Karyawan melintas dengan latar layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Senin, 22 November 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Fintech

Mau Investasi Tapi Pakai Uang dari Hasil Utang, Boleh atau Tidak?

  • Meningkatnya tren investasi ternyata tak melulu diiringi dengan literasi keuangan yang mumpuni. Sebagai contoh, ternyata ada segelintir orang yang berinvestasi menggunakan dana pinjaman dari fintech pendanaan
Fintech
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Meningkatnya tren investasi ternyata tak melulu diiringi dengan literasi keuangan yang mumpuni. Sebagai contoh, ternyata ada segelintir orang yang berinvestasi menggunakan dana pinjaman dari fintech pendanaan.

Kejadian ini tak lain tak bukan karena orang tersebut tergiur dengan keuntungan investasi saham. Hal ini lantas membuat mereka memanfaatkan dana apa pun yang ada untuk diinvestasikan di saham, yang kabarnya bisa memberikan keuntungan besar dalam waktu singkat.

Parahnya, ada yang sampai menggunakan dana yang sebenarnya bukan dialokasikan untuk investasi, tetapi untuk kebutuhan rutin. Bahkan ada yang sampai berutang demi mengejar keuntungan investasi, misalnya di instrumen saham.

Seiring waktu, ternyata keuntungan investasi saham sama sekali tidak seperti yang diharapkan. Akibatnya, keuntungan tak bisa didapatkan, malah jadi terjerat utang karena tak segera dikembalikan.

Melansir dari laman Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Selasa 28 Desember 2021, berikut risiko berinvestasi menggunakan uang panas alias uang hasil berutang:

Suku Bunga Tinggi

Pinjaman online memiliki bunga yang relatif tinggi. Resminya, bunga pinjaman dana melalui platform fintech pendanaan tidak boleh lebih dari 0,8% per hari. Dengan demikian, jika Anda meminjam dana dalam sebulan, maka Anda akan terkena bunga sebesar 24%.

Sedangkan, instrumen investasi rerata memberikan keuntungan 11 – 12% per tahun. Itu pun sangat tidak pasti, karena sangat tergantung pada kondisi pasar. Itu pun bukan dari investasi saham langsung, melainkan keuntungan dari reksa dana.

Memang, berinvestasi di instrumen saham bisa sangat menguntungkan. Kadang bisa sampai ratusan kali lipat. Tetapi, hal tersebut tidak setiap hari terjadi, dan tidak setiap bulan bisa terjadi. Tak ada yang bisa menjamin, investasi saham akan memberikan return selalu positif sepanjang sejarah.

Jadi, misalnya Anda harus membayar bunga sebesar 24% per bulan, dari keuntungan investasi 11 – 12% per tahun? Wah, rasanya pasti berat.

Keuntungan Tak Pasti, Sementara Cicilan Itu Pasti

Investasi saham memang memiliki return yang cukup menggiurkan. Apalagi kalau kita hanya melihat angka saja, tanpa menelusuri lebih dalam grafik historisnya. Boro-boro melihat laporan keuangan perusahaan emiten yang bersangkutan, yang penting harganya sedang naik!

Namun, sayangnya, memang tak ada seorang pun yang bisa memprediksikan kapan pasar naik, dan kapan pasar turun. Para trader profesional yang sudah pintar membaca grafik saja kadang dibuat kalang kabut oleh pergerakan pasar. Apalagi para investor pemula yang hanya berbekal ‘katanya’, tanpa ilmu yang memadai.

Faktanya, keuntungan hasil investasi memang tak pasti. Sedangkan, cicilan utang itu hal yang pasti dan wajib kita bayar.

Risiko Kerugian Investasi

Ini adalah risiko paling jelas dari penggunaan uang pinjaman untuk membeli saham. Jika investasi yang Anda pilih tidak berjalan seperti yang diharapkan, dana investasi Anda akan hilang. Dengan demikian, pinjaman pun tidak akan dapat dikembalikan.

Hal ini kemudian akan membawa Anda pada masalah keuangan yang bisa saja lebih parah; Anda akan terpaksa mencairkan aset lain, atau justru memaksa Anda untuk melakukan pinjaman lain untuk membayar utang investasi.

Meningkatkan Potensi Gali Lubang Tutup Lubang

Lalu, bagaimana sebaiknya Anda berinvestasi saham? Mari kita simak tips terbaik investasi saham berikut ini.

Gunakan Dana Investasi

Umumnya, para perencana keuangan akan menyarankan bagi Anda untuk punya dana alokasi investasi kurang lebih 10 – 20% dari penghasilan. Nah, dana inilah yang seharusnya Anda gunakan untuk membeli saham, setelah sebelumnya melakukan analisis terhadap berbagai emiten yang ada.

Jangan gunakan dana yang hendak dipakai untuk kebutuhan rutin—makan, transportasi, kesehatan, dan kebutuhan esensial lainnya—dan sebaiknya hindari menggunakan dana hasil pinjaman.

Jika Anda memang meminjam dana dari platform fintech pendanaan, maka manfaatkanlah sesuai kebutuhan Anda. Misalnya saja untuk modal usaha, untuk berbagai keperluan mendadak, dan sebagainya. 

Tentu Anda tidak dilarang untuk berutang atau meminjam dana, tetapi akan ada baiknya Anda kelola dan manfaatkan dengan bijak agar tak menimbulkan kesulitan di kemudian hari.

Pelajari dan Pahami Risiko Investasi

Setiap orang memiliki profil risiko masing-masing, yang tak bisa dipaksakan. Karena itu, selain menyesuaikan dengan kemampuan finansial, Anda juga harus paham profil risiko sendiri dan menyesuaikannya dengan instrumen investasi yang hendak dimanfaatkan.

Salah satu hal yang perlu Anda lakukan untuk mengelola risiko investasi adalah dengan mendiversifikasikannya sesuai dengan tujuan keuangan Anda. 

Misalnya, sebagian Anda investasikan di instrumen dengan tinggi risiko, maka sebagian yang lain Anda investasikan ke instrumen rendah risiko.