<p>Ilustrasi Trading Bitcoin / Pixabay.com</p>
Fintech

Masuk Bulan Februari, Analis Prediksi Aset Kripto akan Rebound dan Mengakhiri Fase Bearish

  • Analis memprediksi harga Bitcoin beserta aset kripto lainnya akan mengalami rebound dan mengakhiri fase bearish ketika memasuki bulan Februari.
Fintech
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA – Setelah melewati perayaan Tahun Baru Imlek dan memasuki Februari, analis memprediksi mata uang digital atau aset kripto akan mengalami rebound setelah mengalami fase bearish pada awal tahun.

Setelah melewati bulan Januari yang menjadi momen ketika pasar kripto mengalami koreksi besar-besaran sebagai dampak dari kebijakan moneter yang dikeluarkan The Fed, mata uang kripto akan mulai merangkak perlahan ke arah tren positif.

"Market sekarang sudah mulai terlihat rebound, dengan munculnya beberapa berita positif mengenai aset kripto. Salah satunya Microstrategy yang beli 660 BTC (Bitcoin), Presiden Rusia Vladimir Putin yang mendukung aktivitas aset kripto dan Arizona yang akan menjadikan Bitcoin sebagai legal tender," ujar Trader Tokocrypto Afid Sugiono dalam keterangan resmi. Jumat, 4 Februari 2022. 

Afid pun memaparkan, pemberlakuan pajak 30% terhadap aset kripto yang diterapkan oleh bank sentral India tidak memicu respon pasar yang signifikan. Hal serupa juga terjadi saat pemerintah Thailand mengumumkan pembatalan pemotongan pajak aset kripto sebesar 15%. 

Aset kripto memang dikenal sebagai instrumen investasi dengan fluktuasi harga yang tinggi sehingga koreksi wajar secara tajam adalah hal yang dinilai wajar untuk terjadi. Namun, setelah melewati Tahun Baru Imlek, Afid berspekulasi para investor akan mulai kembali meramaikan pasar. 

"Prediksi Februari akan jadi bulan yang positif bagi market kripto. Secara historis, sejumlah kripto dengan kapitalisasi besar atau big cap, termasuk Bitcoin dan Ethereum, bergerak positif di Februari tahun-tahun sebelumnya. Terlebih setelah perayaan Tahun Baru Imlek, para investor akan mengurangi cash out dan mulai kembali meramaikan market,” kata Afid. 

Beberapa investor berspekulasi terjadinya siklus empat tahunan Bitcoin dalam koreksi harga. Pasalnya, pada 2018 lalu pun Bitcoin beserta aset kripto lainnya pun mengalami keterpurukan. Fenomena itu pun disebut-sebut sebagai “crypto winter”. 

Menurut Afid, kemungkinan terjadinya crypto winter memang tidak bisa dipungkiri, namun belum bisa dipastikan kehadirannya. Kalaupun akhirnya crypto winter memang terjadi, Afid memperkirakan periodenya akan singkat.

Lalu, berkenaan dengan dugaan siklus empat tahunan Bitcoin, Afid menganggap koreksi harga pada Bitcoin sebenarnya lebih disebabkan oleh pengaruh eksternal seperti kebijakan The Fed, bank sentral Rusia, hingga perayaan akhir tahun.

"Ini yang menjadi menarik, di mana siklus empat tahunan BTC akan hilang karena peran dari institusional maupun perusahaan global yang masuk ke industri kripto. Bitcoin merupakan aset kripto yang dianggap kurang berisiko bagi investor, terutama pada saat volatilitas dan ketidakpastian tinggi," lata Afid.

Berdasarkan data Arcane Research, semua indeks kripto pada Januari 2022 mengalami penurunan antara 20% sampai 31%. Meski begitu, Bitcoin tetap mengungguli semua altcoin dan mempertahankan dirinya sebagai aset kirpto dengan kapitalisasi market tertinggi.