Mau Stock Split, Saham Indosat (ISAT) Ngacir 7,35 Persen
- Dengan geliat tersebut, saham ISAT menjadi salah satu dari top gainers pada sesi pertama hari ini.
Korporasi
JAKARTA – Rencana PT Indosat Tbk (ISAT) memecah saham (stock split) dengan rasio 1:5 mendapat respons positif dari para investor.
ISAT dibuka melenting 5,88% ke level Rp10.800 per saham. Mengacu harga tersebut, saham ISAT setelah stock split diperkirakan di kisaran harga Rp2.700 per saham.
Menyusul pengumuman stock split, saham ISAT langsung terbang 7,35% pada akhir perdagangan sesi I, Senin 12 Agustus 2024. Pada separuh perdagangan hari ini, saham ISAT parkir di harga Rp10.950 per lembar.
Sepanjang pagi ini, harga ISAT diperdagangkan di rentang Rp10.325 sampai Rp10.975 per lembar. Sebanyak 4,98 miliar lembar saham ISAT diperjual belikan dengan nilai transaksi sebesar Rp53,30 miliar.
Dengan geliat tersebut, saham ISAT menjadi salah satu dari top gainers pada sesi pertama hari ini.
Corporate Secretary ISAT, Reski Damayanti, menyatakan bahwa rencana stock split saham perseroan bertujuan untuk meningkatkan likuiditas saham yang rendah. Selain itu, aksi korporasi ini juga dimaksudkan untuk menarik minat investor muda.
“Perseroan berharap pemecahan saham (stock split) dapat meningkatkan likuiditas saham dan dapat menarik minat investor ritel, khususnya investor muda,” jelas Reski dalam keterangannya dikutip pada Senin 12 Agustus 2024.
Mengacu prospektusnya, jumlah saham seri B ISAT saat ini tercatat sebanyak 8,06 miliar lembar. Setelah stock split, jumlah saham beredar emiten telekomunikasi yang tergabung dalam Indeks LQ45 ini akan meningkat menjadi 32,25 miliar lembar.
Jika mengacu pada rasio stock split saham seri B ISAT sebesar 1:4, maka nilai nominal saham ini berubah menjadi Rp25 per saham dari sebelumnya Rp100 per saham. Sementara itu, nilai nominal saham seri A emiten tetap Rp100 per saham.
Jika aksi korporasi ini disetujui dalam RUPSLB, rencananya, tanggal akhir perdagangan saham dengan nilai nominal lama di seluruh pasar akan berlaku pada 11 Oktober 2024, dengan tanggal efektif pelaksanaan pemecahan saham ISAT pada 14 Oktober 2024.
"Tanggal mulai perdagangan saham dengan nilai nominal baru di pasar reguler dan pasar negosiasi pada 16 Oktober 2024 dan tanggal mulai perdagangan saham dengan nilai nominal baru di pasar tunai pada 16 Oktober 2024," jelas Reski melalui keterangannya dikutip pada Senin 12 Agustus 2024.
Sebagai catatan, saat ini struktur pemegang saham ISAT terdiri dari Ooredoo Hutchison Asia Pte. Ltd menguasai 65,64% saham, kemudian PT Perusahaan Pengelola Aset memegang sebanyak 9,63%, PT Tiga Telekomunikasi Indonesia sebanyak 8,33%, Muhammad Buldansyah sebanyak 0,003% serta publik sebanyak 0.0155%.
Kinerja ISAT
ISAT sendiri diketahui telah melaporkan kinerja keuangan semester I-2024 dengan peningkatan pendapatan di segmen seluler serta lonjakan laba bersih dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan keuangan interim yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia pada Selasa, 30 Juli 2024, emiten bersandikan ISAT, melaporkan pendapatan semester I-2024 sebesar Rp27,97 triliun, naik 13,4% secara tahunan dari Rp24,67 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Diketahui kenaikan pendapatan ISAT ditopang oleh kinerja segmen seluler yang melejit 11,4% secara tahunan ke level Rp23,60 triliun, dari Rp21,17 triliun pada semester I-2023. Kenaikan ini disebabkan oleh peningkatan pendapatan data yang diimbangi penurunan pendapatan telepon dan jasa nilai tambah.
Sejalan dengan segmen seluler, segmen MIDI Indosat juga mengalami kenaikan 29,3% ke level Rp3,91 triliun dari Rp3,02 triliun pada akhir tahun lalu, yang didorong oleh peningkatan pendapatan dari internet tetap, konektivitas tetap, dan layanan IT.
Sementara itu, segmen telekomunikasi mengalami penurunan sebesar 1,9% secara tahunan, mencapai Rp458,9 miliar, dibandingkan Rp467,8 miliar pada semester I-2023. Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya pendapatan dari telepon internasional.
Dari sudut pandang neraca keuangan, ISAT melaporkan jumlah aset pada akhir Juni 2024, berada di angka Rp112,78 triliun, jumlah tersebut menurun sekitar 1,7% dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp114,72 triliun.
Sementara itu, jumlah liabilitas juga menurun 3,2% dari level Rp81,01 triliun pada akhir tahun lalu menjadi Rp78,44 pada akhir Juni tahun ini. Alhasil, ekuitas perseroan melenting tipis 1,9% ke level Rp34,33 triliun.