<p>General Manager PLN Disjaya, Doddy N Pangaribuan (tengah) meninjau petugas yang melakukan deteksi jaringan listrik dalam rangka memastikan keandalan saluran kabel jelang Hari Raya Idul Fitri 14421 H di area Masjid Istiqlal Jakarta, Senin, 10 Mei 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Masyarakat Beralih ke Solarcell, PLN Akui Pengaruhnya ke Proyeksi Beban Listrik Mendatang

  • Direktur Renko PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN Haryadi mengungkapkan perubahan dari perkembangan dunia kelistrikan saat ini.

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Direktur Renko PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN Haryadi mengungkapkan perubahan dari perkembangan dunia kelistrikan saat ini.

“Sekarang ini perkembangan di dunia kelistrikan sudah berbeda sekali, terutama selama lima tahun terakhir,” ungkapnya dalam rapat koordinasi pembahasan draf Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) secara daring, Selasa, 30 Juni 2021.

Menurutnya, masyarakat umum sudah banyak yang mulai memasang rooftop solarcell di atap rumahnya masing-masing. Hal ini dinilai bisa membawa perubahan terkait proyeksi beban tenaga listrik di masa mendatang.

Seperti diketahui, dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028, tambahan kapsitas pembangkit yang dipatok sebesar 56 Giga Watt (GW). Sementara pada RUPTL 2021-2030, tambahan kapasitas pembangkit menurun menjadi 38,2 GW.

Penurunan angka ini tak lain disebabkan oleh proyeksi penurunan penjualan listrik menjadi 4,9%. Terlebih, didorong oleh dampak dari pandemi COVID-19.

Laba PLN Anjlok

Sebagai informasi, laba bersih PLN sepanjang 2019 juga anjlok 63,09%. Nilainya menjadi Rp4,27 triliun dari posisi akhir 2018 Rp11,57 triliun.

Meskipun demikian, dalam menjalankan bisnisnya, PLN mampu membukukan pendapatan usaha Rp285,64 triliun. Jumlah tersebut naik 4,67% dari Rp272,89 triliun pada 2018.

Namun, jumlah beban usaha PLN juga ikut naik dari Rp308,19 triliun menjadi Rp315,44 triliun. Sebagian besar beban usaha PLN ini berasal dari bahan bakar dan pelumas yang mencapai Rp136,08 triliun. Alhasil, PLN sebenarnya menanggung rugi usaha sebelum subsidi Rp29,8 triliun.

Dengan adanya subsidi listrik pemerintah dan pendapatan kompensasi, PLN membukukan laba usaha setelah subsidi Rp44,16 triliun dengan laba sebelum pajak Rp26,12 triliun.

PLN juga menanggung beban pajak Rp21,79 triliun, naik 161,89% dari Rp8,32 triliun di 2018. Kenaikan beban pajak ini berasal dari beban pajak tangguhan yang mencapai Rp21,01 triliun, padahal beban pajak kini PLN hanya Rp782,86 miliar.

Adapun liabilitas PLN pada 2019 mencapai Rp655,67 triliun atau naik 16,03% dari Rp565,07 triliun di 2018. Dari jumlah itu, liabilitas jangka pendek PLN mencapai Rp159,29 triliun. (RCS)