<p>Suasana pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jum&#8217;at, 17 Juli 2020. Indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatat koreksi 0,21 persen di akhir sesi pertama perdagangan Jumat 17 Juli 2020. Kekhawatiran terkait gelombang kedua penyebaran virus corona (Covid-19) dan aksi ambil untuk atau profit taking dinilai menjadi penyebab koreksi indeks. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

MDKA, MIKA, dan SMRA Masuk LQ45, Simak Kinerja Keuangan dan Pergerakkan Harga Sahamnya

  • Tiga pendatang baru indeks LQ45 itu menggantikan tiga anggota lama yakni PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), PT Matahari Departement Store Tbk. (LPPF), dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT).

Industri

Issa Almawadi

JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) baru saja mengumumkan tiga anggota baru indeks LQ45. Di antaranya PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA), dan PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA).

Tiga pendatang baru indeks LQ45 itu menggantikan tiga anggota lama yakni PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), PT Matahari Departement Store Tbk. (LPPF), dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT).

Mengutip keterangan BEI, Jumat, 24 Juli 2020, indeks LQ45 adalah indeks yang berisi saham-saham dengan likuiditas tinggi dan kapitalisasi besar, serta didukung fundamental yang baik dan tingkat kepatuhan yang tinggi.

Indeks-indeks tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi investor untuk melihat pergerakan harga saham berdasarkan kriteria tersebut. Selain itu, kedua indeks tersebut juga dapat menjadi underlying bagi Manajer Investasi untuk menerbitkan produk-produk investasi lainnya, seperti reksa dana dan Exchange Traded Fund (ETF).

Indeks LQ45 dan IDX30 mendapatkan review sebanyak empat kali dalam satu tahun, masing-masing dua kali review mayor dan minor. Review mayor dilakukan setiap bulan Januari dan Juli untuk efektif di bulan Februari dan Agustus. Review mayor bertujuan untuk mengevaluasi konstituen indeks dan bobot yang digunakan untuk penghitungan indeks. Sedangkan review minor pada Mei dan November dilakukan untuk mengevaluasi bobot indeks.

Dengan kehadiran anggota baru indeks LQ45, tidak lengkap rasanya jika tak melihat bagaimana performa saham-saham tersebut sesuai dengan kriteria yang ada. Terlebih, dari tiga anggota baru tersebut, hanya satu saham saja yang memberi return positif sepanjang tahun ini.

Merdeka Copper (MDKA)

Kinerja perusahaan tambang emas milik Sandiaga S. Uno melalui PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) ini memang sedang melambung. Salah satu faktornya, tentu saja karena naiknya harga emas dunia.

Tapi, dari sisi fundamental keuangannya, laba bersih Merdeka Copper sedang tertekan. Per kuartal I-2020, perseroan meraup laba bersih US$14,9 juta atau turun 26,29% dari periode sama 2019 US$20,3 juta.

Penurunan laba bersih Merdeka Copper terkait meningkatnya beban pokok pendapatan sebesar 30,6% menjadi US$69,22 juta, sementara pendapatannya hanya naik 13,61%.

Meski begitu, harga saham Merdeka Copper dengan kode MDKA terus melaju. Hingga 24 Juli 2020, harga saham MDKA melesat 60,28% dari Rp1.070 di akhir 2019 menjadi Rp1.715.

Catatan itu pun mendorong nilai kapitalisasi pasar saham MDKA menjadi Rp39,3 triliun.

Mitra Keluarga (MIKA)

Berbeda dengan Merdeka Copper, kinerja keuangan perusahaan rumah sakit Mitra Keluarga dalam tiga bulan pertama tahun ini cukup baik. Laba bersihnya naik 8,6% dari Rp182,99 miliar pada kuartal I-2019 menjadi Rp198,77 miliar.

Keuntungan Mitra Keluarga ini sejalan dengan pendapatannya yang naik 8,71% menjadi Rp874,72 miliar dari periode sama 2019 Rp804,64 miliar.

Sayangnya, kinerja keuangan Mitra Keluarga tidak mampu mendorong harga saham MIKA. Secara year to date hingga 24 Juli 2020, saham dengan kapitalisasi pasar Rp34,48 triliun ini justru turun 12,36% dari Rp2.670 per akhir 2019 menjadi Rp2.340.

Summarecon Agung (SMRA)

Lain lagi dengan emiten properti yang satu ini. Baik kinerja keuangan dan kinerja sahamnya memang sedang turun.

Hingga Maret 2020, laba bersih Summarecon turun 12,31% dari Rp42,24 miliar di kuartal I-2019 menjadi Rp37,04 miliar.

Harga saham SMRA bahkan turun lebih dalam. Secara year to date hingga 24 Juli 2020, saham dengan kapitalisasi pasar Rp9,09 triliun ini anjlok 41,29% dari Rp1.005 per akhir 2019 menjadi Rp590.

Sebagai tambahan informasi, daftar saham yang masuk indeks LQ45 ini diumumkan Bursa selambat-lambatnya H-5 sebelum tanggal efektif pada 3 Agustus 2020 dan disampaikan setelah penutupan jam perdagangan.

“Untuk menghindari kesalahpahaman dan informasi yang tidak resmi, Bursa mengimbau untuk senantiasa mencari sumber informasi terkait Pasar Modal Indonesia dari kanal resmi BEI, seperti website dan media sosial BEI,” ujar Sekretaris Perusahaan BEI Yulianto Aji Sadono. (SKO)