Pipa gas milik PT Perusahaan Gas Negara Tbk.
Industri

Wah! Masih Jauh, Realisasi Investasi Migas Baru US$5,6 Miliar

  • JAKARTA- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi investasi sektor hulu minyak dan gas pada semester I 2020 baru sebesar US$5,6 miliar karena dampak pandemi COVID-19. “Kami memang sempat menargetkan investasi di sektor hulu migas sekitar US$14,5 miliar saat di awal. Namun, realisasi saat ini memang baru mencapai sekitar US$5,6 miliar sehingga masih […]

Industri
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi investasi sektor hulu minyak dan gas pada semester I 2020 baru sebesar US$5,6 miliar karena dampak pandemi COVID-19.

“Kami memang sempat menargetkan investasi di sektor hulu migas sekitar US$14,5 miliar saat di awal. Namun, realisasi saat ini memang baru mencapai sekitar US$5,6 miliar sehingga masih jauh sekali di mana baru sepertiga dari target,” ujar Plt Direktur Jenderal Migas Ego Syahrial dalam konferensi pers daring di Jakarta, Rabu 5 Agustus 2020.

Menurut dia, belum tercapainya target investasi tersebut tidak terlepas dari kondisi pandemi COVID-19 yang sedang dihadapi saat ini.

Kendati demikian terdapat titik cerah penurunan harga minyak mentah yang sempat menyentuh angka belasan dolar AS pada Maret -April 2020. Kondisi ini mulai bangkit kembali pada Juni 2020 mulai menyentuh harga di atas US$40 dolar per barel.

Capai Rp56 triliun

Plt Dirjen Migas tersebut juga menyampaikan bahwa dari sisi penerimaan migas karena ada revisi APBN 2020, justru penerimaan migas telah mencapai 74 persen dari target Rp56,41 triliun.

Untuk lifting migas, saat ini mencapai sekitar 713 ribu barel minyak per hari (BOPD) dan dinilai memenuhi setelah ada revisi target lifting migas 2020.

Berdasarkan revisi APBN 2020,  target lifting migas yang awalnya sebanyak 775 ribu BOPD kemudian direvisi menjadi sekitar 705 ribu BOPD.

Kementerian ESDM akan terus berupaya menjaga agar aktivitas dan iklim investasi hulu migas tetap berjalan optimal. Kondisi itu dilakukan di tengah menghadapi situasi pandemi global yang dampaknya juga menyebabkan harga minyak dunia turun semenjak awal Maret 2020.

Sebagai ilustrasi, pandemi COVID-19 sangat berpengaruh bukan hanya di Indonesia melainkan juga di seluruh dunia. Seluruh perusahaan besar dunia melakukan pemotongan capital expenditure dengan kisaran rata-rata hampir 30 persen.

“Yang paling penting bagi kami adalah harus terus menjaga iklim hulu migas kita. Jangan sampai ada penutupan sumur migas karena kalau sampai ini terjadi, hal itu merupakan sebuah kegagalan. Sampai sekarang di Indonesia belum ada sumur migas yang ditutup,” kata Syahrial dikutip dari Antara.