Bedah 10 E-Commerce Paling Hits di Indonesia Tahun 2020
Jangan kaget jika banyak konglomerat yang tidak lagi ragu menyuntikkan dana segar kepada perusahaan-perusahaan tersebut atau bahkan mendirikan perusahaan e-commerce-nya sendiri.
Industri
JAKARTA – Tentu saat ini kita tidak asing lagi dengan perdagangan elektronik atau biasa dikenal dengan e-commerce. Sektor industri ini terus berkembang tiap tahunnya seiring dengan berkembangnya digitalisasi.
Di Indonesia, pasar e-commerce diproyeksikan melonjak delapan kali lipat dari tahun 2017 hingga tahun 2022. Sementara itu, total belanja electronic tail juga mengalami peningkatan dari US$5 miliar menjadi US$425 miliar. Dengan begitu, hampir dipastikan ekonomi digital dapat menjadi salah satu pilar utama perekonomian Indonesia di masa depan.
Dari gambaran tersebut, tidak salah jika banyak pebisnis dan investor yang tertarik dengan industri satu ini. Jangan kaget jika banyak konglomerat yang tidak lagi ragu menyuntikkan dana segar kepada perusahaan-perusahaan tersebut atau bahkan mendirikan perusahaan e-commerce-nya sendiri.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Lantas apa saja perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia? Lalu siapa sajakah orang dibalik perusahaan-perusahaan tersebut? Berikut daftar 10 perusahaan e-commerce berdasarkan data yang berhasil dihimpun TrenAsia.com per Agustus 2020.
1. Shopee
Shopee pertama kali diluncurkan di Singapura pada tahun 2015. Sejak saat itu perusahaan yang didirikan oleh Chris Feng ini memperluas jangkauannya ke negara-negara Asia Tenggara lainnya, termasuk Indonesia.
Di Indonesia sendiri, menurut situs iPrice, rata-rata pengunjung aplikasi Shopee mencapai 93 juta lebih pengguna. Hal ini sekaligus menjadikannya platform e-commerce yang paling sering dikunjungi masyarakat Indonesia.
Perusahaan induk Shopee adalah Sea Group. Sedangkan, perusahaan raksasa asal Cina, Tencent menjadi pemegang saham utama Sea Group dengan nilai 39,7%. Sementara perusahaan pendana, Blue Dolphins Venture memegang 15% kepemilikan saham Shopee.
Pendiri Sea Group, Forrest Li juga tertarik membeli saham Shopee dengan valuasi 20%. Chief Operating Officer Sea Group, Gang Ye juga turut memegang 10% saham Shopee.
2. Tokopedia
E-commerce satu ini merupakan karya anak bangsa, yaitu William Tanuwijaya. Perusahaan ini menduduki posisi kedua sebagai e-commerce yang paling banyak dikungjungi dengan rata-rata 86 juta pengunjung tiap bulannya versi laman iPrice per kuartal II-2020.
Pada 2018 lalu, stuktur kepemilikan saham Tokopedia sempat bocor ke publik. Dari informasi tersebut, menyebutkan bahwa pendiri sekaligus CEO Tokopedia, William Tanuwijaya hanya menguasai sekitar 5,6% saham di perusahaannya sendiri.
Pemegang saham utama Tokopedia adalah Softbank dengan hampir nilai valuasi hampir 40%. Selain itu, kepemilikan Alibaba di perusahaan satu ini mencapai 25%. Sedangkan, Co-Founder dan Vice Chairman Tokopedia, Leontinus Alpha Edison hanya memiliki 2,3% saham.
Selain itu, pemegang saham besar lainnya ada Radiant Pioneer Limited dan Radiant Trinity Limited. Perusahaan venture capital asal India Sequoia juga diketahui memiliki bagian saham perusahaan tersebut.
3. Bukalapak
Di urutan ketiga perusahaan e-commerce Indonesia diduduki oleh Bukalapak. Rata-rata pengunjung Bukalapak tiap bulannya adalah 35 juta pengguna.
Bukalapak memiliki tiga pemegang saham utama yaitu PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (Emtek), Ant Financial, dan GIC Singapura. Emtek melalui PT Kreatif Media Karya memiliki 36,86% saham Bukalapak.
Bos Emtek yang juga merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia, Eddy Kusnadi Sariaatmadja memang kerap berinvestasi dalam sektor ekonomi dan keuangan digital. Selain Bukalapak, Eddy juga telah mengakuisisi sejumlah saham e-commerce lain seperti Bobobobo. Tidak hanya itu, ia juga telah mendirikan perusahaan patungan dompet digital DANA.
4. Lazada
Perusahaan e-commerce satu ini didirikan oleh Rocket Internet dan Pierre Poignant pada 2012 lalu. Rata-rata pengunjung Lazada Indonesia adalah 22 juta kali tiap bulannya.
Pada 2016 lalu, Alibaba resmi mengakusisi Lazada dengan memberikan dana segar sebesar Rp13,7 triliun dan menjadikannya pemegang saham mayoritas sebesar 67%. Dua tahun berselang, Alibaba kembali menyuntikkan dana sebesar Rp27,5 triliun kepada Lazada.
