Para pemimpin BRICS termasuk Vladimir Putin dari Rusia
Dunia

Mata Uang BRICS Tak Masuk Agenda KTT Agustus

  • Pembahasan mengenai mata uang BRICS tidak masuk dalam agenda KTT blok BRICS di Afrika Selatan bulan depan.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Pembahasan mengenai mata uang BRICS tidak masuk dalam agenda KTT blok BRICS di Afrika Selatan bulan depan. Meski demikian, anggota BRICS akan tetap berupaya mengurangi penggunaan dolar Amerika Serikat (AS). 

Sebagai informasi, negara anggota BRICS adalah Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Agenda KTT BRICS yang akan berlangsung pada 22-24 Agustus 2023 itu dipastikan tak dihadiri Presiden Rusia, Vladimir Putin. 

“Belum pernah ada pembicaraan tentang mata uang BRICS, hal tersebut tidak masuk dalam agenda,” ungkap Anil Sooklal, Duta Besar Afrika Selatan untuk Asia dan BRICS, yang bertanggung jawab atas hubungan dengan blok tersebut dalam sesi informasi kepada media, dilansir Reuters, Jumat 21 Juli 2023.

“Apa yang telah kami katakan dan terus kami tingkatkan adalah perdagangan dalam mata uang lokal dan penyelesaian dalam mata uang lokal,” sambungnya. Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, termasuk di antara pemimpin-pemimpin BRICS yang mendorong gagasan tentang mata uang bersama.

Sebab, blok tersebut bertujuan menantang dominasi keuangan global dari negara-negara Barat usai sanksi terhadap Rusia setelah invasi Ukraina tahun lalu. Hal ini telah mendorong negara-negara untuk mencari alternatif terhadap dolar, terutama di antara sekutu non-AS.

Namun, Menteri Luar Negeri India menyatakan awal bulan ini bahwa mata uang akan tetap menjadi “masalah nasional untuk waktu yang lama ke depan.” Sementara Gubernur Bank Sentral Afrika Selatan telah menunjukkan bahwa mata uang bersama memerlukan adanya serikat perbankan, serikat fiskal, dan konvergensi makroekonomi.

Sooklal menambahkan BRICS memulai sebuah proses yang telah dipercepat akibat konflik dan sanksi unilateral. “Hari-hari dunia yang berpusat pada dolar telah berakhir, itulah realitasnya. Saat ini kita memiliki sistem perdagangan global multipolar,” ujar Anil Sooklal.