<p>Vaksin COVID-19/ Reuters</p>
Industri

Melesat Tersuntik Sentimen Vaksinasi, Saham Farmasi Rawan Koreksi dan Suspensi

  • Equity Fundamental Analyst Reliance Sekuritas Indonesia Anissa Septiwijaya menilai, sentimen vaksinisasi memang telah memberikan dampak yang positif bagi saham farmasi. Namun demikian, dia mengingatkan bahwa sentimen itu bisa juga memberikan dampak yang negatif.

Industri

Fajar Yusuf Rasdianto

JAKARTA – Sentimen positif membanjiri saham-saham sektor farmasi pada perdagangan Senin, 11 Januari 2021. Mulai dari rencana vaksinasi pada Rabu, 13 Januari mendatang, hingga izin penggunaan darurat Badan Pengawas Obat dan Minuman (BPOM).

Sontak, adanya kabar gembira itu langsung melesatkan saham-saham sektor farmasi di pasar modal. Hingga akhir perdagangan, hampir seluruh emiten farmasi yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami peningkatan harga lebih dari 20%.

Saham produsen jarum suntik PT Itama Ronaraya Tbk (IRRA) menjadi emiten farmasi dengan peningkatan harga tertinggi. Saham IRRA melesat 25% atau 740 poin ke level Rp6,250 per lembar.

Peningkatan tajam kedua tertinggi terjadi pada saham PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF). Saham INAF melejit 1.250 poin atau 25% ke level Rp6.250 per lembar.

Tidak jauh berbeda, anak usaha Indofarma, yakni PT Phapros Tbk (PEHA) juga turut mengalami peningkatan harga yang cukup tajam. Saham PEHA melesat hingga 24,81% atau 495 poin ke level Rp2.290 per lembar.

Selanjutnya, ada PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) yang melesat 20% atau 1.075 poin ke level Rp6.450 per lembar. Saham KAEF mampu mencatatkan total transaksi Rp814,3 miliar.

Lalu, saham PT Pyramid Farma Tbk (PYFA) yang melejit 24,65% atau 265 poin ke level Rp265 per lembar. Terakhir, ada juga PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang mencatatkan peningkatan harga 18,06% atau 270 poin ke level Rp1.765 per lembar.

Vaksin COVID-19 mendorong IHSG di pasar modal / Wray.sk /Fox Business
Potensi Suspensi

Equity Fundamental Analyst Reliance Sekuritas Indonesia Anissa Septiwijaya menilai, sentimen vaksinisasi memang telah memberikan dampak yang positif bagi saham farmasi. Namun demikian, dia mengingatkan bahwa sentimen itu bisa juga memberikan dampak yang negatif.

Salah satu dampak negatifnya adalah cap unusual market activity (UMA) dari Bursa Efek Indonesia (BEI) mengingat peningkatan harga yang sudah cukup tinggi. Ini, kata dia, perlu menjadi perhatian investor maupun trader pada waktu perdagangan besok, Selasa, 12 Januari 2021.

Selain itu, harga saham-saham farmasi saat ini juga terbilang sudah cukup mahal. Sehingga sangat memungkinkan jika besok justru terjadi aksi profit taking dan membuat saham farmasi terkoreksi.

“Karena (harga) sudah cukup tinggi, kalau untuk masuk lagi jangan dulu ya karena sudah terlalu mahal,” kata Anissa kepada TrenAsia.com, Senin, 11 Januari 2021.

Berdasarkan data RTI Business, pergerakan sejumlah saham farmasi dalam sepekan hingga sebulan terakhir memang terbilang sudah terlalu tinggi. Saham IRRA misalnya, telah melesat 117,65% dalam sepekan dan 156,95% dalam sebulan.

Lalu saham INAF yang telah melesat 50,6% sepekan dan 47,75% dalam sebulan. Kemudian saham KAEF yang yang meroket 48,62% sepekan dan 45,6% sebulan. (SKO)