Pekerja berjalan di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di Mail Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta 17 Oktober 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Korporasi

Mau IPO, Delta Giri Wacana (DGWG) Punya Kinerja Solid di Semester I-2024

  • Delta Giri Wacana (DGWG) siap IPO dengan target dana Rp1,03 triliun. Jelang IPO, emiten pupuk ini mencatatkan pendapatan Rp3,05 triliun dan laba bersih Rp223 miliar di semester I-2024.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Menjelang akhir tahun ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kedatangan emiten baru di sektor pupuk, yakni PT Delta Giri Wacana Tbk (DGWG). Perusahaan ini berencana untuk melaksanakan penawaran umum perdana (IPO) dengan melepas 25% sahamnya ke publik.

Berdasarkan prospektusnya, emiten yang akan menggunakan kode saham DGWG ini mematok harga IPO di kisaran Rp420-620 per saham, sehingga nilai IPO Delta Giri Wacana (DGWG) dapat mencapai hingga Rp1,03 triliun.

Lalu, dana yang diperoleh dari aksi korporasi ini akan dialokasikan untuk berbagai keperluan strategis perusahaan. Pertama, setelah dikurangi biaya emisi, 54,7% dari dana tersebut akan disalurkan kepada PT Fertilizer Inti Technology (FIT).

Rinciannya, 82,3% dari alokasi ini akan digunakan untuk modal kerja, terutama pembelian bahan baku pupuk seperti muriate of potash, ammonium chloride, dan triple super phosphate. Sementara itu, 17,7% dana akan digunakan untuk pembayaran sebagian pokok utang kepada PT Bank Permata Tbk.

Sebanyak 8,9% dari dana IPO akan diberikan kepada PT Dharma Guna Wibawa (DGW) untuk pelunasan sebagian pokok utang kepada beberapa bank, yaitu PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Maybank Indonesia Tbk, dan PT Bank SMBC Indonesia Tbk.

Perseroan juga akan menggunakan 33,1% dari dana IPO yang diterimanya. Dari alokasi tersebut, 43,9% akan digunakan untuk modal kerja pembelian bahan baku pestisida, seperti glyphosate TC, methomyl oxime, dan sodium cyanate. Sementara 29,8% akan dialokasikan untuk belanja modal guna pengembangan fasilitas lini produksi di pabrik pestisida di Cikande, Banten.

Proyek ini diharapkan selesai pada 2026 dan mulai beroperasi pada awal 2027. Sisanya, sebesar 26,3%, akan digunakan untuk pelunasan sebagian pokok utang kepada PT Bank UOB Indonesia dan PT Bank CIMB Niaga Tbk.

Terakhir, sebagian dari dana IPO juga akan disalurkan kepada PT Semesta Alam Sejati (SAS) untuk modal kerja pembelian bahan baku alat-alat pertanian, seperti sprayer, baterai, dan suku cadang lainnya. Semua pembelian bahan baku ini akan dilakukan melalui mekanisme ad hoc yang disesuaikan dengan kebutuhan produksi dan permintaan pasar.

Dalam aksi korporasi ini, DGWG menggandeng beberapa penjamin pelaksana emisi efek, yakni Samuel Sekuritas, BRI Danareksa Sekuritas, dan Shinhan Sekuritas. Masa penawaran awal akan berlangsung pada 2-16 Desember 2024, dengan masa penawaran umum diperkirakan pada 2-8 Januari 2025, dan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dijadwalkan pada 10 Januari 2025.

Kinerja Keuangan

Sementara itu, dari sisi kinerja semester I-2024, DGWG mencatatkan peningkatan pendapatan yang signifikan, dari Rp2,47 triliun pada semester I 2023 menjadi Rp3,05 triliun pada semester I 2024.

Peningkatan ini didorong oleh kenaikan volume penjualan dan harga jual produk. Alhasil, laba bersih tumbuh dari Rp190 miliar menjadi Rp223 miliar, mencerminkan pengelolaan beban operasional yang efektif.

Di samping itu, dari sisi neraca keuangan, total aset perusahaan mencatatkan peningkatan, dari Rp5,98 triliun pada semester I 2023 menjadi Rp6,54 triliun pada semester I 2024, didorong oleh kenaikan piutang usaha dan persediaan.

Adapun ekuitas meningkat dari Rp2,65 triliun menjadi Rp2,87 triliun seiring dengan akumulasi laba ditahan. Sementara itu, liabilitas perseroan mengalami kenaikan, dari Rp3,33 triliun menjadi Rp3,67 triliun, terutama akibat peningkatan utang usaha dan kewajiban jangka pendek.

Saat ini pengendali saham DGWG adalah David Yaory sekaligus penerima manfaat terakhir dengan kepemilikan saham sebanyak 85% saham, dan PT Agro Jaya Mandiri 15% saham. Setelah proses melantai di bursa terlaksana, public akan mengempit emiten pupuk ini sebesar 25%.

Sebagai tambahan, DGWG berdiri pada tahun 2001 sebagai perusahaan agrokimia, memulai bisnisnya dengan memasarkan pestisida bermerek Supremo. Pada tahun 2005, perseroan memperluas aktivitasnya dengan kegiatan bottling, yang kemudian ditingkatkan menjadi mixing dan bottling di fasilitas baru di Jababeka III, Bekasi pada tahun 2009.

Respons pasar yang positif mendorong DGWG untuk membangun saluran distribusi internal pada tahun 2010, memperkuat rantai pasok dan memperluas jangkauan pasar di Indonesia. Pada tahun 2011, perseroan masuk ke bisnis agro input dengan memperdagangkan pupuk NPK impor, yang pada tahun 2018 mulai diproduksi sendiri melalui fasilitas di Gresik, Jawa Timur.

Adapun bisnis agro input terus berkembang dengan memasuki segmen peralatan pertanian, seperti sprayer dan mulsa, serta mendirikan fasilitas produksi mulsa di Cikande, Banten pada tahun 2020. Untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor, DGWG mulai membangun pabrik karbamasi di Cikande pada tahun 2023, dengan kapasitas yang dirancang untuk kebutuhan domestik dan ekspor.