Ilustrasi lokasi pertambangan emas, tembaga, nikel, batu bara, dan mineral lain / Dok. Archi Indonesia
Energi

Mau Susul CPO Masuk Bursa, Bagaimana Posisi Nikel di Perekonomian Indonesia?

  • Setelah Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan telah meluncurkan Bursa Crude Palm Oil (CPO) pada Jumat, 13 Oktober 2023. Selain CPO, akan ada komoditas strategis lain yang menyusul untuk masuk ke perdagangan bursa salah satunya nikel.
Energi
Debrinata Rizky

Debrinata Rizky

Author

JAKARTA - Usai Kementerian Perdagangan meluncurkan Bursa Crude Palm Oil (CPO) pada (13/10), pemerintah berencana menyertakan komoditas strategis lain ke perdagangan bursa.

Komoditas strategis adalah suatu barang atau benda yang mudah untuk dipasarkan, dan secara ekonomi dapat diandalkan dalam menunjang kesejahteraan masyarakat dan pembangunan. Nikel, salah satunya. Pamor komoditas yang menjadi bahan baku pembuatan baterai ini meroket sejak perkembangan kendaraan listrik berkembang masif di dunia.

Sebaran nikel di Indonesia

Nikel sendiri merupakan mineral tambang yang sedang diminati pasalnya dapat menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik. Adapun persebaran bijih nikel di Indonesia banyak ditemukan di Pulai Sulawesi, Maluku, Halmahera, Papua dan Kalimantan. Di Sulawesi, salah satu pusat industri tambang ini khususnya terdapat di Morowali dan Morowali Utara.

Hingga saat ini sebagian besar nikel yang diproduksi di Indonesia diekspor ke luar negeri, seperti Tiongkok, Jepang, Eropa dan Amerika. Produk nikel yang diekspor tersebut antara lain bijih nikel, nikel matte, feronikel dan niclek pg iron (NPI).

Mengutip data Badan Pusat Statistik, Senin, 16 Oktober 2023, produksi tahunan nikel menurut jenis bahan tambang mengalami naik turun dari tahun ke tahun. Di mana pada 2019 bijih nikel atau nickel ore produksi tahunannya mencapai 60,9 juta ton, lalu pada 2020 menurun menjadi 48 juta ton, dan pada 2021 naik kembali di angka 65,5 juta ton.

Sedangkan, berdasarkan data Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, pada tahun 2020, Indonesia tercatat memiliki total sumber daya dan cadangan logam nikel sebesar 143 juta ton dan 49 juta ton.

Sedangkan produksi bijih nikel Indonesia mencapai 0,76 juta ton-Ni dengan serapan sekitar 0,70 juta ton-Ni. Menurut data Juni 2021, pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel yang telah beroperasi didominasi oleh teknologi pirometalurgi sebanyak 27 pabrik, sementara pengguna teknologi hidrometalurgi yang telah beroperasi hanya ada 2 pabrik.

Industri hilir nikel yang telah terbangun adalah industri baja tahan karat dengan realisasi produksi sebesar 2,62 juta ton seri-300 dan sebesar 60 ribu ton baja seri-200.

Ekspor Nikel

Menurut BPS, program hilirisasi nikel membuat kinerja ekspor nikel dengan kode HS 75 melonjak sejak tahun 2015.

Plt Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti membeberkan bahwa, ekspor nikel untuk kode HS 75 mencatatkan nilainya sepanjang 2023 ini meningkat US$4 miliar atau setara Rp61,2 triliun (kurs Rp15.300).

"Ekspor nikel kode HS 75 meningkat signifikan dari tahun 2015, dengan program hilirisasi yang difaslitasi pemerintah telah mendorong untuk naik lebih dari US$4 miliar atau 5 kali lipat dari 2015," katanya pada15 Agustus 2023.

Sedangkan sepanjang 2022 Indonesia melakukan ekspor nikel sebanyak 777,4 ribu ton, meningkat 367% dibanding setahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Nilai total ekspor nikel Indonesia pada 2022 juga melonjak 369% (yoy) menjadi US$5,97 miliar. Sepanjang 2022, Indonesia paling banyak mengekspor nikel ke Tiongkok, dengan pengiriman sebanyak 661,7 ribu ton.

Pembeli terbesar berikutnya adalah Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Norwegia, India, Singapura, Hong Kong, Belgia, dan Timor Leste.