Risk Premium dan Asuransi

Anton Hermawan juga menjelaskan dua strategi utama yang digunakan oleh PT Krom Bank Indonesia Tbk dalam memitigasi risiko, yaitu risk premium dan asuransi. Kedua strategi ini dirancang untuk memberikan perlindungan yang cukup tanpa mengorbankan kinerja bank.

"Yang pertama adalah risk premium. Yang kedua adalah asuransi. Jadi dua itu yang kita lakukan. Kita pikirkan bagaimana caranya kedua hal itu bisa memitigasi risiko kita secara cukup," paparnya.

Ia menekankan bahwa tidak semua risiko bisa dimitigasi, namun bank berusaha memilih cara mitigasi risiko yang optimal dan tetap memberikan kinerja yang baik.

Kompetisi dan Unique Selling Proposition (USP) Krom Bank

Menanggapi pertanyaan mengenai persaingan dengan bank konvensional, Anton Hermawan menyatakan bahwa PT Krom Bank Indonesia Tbk memiliki Unique Selling Proposition (USP) dengan mengusung slogan "Grow Your Money". 

Anton menjelaskan bahwa suku bunga yang ditawarkan oleh bank konvensional cenderung kecil dan tidak menguntungkan bagi nasabah.

"Satu hal di kami adalah kita akan menjamin bahwa uangnya akan bertumbuh. Uangnya akan selalu bertumbuh," tegas Hermawan.

Ia juga membanggakan bahwa return dari Time Deposit (TD) PT Krom Bank Indonesia Tbk lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa produk investasi yang ada di pasar saat ini, seperti reksadana dan obligasi.

"Beberapa return dari TD saya itu bahkan lebih baik daripada beberapa produk investasi yang ada di pasar sekarang. Mau reksadana, mau obligasi, mau apapun itu, harusnya kami lebih tinggi," tambahnya.

Fleksibilitas dan Keunggulan Produk

Selain suku bunga yang kompetitif, Anton Hermawan juga menyoroti fleksibilitas produk PT Krom Bank Indonesia Tbk. Nasabah dapat memilih tenor investasi dari 14 hari hingga 480 hari, sesuai dengan kebutuhan mereka.

"Anda bisa menaruh uang Anda, memilih tenornya per hari, dari 14 hari onward ke 480. Jadi benar-benar fleksibel," jelasnya.

Ia juga menyebutkan bahwa nasabah dapat mencairkan Time Deposit mereka kapan saja tanpa kehilangan bunga. Bunga dari rekening tabungan sebesar 6% tetap diberikan meskipun nasabah mencairkan Time Deposit lebih awal.

Kurangnya Kepercayaan Nasabah terhadap Bank Digital

Bank digital sendiri dapat dikatakan sebagai suatu ekosistem yang baru dan merupakan pengembangan dari industri perbankan yang konvensional seiring dengan transformasi digital. Walaupun saat ini sudah banyak pemain yang terjun di industri ini, namun masih ada keraguan untuk menggunakan layanan bank digital, apalagi suku bunga tinggi untuk deposito dan tabungan menjadi sesuatu yang terlihat “too good to be true”. 

Yoga (28), seorang karyawan swasta yang bekerja di Jakarta, mengatakan bahwa dirinya pernah memanfaatkan deposito di platform bank digital yang ia gunakan. Namun, ia hanya memasukkan dana sebesar Rp200 ribu, itu pun hanya disimpannya selama tiga bulan. 

Yoga mengaku bahwa ia belum bisa menaruh kepercayaan terhadap bank digital karena LPS tidak memberikan jaminan secara keseluruhan untuk simpanan di bank digital.

“Hanya sekali itu saja (menyimpan deposito di bank digital) dan belum pernah lagi. Soalnya karena dengan belum dijaminnya sama LPS, akhirnya masih takut,” ujar Yoga kepada TrenAsia, Senin, 8 Juli 2024. 

Sementara itu, Tya (25), seorang karyawan swasta yang juga bekerja di Jakarta, mengatakan bahwa ia bahkan tidak bisa lagi menaruh kepercayaan kepada bank digital, setidaknya untuk saat ini. 

Pasalnya, ia pernah mengalami kehilangan uang sebesar Rp7 juta di salah satu platform bank digital yang ia sempat gunakan. Sayangnya, uang yang hilang itu bahkan tidak bisa dicairkan dengan mudah. 

“Waktu itu saya cuma diberi surat pengantar dari pihak banknya untuk dilanjutkan ke pihak kepolisian. Tapi, tidak saya urus karena malas,” kata Tya. 

Walau demikian, Arif (29), karyawan swasta lainnya di Jakarta, mengatakan hal senada dengan yang disampaikan oleh Anton. Untuk bisa merasa aman dengan dana yang disimpan di bank digital, sangat penting bagi dirinya untuk menyoroti kinerja keuangan dari bank yang ia gunakan layanannya. 

“Ditambah lagi, adik saya juga bekerja di sana, jadi saya bisa lebih tahu tentang kondisi keuangan perusahaan seperti apa,” kata Arif. 

Dengan senantiasa memperhatikan kinerja keuangan dari bank digital yang ia gunakan, Arif pun lebih bisa menaruh kepercayaan, setidaknya untuk platform yang ia manfaatkan layanannya. 

Arif menceritakan bahwa ia sudah menyimpan deposito sekitar dua tahun, dan ia masih menyimpan dana tersebut dan belum berniat untuk menariknya dalam jangka waktu dekat.