CEO Electrum Jack Yang memperkenalkan motor listrik H5 sekaligus menjelaskan perkembangan teknologi pendukung seperti baterai, Battery Swap Station (BSS), dan infrastruktur digital di Jakarta. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Energi

Melihat Industri Daur Ulang Baterai Kendaraan Listrik di Indonesia

  • Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pernah menyebut, pemerintah tengah menyiapkan pabrik pengolahan limbah baterai kendaraan listrik di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah
Energi
Debrinata Rizky

Debrinata Rizky

Author

JAKARTA - Pemerintah terus mendorong peralihan penggunaan kendaraan berbahan bakar minyak ke kendaraan listrik (Electric vehicle). Salah satu upayanya adalah membangun sarana prasarana penunjang seperti, Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) hingga produksi baterai. 

Lalu, bagaimana dengan industri daur ulang baterai kendaraan listrik?

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pernah menyebut, pemerintah tengah menyiapkan pabrik pengolahan limbah baterai kendaraan listrik di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah.

Pabrik tersebut dibangun dengan tujuan sebagai tempat daur ulang baterai kendaraan listrik. Harapannya, dapat menekan input limbah elektronik yang mencemari lingkungan.

Selain itu, pabrik tersebut juga akan melakukan proses daur ulang baterai dengan menampung baterai bekas dari kendaraan listrik maupun bekas energy storage system atau sistem penyimpanan energi untuk energi baru dan terbarukan.

Senada, Direktur Utama PT Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengatakan Indonesia berkomitmen untuk berperan penuh dalam pengembangan ekosistem baterai dan kendaraan listrik di tanah air. Caranya melalui kerja sama antara PT Indonesia Battery Corporation (IBC) dan Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL), CBL merupakan merupakan cucu usaha CATL yang merupakan produsen baterai kendaraan listrik terbesar di dunia.

Kerja sama tersebut diberi nama proyek Dragon yang akan mengembangkan industri baterai kendaraan listrik yang terintegrasi dengan proses daur ulang baterai tersebut.

Toto mengaku, pasokan limbah baterai bekas akan diambil dari baterai bekas dari kendaraan listrik maupun bekas energy storage system atau sistem penyimpanan energi untuk energi baru dan terbarukan.

Sehingga bisa didaur ulang untuk mendapatkan lagi nikel, mangan dan kobalt yang dibutuhkan.

Rencana Daur Ulang Baterai

Terbaru, pemerintah tengah mengkaji untuk memperbolehkan industri mendaur ulang baterai yang telah usang untuk diolah kembali menjadi baterai electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik.

Hal itu dilakukan sebagai solusi dari kebutuhan bahan baku baterai kendaraan yang cukup besar sekaligus mempermudah pabrikan dalam menjalankan bisnisnya.

Sebelumnya, Sekretaris Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Rifky Setiawan menyebut, sejauh ini baterai bekas yang tak terpakai masih dianggap sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun B3 dan dilarang digunakan.

Untuk mendaur ulangnya dibutuhkan teknologi yang bisa mendaur ulang baterai bekas menjadi baterai baru kembali dan dipastikan aman untuk kendaraan.

Hingga saat ini industri terebut masih belum ada, IBC sendiri baru akan menyelesaikan pengembangan baterai kendaran listrik oleh IBC akan selesai pada 2026.

IBC bekerja sama dengan dua perusahaan global, yakni Contemporary Ampere Technology Co. Limited (CATL) dan LG Energy Solutions (LGES).

Di mana IBC terlibat dalam pembuatan baterai kendaraan listrik dari mulai pertambangan, pengolahan di smelter, produksi sel baterai, hingga proses daur ulang baterai tersebut.

Pabrik yang telah ada ialh, pabrik baterai kendaraan listrik terbesar di Asia Tenggara bakal berproduksi pada tahun 2024. Adapun pabrik tersebut rencananya berlokasi di wilayah Karawang, Jawa Barat.

Pabrik baterai ini merupakan hasil kerja sama dengan konsorsium asal Korea Selatan yakni LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group.