<p>Suasana pengunjung berbenja di Matahari Departement Store Mal WTC, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Selasa, 20 Oktober 2020. Foto: Panji Asmoro/TrenAsia</p>
Korporasi

Matahari Department Store (LPPF) Bakal Beri Dividen Rp200 per Saham

  • PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) memiliki rencana untuk mengusulkan pembagian dividen sebesar Rp200 per saham pada tahun buku 2023.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Emiten ritel PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) berencana untuk mengusulkan pembagian dividen sebesar Rp200 per saham dalam tahun buku 2023. Hal ini menunggu persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). 

CEO Matahari Department Store Monish Mansukhani menyatakan bahwa sebagai upaya pemulihan, perusahaan berkomitmen untuk mengatur alokasi modal dengan seimbang guna mendukung pertumbuhan sambil memaksimalkan nilai bagi para pemegang saham.

“Perseroan bermaksud untuk mengalokasikan kenaikan belanja modal di 2024 dan mengajukan pembagian dividen sebesar Rp200 per saham, sejalan dengan persetujuan dan sesuai peraturan,” ujarnya dalam keterangan tertulis pada Rabu, 27 Februari 2024. 

Sejalan dengan rencana tersebut, emiten yang bersandikan LPPF akan menyelenggarakan RUPST pada 3 April 2024, mendatang. Informasi mengenai panggilan dan seluruh agenda rapat telah diumumkan secara publik di situs web Bursa Efek Indonesia (BEI), KSEI, dan situs resmi perseroan pada 12 Maret 2024.

Asal tahu saja, pada tahun buku 2022, Matahari Department Store memutuskan pembagian dividen sebesar Rp525 per saham atau total Rp1,24 triliun. Keputusan ini sesuai dengan kebijakan manajemen untuk pembayaran dividen sebesar minimum 50% dari laba. 

Berdasarkan data IDX Mobile pada perdagangan Selasa, 27 Februari 2024, saham LPPF berhasil menguat 0,54% ke level Rp1.845 per saham. Dari sisi variasia harga, saham ini bergerak di kisaran Rp1.770 hingga Rp1.885 per saham. 

Laba Bersih

Merujuk laporan keuangan tahun 2023, LPPF sukses mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp630,51 miliar. Angka ini mengalami penurunan sebesar 51,17% dibandingkan dengan tahun 2022 yang mencapai Rp1,38 triliun.

Meskipun begitu, perseroan berhasil mencatat pendapatan bersih sebesar Rp6,53 triliun, mengalami pertumbuhan sebesar 1,30% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan tersebut berasal dari penjualan eceran sebesar Rp3,72 triliun, konsinyasi Rp2,79 triliun, dan jasa Rp11,29 miliar.

Namun, di tengah pertumbuhan pendapatan, LPPF juga mencatat kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 8,36% menjadi Rp2,22 triliun. Hal ini menyebabkan laba kotor perseroan turun menjadi Rp4,31 triliun, mengalami penurunan sebesar 1,99% year-on-year (YoY).

Penjualan kotor perseroan pada tahun 2023 mencapai Rp12,6 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 1,1% YoY. Meskipun terdapat tekanan inflasi, margin kotor LPPF mencapai Rp4,3 triliun, sementara Ebitda mencapai Rp1,4 triliun.

Pada seluruh tahun 2023, LPPF mencatat total aset sebesar Rp5,88 triliun, mengalami peningkatan sebesar 2,26% YoY. Namun, liabilitas perseroan melonjak 13,15% YoY menjadi Rp5,84 triliun. 

Sementara itu, ekuitas LPPF merosot 94,70% secara tahunan menjadi Rp30,73 miliar. Adapun arus kas setara kas pada akhir periode Desember 2023 mencapai Rp457,62 miliar, mengalami peningkatan sebesar 29,17% YoY dari posisi sebelumnya Rp354,28 miliar.