Ilustrasi Uang Rupiah
Makroekonomi

Melihat Stabilitas Nilai Rupiah Lintas Zaman

  • Setelah kemerdekaan Indonesia di tahun 1945, rupiah mengalami masa transisi yang penuh gejolak. Perang Kemerdekaan dan inflasi tinggi menyebabkan nilai rupiah anjlok.
Makroekonomi
Muhammad Imam Hatami

Muhammad Imam Hatami

Author

JAKARTA - Rupiah, mata uang kebanggaan bangsa Indonesia, memiliki sejarah panjang yang tak lepas dari fluktuasi nilai tukar. Sejak awal kemerdekaan, rupiah telah menghadapi berbagai tantangan dan peristiwa yang berakibat pada pelemahannya.

Masa Penjajahan dan Awal Kemerdekaan

Di era penjajahan Belanda, nilai rupiah dikaitkan dengan sistem mata uang perak Hindia Belanda (Gulden). 

Nilai tukar rupiah terhadap Gulden mengalami fluktuasi akibat kebijakan ekonomi Belanda dan situasi global.

Setelah kemerdekaan Indonesia di tahun 1945, rupiah mengalami masa transisi yang penuh gejolak. Perang Kemerdekaan dan inflasi tinggi menyebabkan nilai rupiah anjlok.

Era Orde Lama dan Orde Baru

Krisis politik dan ekonomi di masa Orde Lama memperparah pelemahan rupiah. Inflasi yang melonjak drastis dan kebijakan moneter yang tidak stabil menjadi faktor utama.

Di era Orde Baru, pemerintah menerapkan berbagai kebijakan stabilisasi ekonomi, termasuk penerapan sistem Bretton Woods dan devaluasi rupiah.

Meskipun nilai tukar rupiah sempat stabil, namun krisis global dan skandal BLBI di akhir era Orde Baru kembali menjatuhkan nilai rupiah.

Era Reformasi dan Masa Kini

Dilansir dari sikapiuangmu.ojk.go.id, Jumat, 19 April 2024, Krisis Moneter 1998 menjadi salah satu momen terburuk dalam sejarah rupiah. 

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS anjlok hingga mencapai Rp16.800 per USD. 

Krisis ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti spekulasi mata uang, utang luar negeri yang besar, dan krisis kepercayaan terhadap pemerintah.

Setelah krisis 1998, nilai tukar rupiah secara perlahan mulai pulih. Namun, rupiah tetap rentan terhadap gejolak ekonomi global dan domestik.

Sejak awal tahun 2023, rupiah mengalami tren pelemahan terhadap dolar AS. 

Faktor eksternal seperti kenaikan suku bunga The Fed dan penguatan dolar AS menjadi penyebab utama. