Dunia

Masuk Bulan Juli, Inilah Gambaran Terakhir Perang Ukraina

  • Secara umum selama bulan Juni 2022 pasukan Rusia telah mendapatkan sejumlah keunggulan. Tetapi dari sisi  geopolitik Moskow menemui dirinya justru semakin mundur.
Dunia
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA-Minggu kedelapan belas perang Rusia di Ukraina telah melihat sejumlah perkembangan. Secara umum selama bulan Juni 2022 pasukan Rusia telah mendapatkan sejumlah keunggulan. Tetapi dari sisi  geopolitik Moskow menemui dirinya justru semakin mundur.

Salah satu kekakalah geopolitik yang dialami Rusia adalah saat Uni Eropa secara resmi menganugerahkan status kandidat pada Ukraina dan Moldova pada 23 Juni. Keduanya telah mengajukan permohonan dalam waktu seminggu setelah serangan Rusia ke Ukraina pada Februari.

Selain itu kekuataan NATO juga semakin luas dengan akan segera masuknya Finlandia dan Swedia. Setelah Turki mencabut hak vetonya, kedua negara akan masuk aliansi pada kecepatan penerimaan belum pernah terjadi sebelumnya.

NATO juga mengumumkan akan memperluas pasukan kesiapannya dari 40.000 menjadi  lebih dari 300.000 tentara. NATO juga akan menempatkan sistem pertahanan udara yang lebih banyak  dan perencanaan pertahanan baru.

Jelas meski  Ukraina tidak diundang ke NATO, Kyiv  dengan tegas di bawah payung keamanan aliansi.Sekretaris Jenderal NATO Jes Stoltenberg mengatakan dalam jangka panjang pihaknya akan membantu transisi Ukraina dari peralatan era Soviet ke peralatan NATO yang lebih modern.

Sementara itu pada tanggal 27 Juni, tujuh negara terkaya di dunia yang tergabung dalam  G7, mengeluarkan dukungan paling keras mereka untuk Ukraina. Mereka  menyerukan Rusia untuk mundur ke  batas yang diakui secara internasional. Dengan kata  lain G7 meminta Rusia mundur dari  Krimea dan Donbas yang direbut pada tahun 2014. Seruan G7 memperkuat ambisi teritorial maksimal Ukraina, yang tidak didukung oleh semua sekutunya.

Pada 28 Juni, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa  juga mengutuk serangan rudal di sebuah pusat perbelanjaan yang menewaskan sedikitnya 18 orang di Kremenchuk. Momen ini bersejarah karena Rusia dan China biasanya memblokir Resolusi DK PBB terhadap Rusia. Pada kesempatan ini Albania, Prancis, Irlandia, Norwegia, Inggris, Amerika Serikat dan Ukraina mengeluarkan pernyataan atas nama instrumen paling senior DK PBB.

Tetapi di sisi lain China mengeluarkan dukungan terkuatnya untuk Rusia hingga saat ini. Presiden China Xi Jinping mengecam sanksi pimpinan Amerika terhadap Moskow. Dia mengatakan semua negara harus  menolak mentalitas Perang Dingin dan konfrontasi blok, menentang sanksi sepihak dan penyalahgunaan sanksi, dan menolak lingkaran-lingkaran kecil yang dibangun di sekitar hegemonisme.

Putin juga mengkritik sanksi sebagai penyebab risiko kelaparan di dunia. Menurutnya  sanksi itu mencegah penjualan pupuk Rusia.

Menurut Presiden Prancis Emanuel Macron, situasi geopolitik yang berkembang saat ini membuktikan bahwa strategi Putin salah dan merugikan diri sendiri.

Menurut Macron Putin berhasil membuat negara-negara yang awalnya  memiliki pendekatan yang lebih hati-hati dan menarik diri terhadap NATO, kini justru memutuskan untuk bergabung.

Sementara Menteri Luar Negeri Rusia  Sergei Lavrov mengatakan situasi sekarang ini memiliki kesejajaran sejarah dengan era perang Dingin. Menurutnya saat ini "tirai besi" baru sedang ditempatkan antara Barat dan Rusia.

Istilah Tirai Besi sering digunakan selama Perang Dingin untuk merujuk pada pembagian antara negara-negara Barat dan negara-negara yang memiliki hubungan dengan Uni Soviet. Hal itu terjadi  ketika hubungan antara kedua belah pihak surut ke titik terendah sepanjang masa.

Menurut Lavrov  Tirai Besi baru  pada dasarnya sudah turun dan prosesnya  dimulai.  Dia  menambahkan  negara-negara Barat harus  berperilaku hati-hati.

Kemajuan di medan perang

Di garis pertempuran Rusia telah mendapatkan kemajuan penting dalam beberapa hari terakhir. Pasukan Moskow akhirnya bisa menguasai penuh  kota Severodonetsk pada 24 Juni. Rusia juga sedang dalam proses pertempuran melalui Lysychansk, kota terakhir di bawah kendali Ukraina di provinsi Luhansk timur. Pasukan pemberontak yang didukung Rusia mengatakan pasukan mereka mulai masuk ke kota tersebut.

Ukraina memutuskan mundur dari Severodonestk setelah berminggu-minggu pertempuran brutal. Ukraina kalah dalam hal jumlah personel dan persenjataan. Penarikan dilakukan dengan cepat karena  dua hari setelah pengumuman Ukraina.   Rusia sudah disebut memiliki kendali penuh atas Severodonetsk.

Pasukan Ukraina  tampaknya telah mundur  dari Pryvillia dan Bilohorivka.  Dan kini pertempuan akan fokus di Lychisank. Dengan menguasai Lychisank maka Rusia akan menguasai seluruh Luhanks.

Tetapi tujuan Rusia tidak hanya di situ. Setelah mereka memindahkan perseneling mereka pada bulan April dengan meninggalkan upaya merebut Ibukota Kyiv, Rusia memilih fokus untuk merebut Donbass. Wilayah yang terdiri dari Luhanks dan Donetsk. Itu berarti selama hampir tiga bulan, misi itu belum tercapai. Masih ada sekiatr 50 persen wilahah Donetsk yang ada di bawah  kendali Ukraina. 

Di sisi lain Ukraina  menunjukkan kemampuan untuk melakukan serangan balasan terbatas dalam beberapa pekan terakhir.   Pada minggu ke-18 Ukraina membombardir Pulau Ular.  Rusia akhirnya mengumumkan menarik pasukannya dari pulau tersebut. Namun Kremlin mengatakan penarikan dilakukan untuk memberi koridor bagi ekspor makanan dari Ukraina.

Apapun alasanya, kemunduran Rusia dari Pulau Ular memberi kemenangan strategis kepada Ukraina. Selain juga efek propaganda yang besar bagi Kyiv. 

Ukraina sendiri mengatakan akan melakukan serangan balik besar pada Agustus mendatang. Kyiv menyebut ini akan menjadi titik balik.  Diperkirakan  Ukraina sedang melatih gelombang pasukan baru dengan  sistem senjata bantuan amerika dan barat untuk gelombang serangan selama musim panas nanti.

Perubahan nyata dalam taktik minggu ini adalah penggunaan kekuatan udara ofensif Rusia dari tanah Belarusia. (dari berbagai sumber)