<p>Direktur Niaga dan Pelayanan PT PLN (Persero) Bob Saril melakukan simulasi pengisian listrik kendaraan bermotor di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) PLN, di Kantor Pusat PLN, Trunojoyo, Jakarta, Senin, 9 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Mau Zero Carbon 2060, Ini Peta Jalan PLN

  • Untuk merealisasi target karbon netral 2060, PT PLN (Persero) membeberkan sejumlah upaya transisi energi melalui dari peta jalan skenario Zero Carbon 2060.
Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Untuk merealisasi target karbon netral 2060, PT PLN (Persero) membeberkan sejumlah upaya transisi energi melalui dari peta jalan skenario Zero Carbon 2060.

“PLN memberikan insentif kepada pengguna kendaraan listrik berupa biaya penyambungan guna tambah daya listrik di rumah. PLN juga memberikan diskon tarif listrik selama tujuh jam (Pukul 22.00 s.d. 05.00) khusus untuk pengisian daya kendaraan listrik di rumah,” kata Zulkifli dalam siaran pers, dikutip Senin 1 November 2021.

Per Oktober 2021, PLN telah menyediakan 47 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang tersebar di seluruh Indonesia. Sampai dengan akhir 2021, Zulkifli menargetkan penambahan 67 unit SPKLU baru lagi.

Sementara dari sisi suplai, saat ini, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) masih mendominasi sistem pembangkitan PLN dengan kontribusi sekitar 68%. Tahapan monetisasi pembangkit berbasis batu bara hingga 2056 akan dilaksanakan bersamaan dengan pembangunan pembangkit EBT.

Zulkifli menjabarkan, mulai 2030 PLN akan memasuki tahap pertama mempensiunkan pembangkit fosil tua yang sub-kritikal sebesar 1 gigawatt (GW). Kemudian pada 2035 memasuki tahap kedua, PLN akan kembali mempensiunkan PLTU sub-kritikal sebesar 9 GW.

Tahap ketiga pada 2040, PLN akan mempensiunkan PLTU yang super critical sebesar 10 GW. Lima tahun berikutnya, PLN akan dilaksanakan pemensiunan PLTU ultra super critical tahap pertama sebesar 24 GW dan setelah itu pada 2055 tahap pemensiunan super critical terakhir sebesar 5 GW.

Adapun pada periode 2030 hingga 2056 mendatang, PLTU akan digantikan dengan energi baru terbarukan secara bertahap. Tak hanya itu saja, PLN juga sudah menyiapkan skenario carbon capture, utilization, and storage (CCUS) yang dalam roadmap akan mulai diterapkan setelah 2035. 

CCUS dinilai sebagai teknologi alternatif yang dari segi dampak lingkungan dan jaminan ketersediaan pasokannya relatif aman. Dari sisi investasi, penerapan teknologi CCUS memang masih perlu dikaji lebih mendalam. 

“Ketika investasi CCUS sudah terjangkau, skenario ini dapat mempertahankan penggunaan batu bara pada volume tertentu hingga 2060.”

Dari sisi pembangkit EBT, PLN sudah menyiapkan skenario terbaik untuk mendukung Carbon Neutral 2060. Porsi EBT bakal mendominasi bauran energi pembangkit PLN ke depan.

Komposisi Pembangkit Listrik

Pada 2020, porsi PLTU di pembangkit sebesar 68%, PLTGU 19%, PLTA 7 %, PLTP 6 % dan PLTS sebesar 1 %. Pada 2025, porsi PLTU menurun ke angka 62 %. Hanya saja eskalasi peningkatan di sektor pembangkit EBT melonjak dengan masuknya PLTS ke sistem yang mencapai porsi 7 %. Kapasitas PLTP dan PLTA juga bertambah dengan porsi masing-masing 8 %.

Sepuluh tahun kemudian yaitu pada 2035, porsi EBT terus meningkat dengan porsi PLTS sebesar 23 %. PLTP juga naik menjadi 13 % dan PLTA 9 %.

Pada 2040, PLN memulai penggunaan CCUS dengan porsi 24 %. Pembangkit listrik berbasis nuklir juga mulai dioperasikan negara pada tahun ini dengan porsi 4 %. Pada tahun ini juga porsi PLTS bahkan juga naik sampai 45 %. Pada tahun ini juga Indonesia resmi terbebas dari pengoperasian PLTU.

Hingga 2060, porsi PLTS dan PLTB bereskalasi hingga 53 %. Porsi PLTP juga naik mencapai 14 % dan EBT lainnya sebesar 14 %.