minutman 3.jpg
Dunia

Meledak! Harga Rudal Nuklir Amerika Melonjak Jadi Rp3,5 Triliun Per Biji

  • Proyeksi harga program ICBM Sentinel telah tumbuh lebih dari 80 persen menjadi hampir US$141 miliar atau sekitar Rp2.300 triliun (kurs Rp16.200). Ini hampir dua kali lipat dari perkiraan awal.

Dunia

Amirudin Zuhri

JAKARTA- Program rudal balistik antar benua ICBM Sentinel Amerika menemui masalah besar. Selain pembengkakan biaya besar-besaran, upaya ini juga akan telah mundur dari jadwal.

Proyeksi harga program ICBM Sentinel telah tumbuh lebih dari 80 persen menjadi hampir US$141 miliar atau sekitar Rp2.300 triliun (kurs Rp16.200). Ini hampir dua kali lipat dari perkiraan awal. Dan sekarang program diperkirakan akan mengalami penundaan selama bertahun-tahun. 

Pentagon mengatakan telah menilai bahwa tidak ada alternatif yang lebih murah. Tetapi Amerika , membutuhkan ICBM baru untuk menggantikan Minuteman III yang ada saat ini.

Kantor Menteri Pertahanan mengumumkan hasil tinjauan resmi program Sentinel pada Senin 8 Juli 2024. "Ada alasan untuk kenaikan biaya ini, tetapi juga tidak ada alasan," kata William LaPlante, Wakil Menteri Pertahanan untuk Akuisisi dan Keberlanjutan dikutip Defense News. 

"Kami sepenuhnya menyadari besarnya biaya, tetapi kami juga memahami risiko jika tidak memodernisasi kekuatan nuklir kami dan tidak mengatasi ancaman yang sangat nyata yang kami hadapi."

Berdasarkan hukum yang ada, program pertahanan yang mengalami peningkatan biaya ekstrem  harus dibatalkan. Kecuali berbagai kriteria terpenuhi. 

Harga Sentinel yang meningkat memicu pelanggaran undang-undang tersebut pada bulan Januari. Angkatan Udara Amerika juga memecat perwira tinggi yang bertanggung jawab atas program tersebut bulan lalu. 

Angkatan Udara saat ini memiliki sekitar 400 LGM-30G Minuteman III yang ditempatkan dalam silo yang tersebar di lima negara bagian. 

Pentagon dan Angkatan Udara sebelumnya mengatakan bahwa pertumbuhan biaya Sentinel terutama terkait dengan peningkatan yang diperlukan pada silo rudal yang ada. Juga infrastruktur peluncuran serta komando dan kendali lainnya. Bukan pada rudal yang diberi  yang diberi kode LGM-35A  itu sendiri. 

Tetapi harga rata-rata per unit yang diperkirakan untuk LGM-35A juga masih terus bertambah. Saat ini perkiraan harga menjadi sekitar US$214 juta atau sekitar Rp3,5 triliun. Jauh di atas proyeksi awal yakni US$118 juta  atau sekitar Rp1,9 triliun. 

Angkatan Udara Amerika saat ini sedang dalam proses merestrukturisasi program Sentinel. Langkah yang akan mengarah pada dasar biaya yang direvisi lebih lanjut. Pengerjaan ulang program Sentinel diperkirakan akan memakan waktu antara 18 hingga 24 bulan.

Belum ada tanggal baru yang tersedia untuk kapan LGM-35A pertama akan mulai beroperasi. Tetapi dengan kondisi sekarang diperkirakan akan tertunda beberapa tahun dari jadwal. Perkiraan awal yang dirilis ke publik sebelumnya adalah bahwa transisi dari Minuteman III ke Sentinel terjadi sekitar tahun 2030-an.  

Bagian dari Upaya Besar

Sentinel merupakan bagian dari upaya lebih besar Amerika untuk memodernisasi seluruh persenjataan nuklir mereka.  Hal ini mencakup program-program mahal lainnya seperti bomber siluman B-21 Raider , kapal selam rudal balistik nuklir kelas Columbia , dan bom nuklir B61-12 . Program kapal selam Columbia khususnya juga menghadapi masalah biaya dan jadwalnya sendiri.

Dalam sebuah pernyataan Northrop Grumman yang membangun Sentinel mengatakan,  pihaknya telah membuat kemajuan penting pada sistem persenjataan yang sangat kompleks ini. “Kami terus mencapai tonggak-tonggak penting untuk mematangkan desainnya, serta mengurangi risiko guna mempersiapkan produksi dan penyebaran di masa mendatang,” kata perusahaan itu.

Northrop mengatakan tonggak sejarah tersebut meliputi merancang dan mengembangkan fasilitas Sentinel, peralatan pendukung dan rudal, serta pengujian komponen seperti kerucut hidung dan tiga tahap pendorong.

Sedangkan Jenderal Jim Slife, wakil kepala staf Angkatan Udara Amerika mengatakan, pertumbuhan biaya Sentinel diperkirakan tidak akan terjadi selama lima tahun ke depan. Dan pilihan tersulit tentang apa yang akan dipotong tidak akan dibuat hingga setelah dasar baru program ditetapkan.