<p>Nilai tukar rupiah pagi ini, Jumat, 6 November 2020 berada di level Rp14.380 per dolar AS, menguat 185 bps sebesar 1,27% dibandingkan penutupan kemarin, Kamis, 5 November 2020 di level Rp14.565 per dolar AS. / Foto: Ismail Pohan &#8211; Tren Asia</p>
Pasar Modal

Masih Terdampak Sentimen The Fed dan Kenaikan BBM, Nilai Kurs Rupiah Dibuka Melemah

  • Rupiahkemungkinan masih akan mengalami tekanan di awal pekan ini
Pasar Modal
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Nilai kurs rupiah dibuka melemah karena masih terdampak oleh sentimen yang hadir dari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dalam negeri.

Menurut data perdagangan Bloomberg, Senin, 19 September 2022, nilai kurs rupiah dibuka melemah 20,5 poin di level Rp14.975 perdolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya di posisi Rp14.954,5 perdolar AS.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa rupiah kemungkinan masih akan mengalami tekanan di awal pekan ini karena para pelaku pasar tengah mengantisipasi hasil rapat The Fed pada minggu ini.

Menurut CME FedWatch Tool, 80% pelaku pasar berekspetasi The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin sementara 20% sisanya memprediksi bank sentral AS akan mendongkrak Fed Fund Rate sebesar 100 basis poin.

"Ekspetasi pasar tersebut dipicu oleh level inflasi AS yang masih tinggi di atas 8% dan pernyataan para petinggi The Fed yang menginginkan inflasi turun dengan kebijakan pengetatan moneter yang agresif," ujar Ariston kepada TrenAsia, Senin, 19 September 2022.

Sementara sentimen The Fed masih berpengaruh terhadap penguatan dolar AS yang pada gilirannya melemahkan nilai kurs rupiah, kenaikan BBM bersubsidi pun menjadi sentimen dalam negeri juga turut mempengaruhi pergerakan rupiah.

Pasalnya, kenaikan BBM bisa berdampak terhadap kenaikan inflasi dan bisa menekan pertumbuhan ekonomi apabila imbasnya tidak bisa dikendalikan dengan baik.

Menurut Ariston, nilai kurs rupiah untuk hari ini berpotensi untuk bergerak di kisaran Rp14.950 hingga Rp14.980 perdolar AS.