<p>Ilustrasi industri manufaktur di pabrik saat menghadapi era new normal. / Kemenperin.go.id</p>
Industri

Masih Ekspansif, PMI Manufaktur Indonesia Bulan Februari Capai 50,9

  • Industri manufaktur Indonesia masih dapat bertahan di tengah pandemi. Hal ini terlihat dari capaian Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia yang masih berada di angka 50,9, meski turun dari bulan Januari yang mencapai 52,2.

Industri
Reza Pahlevi

Reza Pahlevi

Author

JAKARTA – Industri manufaktur Indonesia masih dapat bertahan di tengah pandemi. Hal ini terlihat dari capaian Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia yang masih berada di angka 50,9, meski turun dari bulan Januari yang mencapai 52,2.

PMI adalah indikator ekonomi yang didapat lewat survei terhadap sejumlah manajer pembelian (purchasing manager) di berbagai sektor bisnis. Angka indeks PMI yang tinggi dapat diartikan pelaku sektor bisnis tersebut optimis terhadap keadaan perekonomian ke depan. Angka di atas 50,0 berarti ekonomi sedang ekspansif sementara di bawah 50,0 berarti kontraksi.

“Kami masih bersyukur PMI Februari tetap berada di level ekspansif. Kami sangat memberikan apresiasi kepada pelaku industri di Indonesia yang masih terus berjuang dalam menjalankan usahanya di tengah tekanan pandemi saat ini,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resmi, Senin, 1 Maret 2021.

Menperin optimistis berbagai kebijakan dan stimulus yang telah diluncurkan pemerintah akan membangkitkan kembali gairah pelaku usaha dan pemulihan ekonomi nasional. Menurutnya, hal tersebut dapat membuat level PMI manufaktur Indonesia akan terus berada di level ekspansif.

“PMI Manufaktur Indonesia selama enam bulan ini sudah berturut-turut di level ekspansif. Kami akan terus pertahankan dan tingkatkan,” ungkapnya.

Menperin berharap PMI manufaktur Indonesia bisa menyentuh angka di atas 51 di bulan depan. Hal ini mengingat pemerintah baru saja memberikan insentif PPnBM 0 persen untuk pembelian motor mulai Maret hingga Mei. Menurutnya, hal tersebut dapat meningkatkan optimisme pelaku industri ke depannya.

Merujuk hasil survei IHS Markit, output dan permintaan baru terus meningkat dan aspek pekerjaan mendekati stabil. Di samping itu, perusahaan masih sangat optimis bahwa output akan naik selama 12 bulan mendatang.

Selain itu, produksi juga meningkat selama empat bulan berturut-turut dan perusahaan terus meningkatkan output sesuai dengan pertumbuhan permintaan baru yang berkelanjutan. Bahkan, permintaan baru meningkat tajam pada bulan Februari atau setidaknya dalam tiga bulan terakhir.

Direktur Ekonomi IHS Markit Andrew Harker menyebut sektor manufaktur masih relatif tangguh pada bulan Februari meski di tengah jumlah kasus COVID-19 yang terus meningkat. Aktivitas pekerjaan juga bergerak mendekati stabil.

“Meskipun adanya gangguan yang disebabkan oleh pandemi, optimisme perusahaan terkait perkiraan tahun depan masih tidak berkurang di tengah harapan bahwa pandemi akan segera berakhir,” kata Andrew.