Melanggar Tabu, Jepang akan Ubah Pesawat Angkut Jadi Bomber
- Di bawah proposal baru, pesawat C-2 Jepang akan menggunakan sistem Rapid Dragon milik Amerika untuk dengan cepat mengubahnya dari jet angkut jarak jauh menjadi pembom
Tekno
TOKYO- Jepang dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk melanggar tabu pascaperang guna menghadapi ancaman dari Korea Utara dan China.
Dilaporkan Jiji Press baru-baru ini, di bawah proposal baru, pesawat C-2 Jepang akan menggunakan sistem Rapid Dragon milik Amerika untuk dengan cepat mengubahnya dari jet angkut jarak jauh menjadi pembom. Pemerintah pascaperang telah melarang bomber karena dianggap sebagai senjata perang agresif. Tetapi tekanan militer dari tetangganya mendorong Tokyo untuk mempertimbangkan kembali.
Pemerintah Jepang sedang mempertimbangkan untuk menggunakan jenis rudal yang mesinnya menyala di udara setelah dijatuhkan selama penerbangan. Ini adalah referensi ke sistem baru Rapid Dragon Amerika. Konsep yang dibangun Air Force Research Lab pada Desember 2019 untuk memanfaatkan ratusan jet angkut Amerika untuk diubah menjadi pembom sementara. Mereka termasuk pesawat C-130J Super Hercules dan C-17 Globemaster III.
- China Kutuk Kunjungan Singkat Wakil Presiden Taiwan ke AS
- Tak Mau Berhenti, Kapal Perang Rusia Tembaki Kapal Kargo Sipil
- AS Hadapi Badai Utang
Dikutip dari Popular Mechanics Senin 14 Agustus 2023, Rapid Dragon melibatkan penempatan rudal seperti AGM-158 Joint Air to Surface Standoff Missile (JASSM) di atas palet yang dilengkapi dengan set parasut. Palet dirancang untuk didorong dengan cepat ke pesawat angkut.
Saat transportasi mendekati titik penurunan parasut seret menyedot palet keluar dari pesawat. Parasut lain terbuka dan memperlambat penurunannya. Saat palet turun inilah misil mulai berjatuhan dan segera mesinnya aktif di udara.
AGM-158 JASSM memiliki jangkauan lebih dari 350 km. Sementara versi jarak jauhnya, AGM-158B Joint Air-to-Surface Standoff Missile – Extended Range (JASSM-ER) memiliki rentang serang sekitar 1000 km. AGM-158 adalah rudal jelajah penghindaran radar dipandu GPS dengan hulu ledak penetrator seberat 1000 kg.
Rudal ini menggunakan perutean dan panduan presisi dalam cuaca buruk, siang atau malam, menggunakan pencari inframerah selain GPS untuk menemukan dan menghancurkan target bernilai tinggi yang dipertahankan dengan baik.
Alasan menggunakan pesawat angkut taktis untuk membawa rudal jelajah cukup sederhana. Dibandingkan dengan kebanyakan pesawat tempur, pesawat angkut seperti C-2 akan mampu membawa lebih banyak rudal dan tetap mengudara untuk waktu yang lebih lama.
Dikembangkan oleh Kawasaki Aerospace, C-2 adalah pesawat angkut jet dua mesin dengan kapasitas kargo sekitar setengah dari C-17 Amerika. Kotak kargo C-2 lebih kecil dari C-17, tetapi mungkin bisa membawa setidaknya dua palet dengan masing-masing sembilan rudal, dengan total 18. Sebagai perbandingan, jet tempur F-15J Jepang dapat membawa paling banyak lima JASSM.
- Perusahaan Perlu Tingkatkan Kapasitas Governansi untuk Adopsi ESG
- Bank BRI Ingatkan Nasabah Segera Validasi NIK Jadi NPWP, Supaya Tidak Terkena Tarif PPh
- 3 Langkah Baru Pemerintah untuk Sebarkan 'Virus' ESG
Kawasaki C-2 mampu mengangkut 110 orang dan menempuh jarak sekitar 7.600 kilometer dengan muatan 20 ton. Angkatan Udara Bela Diri Jepang berencana membeli 22 pesawat tersebut. Jepang juga telah mengonversi prototipe kedua menjadi varian ELINT, yang diberi nama RC-2.
Melanggar Tabu
Jepang muncul dari Perang Dunia II sebagai negara yang berubah. Dan konstitusinya melarang perang sebagai instrumen kebijakan nasional. Negara ini juga melarang memiliki angkatan bersenjata. Pasal 9 konstitusinya menyatakan: “angkatan darat, laut, dan udara, serta potensi perang lainnya, tidak akan pernah dipertahankan. Perlu dicatat bahwa pejabat Amerika menulis konstitusi Jepang.
Meski dilarang, Jepang masih mempertahankan angkatan darat, laut, dan udara. Namun secara teknis mereka adalah pasukan pertahanan diri. Pasukan ini telah ada sejak 1950-an, bersama dengan pembatasan kebijakan tertentu, termasuk larangan senjata ofensif. Pembatasan ini secara eksplisit mencakup rudal jelajah, kapal induk, dan pembom.
Seiring kekuatan militer China tumbuh dan Korea Utara terus membangun senjata nuklir, pembatasan kebijakan ini perlahan-lahan hilang. Jepang mengubah dua kapal induk helikopternya, Izumo dan Kaga, untuk membawa pesawat F-35B Lightning II. Mereka juga berencana untuk membeli 400 rudal jelajah Tomahawk dari Amerika. Dan kini dengan Rapid Dragon mereka bisa mengubah transportasi C-2 menjadi bomber C-2.