Ilustrasi Pengerjaan Konstruksi/ id.pinterest.com
Industri

Melacak Kontrak BUMN Karya Hingga Semester I-2020

  • JAKARTA-Kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya mengalami tekanan sepanjang semester I-2020. Dari empat emiten konstruksi, tiga perusahaan melaporkan adanya penurunan pada pencapaian kontrak baru. Berdasarkan data yang dirangkum TrenAsia.com, kinerja PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) tercatat paling unggul dari emiten kontruksi lainnya dengan perolehan kontrak baru yang cenderung stabil. Pada semester pertama tahun […]

Industri

wahyudatun nisa

JAKARTA-Kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya mengalami tekanan sepanjang semester I-2020. Dari empat emiten konstruksi, tiga perusahaan melaporkan adanya penurunan pada pencapaian kontrak baru.

Berdasarkan data yang dirangkum TrenAsia.com, kinerja PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) tercatat paling unggul dari emiten kontruksi lainnya dengan perolehan kontrak baru yang cenderung stabil.

Pada semester pertama tahun ini, Waskita mengantongi kontrak baru mencapai Rp8,13 triliun. Nilai itu nyaris sama dengan perolehan tahun sebelumnya yakni sebesar Rp8,18 triliun. Padahal pandemi COVID-19 telah memukul sejumlah sektor usaha termasuk konstruksi di tahun ini.

Presiden Direktur Waskita Karya Destiawan Soewardjono mengatakan perolehan nilai kontrak baru mayoritas dari proyek jalan tol, kontribusinya sebesar 58% dari total perolehan kontrak baru perseroan per Juni 2020.

Proyek-proyek itu antara lain ruas tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) paket III dan IV senilai Rp3,3 triliun dan ruas tol Pasuruan-Probolinggo seksi IV senilai Rp1,3 triliun. Selain proyek jalan tol, perseroan juga mengantongi proyek baru dari fasilitas kesehatan, gedung, industri, dan proyek lainnya.

Disebutkan Destiawan, perseroan turut berkontribusi dalam pembangunan beberapa rumah sakit COVID-19 di beberapa daerah meliputi pembangunan ruang isolasi Rumah Sakit (RS) Fatmawati di Jakarta, Fasilitas Observasi & Karantina Pulau Galang di Riau, serta ruang isolasi RS Adam Malik di Medan.

Tak hanya itu, perusahaan konstruksi plat merah ini juga memperoleh kontrak proyek pembangunan sarana pendidikan yaitu Gedung Universitas Islam Negeri Jambi dan Politeknik Negeri Malang. Secara keseluruhan, target kontrak baru WSKT untuk tahun ini mencapai Rp26 triliun.

Berbanding terbalik dengan Waskita, PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA) justru mengalami kontraksi terdalam sepanjang semester pertama tahun ini. Perolehan kontrak baru perusahaan tercatat melorot 77,67% (year-on-year/YoY).

Per Juni 2020, capaian kotrak baru WIKA sebesar Rp3,4 triliun. Jumlah ini turun drastis dari perolehan di periode yang sama di 2019 yakni mencapai Rp15,23 triliun. Adapun, perolehan kontrak baru perseroan masih didominasi oleh proyek infrastruktur.

Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya mengatakan tahun ini perusahaannya memangkas target capaian kontrak baru dari yang semula sebesar Rp65 triliun. “Kami menargetkan sampai akhir tahun masih bisa meraih Rp20 triliun sampai Rp21 triliun kontrak baru,” tuturnya, Jumat, 7 Agustus 2020.

Disusul PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) yang juga membukukan kinerja kurang memuaskan pada enam bulan pertama tahun 2020. Perolehan kontrak baru perseroan merosot 40% secara tahunan.

Direktur Keuangan Adhi Karya Agung Dharmawan menyampaikan, “Sepanjang semester I-2020 kondisi industri termasuk infrastruktur cukup menantang,” ujarnya, Senin, 10 Agustus 2020. Perolehan kontrak baru ADHI tercatat hanya sebesar Rp3,7 triliun.

Dia menjelaskan konstrak baru yang berhasil diraih perseroan antara lain proyek mass rapid transit (MRT) Utara-Selatan Jakarta sebesar Rp1,4 triliun, proyek irigasi di Cipelang-Jawa Barat senilai Rp300 miliar, dan proyek Oyama Plaza Apartment di Sunter sebesar Rp200 miliar.

Menurut Agung, perusahaan bersandi saham ADHI ini membidik perolehan kontrak baru sebesar Rp35 triliun hingga akhir tahun 2020.

Proyek PTPP

Serupa dengan Adhi Karya, emiten konstruksi dan properti PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. (PTPP) juga membukukan penurunan capaian kontrak baru di semester pertama 2020. Perseroan mengantongi kontrak baru sebesar Rp8,98 triliun di periode tersebut.

Angka itu merosot hingga 39,32% dari perolehan di semester pertama tahun lalu yang mencapai Rp14,8 triliun. Perolehan ini terdiri dari kontrak baru induk perseroan sebesar Rp7,91 triliun dan anak usaha perseroan sebesar Rp1,07 triliun.

Hingga Juni 2020, sejumlah proyek yang berhasil diraih PTPP meliputi refinery development master plan (RDMP) joint operation (JO) alias kerja sama operasional sebesar Rp1,80 triliun, Water Treatment Pekanbaru sebesar Rp1,26 triliun, dan Bogor Apartment sebesar Rp1,17 triliun.

Perusahaan dengan kode saham PTPP itu juga mengantongi proyek baru dari Sport Center Banten sebesar Rp794 miliar, SGAR Alumina sebesar Rp660 miliar, RDMP Reguler sebesar Rp576 miliar, serta ruas jalan Kendari-Toronipa sebesar Rp412 miliar.

Dalam keterangan resminya, perseroan menyebutkan perolehan kontrak baru itu matoritas berasal dari perusahaan plat merah alias BUMN dengan kontribusi sebesar 39%, disusul pemerintah berkontribusi sebesar 27%, dan swasta 27%.

Tahun ini, PTPP membidik pencapaian kontrak baru sebesar Rp40,36 triliun. Namun, setelah melakukan kajian stress test terhadap dampak pandemi COVID-19, perseroan mengoreksi target tersebut menjadi Rp23,57 triliun.