Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat berbicara usai penyerahan secara simbolis bantuan pencegahan stunting pada balita dari PT Sido Muncul di Jakarta, 21 Juni 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Korporasi

Masuk Angin! Penjualan Sido Muncul Menguap 9,7 Persen jadi Rp2,36 Triliun

  • Hingga akhir September 2023, penjualan produsen Tolak Angin ini terkumpul sebesar Rp2,36 triliun

Korporasi

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) mencatat penurunan penjualan bersih sebanyak 9,7% pada periode Januari-September 2023.

Hingga akhir September 2023, penjualan produsen Tolak Angin ini terkumpul sebesar Rp2,36 triliun. Angkanya menyusut 9,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. 

Penyebabnya, penjualan pada semua segmen bisnis mencatatkan penurunan penjualan dibandingkan tahun lalu. Misalnya pada segmen herbal terpantau mengalami penurunan penjualan hingga 12,1%.

Sedangkan segmen makanan & minuman minus 2,6% dan segmen farmasi bahkan merosot hingga 25,6%. Manajemen menjelaskan, lemahnya penjualan disebabkan oleh daya beli konsumen yang rendah pada kuartal III-2023.

Daya beli tersebut tercekik kenaikan harga beras lebih dari 20% yang menyebabkan peningkatan inflasi pangan. 

“Kenaikan harga beras berdampak pada penurunan permintaan produk kesehatan konsumen, karena konsumen saat ini lebih selektif dalam berbelanja dibandingkan triwulan sebelumnya,” terang manajemen Sido Muncul dalam keterbukaan informasi, Senin 30 Oktober 2023.

Meskipun penjualan mengalami pelemahan, perusahaan mampu mempertahankan pangsa pasar yang stabil. Pangsa pasar Tolak Angin tercatat meningkat 1,4% menjadi 73% untuk periode yang berakhir September, dibandingkan tahun lalu sebesar 71%. 

Adapun gross profit margin (GPM) stabil di angka 54% hingga September 2023 dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, biaya operasional sedikit lebih tinggi sebesar 2,4%, didorong oleh biaya iklan & promosi yang lebih tinggi untuk mempertahankan pangsa pasar dan menciptakan permintaan di tingkat pelanggan akhir untuk mendukung penjualan. 

Dengan demikian, laba operasional inti dibukukan turun 16%, tidak termasuk kerugian nilai tukar yang belum direalisasi dari bisnis ekspor ke Nigeria. Laba bersih setelah pajak tercatat turun sebesar 18,6% menjadi Rp586 miliar pada 9M23 dari Rp720 miliar pada periode yang sama tahun lalu.