jakarta.jpg
Nasional

Melihat Komposisi Penduduk Jakarta dari Zaman VOC hingga Sekarang

  • Pada abad ke-17, Batavia atau yang sebelumnya dikenal sebagai Jayakarta menjadi tempat tinggal bagi berbagai kelompok dari Nusantara dan Asia, termasuk budak dari Bali dan Sulawesi Selatan, prajurit VOC dari Ambon, serta imigran bebas dari China Selatan dan daerah lainnya.

Nasional

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Jakarta telah melewati sejarah panjang. Komposisi penduduk Jakarta juga seringkali berubah seiring perkembangan zaman. 

Menurut proyeksi BPS dalam dokumen berjudul “Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta 2023”menunjukkan, jumlah penduduk DKI Jakarta pada tahun 2023 diperkirakan mencapai 10,67 juta jiwa, mengalami kenaikan sekitar 100.000 jiwa dibandingkan tahun 2020. 

Data tersebut juga mengungkap rasio jenis kelamin yang hampir seimbang dengan nilai 101,32, yang menunjukkan jumlah pria dan wanita di kota ini hampir setara. 

Mayoritas penduduk, yakni 71,52%, berada dalam kelompok usia produktif (15-64 tahun), dengan rasio ketergantungan sebesar 39,82%. Artinya, setiap 100 orang usia produktif harus mendukung sekitar 39-40 orang yang tidak produktif.

Sayangnya data BPS dalam laporan tersebut, tidak merinci perkembangan jumlah penduduk berdasarkan identitas suku yang mendiami Jakarta saat ini.

Rasio Penduduk Berdasarkan Suku di Zaman Soekarno

Pada era Soerkarno, sekitar tahun 1961 jumlah penduduk Jakarta sudah mencapai 2,9 juta jiwa. Pada tahun 1967, seorang peneliti asal Australia, Lance Castles menerbitkan penelitian berjudul “The Ethnic Profile of Jakarta”. 

Dalam laporan tersebut, Lance menyebut  komposisi etnis di Jakarta menunjukkan dominasi suku Sunda sebagai kelompok etnis terbesar dengan persentase 32,85%. Diikuti oleh suku Jawa dengan 25,4%, Betawi 22,9%, Tionghoa 10,1%, Melayu 2,8%, Minangkabau 2,1%, dan Batak 1%. 

Peningkatan jumlah etnis Sunda dan Jawa juga tercatat signifikan antara 1930-1961, masing-masing dengan tambahan 593.400 dan 509.400 jiwa, berkontribusi pada perubahan persentase etnis di Jakarta.

Namun, jumlah etnis Betawi mengalami penurunan drastis pada tahun 1961 menjadi 22,9%, jauh berkurang dibandingkan tiga dekade sebelumnya. 

Penduduk Jakarta Era VOC

Pada abad ke-17, Batavia atau yang sebelumnya dikenal sebagai Jayakarta menjadi tempat tinggal bagi berbagai kelompok dari Nusantara dan Asia, termasuk budak dari Bali dan Sulawesi Selatan, prajurit VOC dari Ambon, serta imigran bebas dari China Selatan dan daerah lainnya.

Selama masa penjajahan Belanda, etnis Sunda, yang sebelumnya merupakan kelompok mayoritas di Batavia, sempat mengalami penurunan jumlah yang signifikan. Penurunan jumlah tersebut disebabkan karena klasifikasi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial dengan mengkategorikan etnis Sunda orang Jawa.

Laporan Lance pada tahun 1967 juga mengupas komposisi elite politik Jakarta pada tahun 1955, Pada saat pertengahan masa demokrasi liberal tersebut menunjukkan dominasi suku Jawa yang meliputi 58% dari total elit politik, sementara 29,5% lainya berasal dari luar Jawa, 11% dari suku Sunda, dan 1,5% dari etnis Tionghoa. Tidak ada perwakilan dari suku Betawi dalam jajaran elite politik saat itu.

Perubahan demografis dan etnis ini mencerminkan dinamika sosial dan politik yang telah membentuk Jakarta menjadi kota yang kaya akan keragaman budaya dan sejarah.