Dengan begitu, posisi CEO Lazada Max Bittner digantikan oleh salah satu dari 18 pendiri Alibaba, yakni Lucy Peng. Sebelumnya, Lucy Peng menjabat sebagai CEO di perusahaan afiliasi Alibaba, yaitu Ant Financial yang juga pernah membeli saham Bukalapak.
Investor lainnya yang pernah mendanai Lazada adalah Tesco, Temasek Holdings, Summit Partners, JPMorgan Chase, Investmen AB Kinnevik dan Rocket Internet. Sedangkan, konglomerat Indonesia Anthoni Salim melalui Grup Salim pemilik Indofood diketahui memiliki saham Rocket Internet.
5. Blibli
PT Global Digital Niaga atau Blibli didirikan sekitar 10 tahun lalu oleh Kusumo Martanto yang juga menjabat sebagai CEO perusahaan. Pengunjung Blbli per bulannya mencapai 18,3 juta kali. Pemilik Blibli yaitu Martin Hartono yang merupakan putra dari orang terkaya di Indonesia pemilik Djarum Group, Budi Hartono.
PT Global Digital Niaga atau Blibli merupakan anak perusahaan PT Global Digital Prima yang menjadi bagian dari salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia, Djarum Group. Diketahui bahwa Grup Djarum menganggarkan dana sebesar US$1 juta per tahun untuk mendanai perusahaan e-commerce ini.
6. JD ID
JD.ID atau JD.com adalah perusahaan e-commerce yang berbasis di Tiongkok. Perusahaan ini masuk ke Indonesia sejak Oktober 2015 lalu dengan rata-rata 9,3 juta kunjungan tiap bulannya.
Perusahaan ini didirikan oleh Liu Qiandong atau dikenal sebagai Richard Liu pada Juli 1998 sebagai toko fisik yang menjual produk optik magnet di Beijing. Ritelnya lalu berkembang dan menjual barang elektronik, telepon seluler, komputer, dan barang serupa.
Kepemilikan saham Richard Liu yang juga menjabat CEO tersebut sebesar 15,8%. Sedangkan Tencent menguasai 20% saham. Lalu diketahui, perusahaan retail raksasa asal Amerika Serikat Walfart memiliki saham sebesar 12%.
Konglomerat Indonesia Mira Miranda Ambarsari juga disebut-sebut memiliki kepemilikan saham di situs belanja ini. Selain JD.ID, pengusaha wanita ini juga sebagai pemegang saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) serta perusahaan galangan kapal milik Singapura.
7. Orami
Orami merupakan situs e-commerce khusus menyediakan kebutuhan ibu dan anak. Rata-rata tiap bulannya, platform ini dikunjungi sebanyak 4 juta kali.
Bisnis awal Orami adalah e-commerce dan menjadi backbone perusahaan sejak tahun 2013. Namun saat ini Orami merambah ke komunitas. Saat ini CEO Orami adalah Ferry Tenka.
Investor yang pernah terlibat antara lain Sinar Mas Digital Ventures (SMDV), Gobi Partners, Ardent Capital, Velos Ventures. Bahkan Co-Founder Facebook Eduardo Saverin pernah tercatat mendanai Orami.
8. Bhinneka
Berdiri sejak 27 tahun lalu, Bhinneka dapat dikatakan sebagai perusahaan e-commerce tertua di Tanah Air. Jumlah rata-rata kunjungan perbulan platform ini mencapai 3,8 juta kali.
Founder dan CEO perusahaan ini bernama Hendrik Tio. Ia merintis perusahaan sebagai distributor produk IT seperti PC Build Up dan PC Compatible hingga rancang bangun perangkat lunak jasa jaringan (Lan/Wan).
Tahun lalu, santer kabar bahwa Telkom akan mengakuisi 51% saham Bhinneka. Namun berita terakhir menyebutkan, pihak Telkom masih mengkaji kembali rencananya tersebut.
9. Zalora
Zalora merupakan toko online yang berpusat di Singapura dan telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 2012. Rata-rata pengunjung Zalora per bulannya adalah 2,3 juta kunjungan.
Zalora merupakan anak perusahaan dari situs belanja online Zalando. Zalando merupakan proyek dari Rocket Internet. Seperti diketahui sebelumnya bahwa salah satu orang terkaya di Indonesia, Antoni Salim diketahui menguasai sebagian saham Rocket Internet.
10. Matahari
MatahariMall.com adalah e-commerce yang menjalankan sistem belanja O2O (online-to-offline dan offline-to-online). Matahari memungkinkan para pelanggannya untuk membayar, mengambil, atau mengembalikan produk di ratusan cabang Matahari Department Store di seluruh Indonesia.
Situs belanja online-nya sendiri dikunjungi sebanyak 2,1 juta kali tiap bulannya. Berbeda dengan platform lainnya, e-commerce satu ini memang lebih dahulu dikenal sebagai salah satu Department Store terbesar di dalam negeri.
MatahariMall.com merupakan anak perusahaan dari Lippo Group dan resmi diluncurkan pada tanggal 9 September 2015. Grup Lippo menganggarkan dana investasi sebesar US$500 juta atau lebih dari Rp7 triliun. Namun, kini lapak Mataharimall sudah resmi ditutup.
Sumber: iPrice, diolah dari berbagai sumber.