Masjid Salman ITB Miliki Tim Khusus untuk Mengelola Sampah
Nasional

Masjid Salman ITB Miliki Tim Khusus untuk Mengelola Sampah

  • Salah satu tempat ibadah yang melaksanakan pengelolaan sampah yaitu Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB), yang memiliki tim pengelola sampah sendiri.
Nasional
Justina Nur Landhiani

Justina Nur Landhiani

Author

JAKARTA - Penyelesaian permasalahan sampah di Kota Bandung harus dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat, termasuk juga di tempat ibadah. Salah satu tempat ibadah yang telah melaksanakan kegiatan pengelolaan sampah yaitu Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB).

Masjid ini bahkan memiliki Tim Salman Ramah Lingkungan atau dikenal dengan Salman Environment Rangers (Savior). Ketua Savior Lulu Nailufaaz mengatakan, pengelolaan sampah di Masjid Salman ITB diawali dengan edukasi dan pembiasaan jamaah untuk mengurangi sampah sebanyak mungkin dan mulai memilah sampahnya. Tempat sampah terpilah yang dikelola bertujuan untuk mewujudkan Salman Ramah Lingkungan.

"Kami mendorong karyawan termasuk jemaah untuk bisa membawa tempat makan dan minum sendiri. Namun apabila terpaksa menghasilkan sampah maka kita dorong untuk dapat memilah sampahnya sendiri," katanya kepada Humas Kota Bandung, seperti yang dikutip Trenasia pada Kamis, 2 November 2023.

Ia mengungkapkan, tempat sampah terpilah sudah ada sejak 2017. Tetapi pengelolaannya sempat terhenti di masa pandemi. Kemudian di awal 2022, komunitas Savior terbentuk guna mengelola sampah dengan tempat sampah terpilah. 

Pengelolaan Sampah di Masjid Salman ITB

Tempat sampah di Masjid Salman ITB terbagi menjadi lima tempat untuk lima jenis sampah yang berbeda, yaitu sebagai berikut.

1. Tempat Sampah dengan stiker orange yang akan disalurkan ke Bank Sampah terdiri dari sampah botol, box plastik, kaleng, kaca dan botol plastik.
2. Tempat Sampah dengan stiker biru khusus kertas terdiri dari sampah kertas, tetra pak, kardus, Koran dan duplex
3. Tempat Sampah dengan stiker merah terdiri dari sampah bungkus plastik.
4. Tempat Sampah dengan stiker hijau dikelola untuk kompos tanaman terdiri dari sampah yang mudah membusuk, tisu kering, daun, tulang, susuk atau sumpit sisa makanan.
5. Tempat Sampah dengan stiker hitam yang diangkut ke Tempat Penampungan Akhir (TPA) terdiri dari sampah kertas nasi, tisu basah, karet, bungkus plastik yang tercampur bumbu basah.

Tempat sampah terpilah ini bertujuan untuk mengelola sampah dengan baik sesuai jenisnya. Masjid Salman ITB juga ingin menunjukan bahwa pengelolaan sampah bisa dilakukan secara bersih asal dikelola dengan baik. Tempat sampah terpilah ditempatkan di tiga titik ramai Masjid Salman ITB.

Savior mengungkapkan bahwa pihaknya bekerja sama dengan Bank Sampah Induk untuk mengelola sampah anorganik. Sedangkan untuk sampah organik dikelola secara mandiri dengan metode komposting menggunakan 5 drum komposter yang diolah di lingkungan masjid. Dalam sehari, Savior dapat mengelola 20 kg sampah organik.

Jika sampah organik benar-benar tidak tertampung, tim pengelola sampah memiliki alternatif lain yaitu dengan menyiapkan lubang pengomposan. Manfaat dari lubang pengomposan yaitu untuk menyuburkan tanaman di area ITB atau ke area lahan wakaf di Masjid Salman.

Untuk yang residu, kata Lulu Savior tengah mengupayakan kerja sama dengan pihak ketiga untuk mengolahnya. Sehingga residu yang dihasilkan tidak dibawa ke TPA tapi diolah menjadi briket bahan bakar. Lulu juga menyebut, pihaknya telah merekrut relawan, yaitu melalui edukasi kepada jamaah untuk memilah mana yang organik, anorganik dan residu.

Selain itu ada pula program Gerakan Sedekah Sampah Indonesia (Gradasi). Para jemaah, dapat menyedekahkan sampah yang mempunyai nilai jual berupa botol, kertas dan kaleng. Selain itu ada pula program Sedekah Sampah Elektronik.

Ia berharap, Masjid Salman bisa menjadi contoh bagaimana nilai Islam mengenai membuang sampah pada tempatnya dan mengelolanya yang baik dapat juga diterapkan di masjid dan tempat ibadah lainnya.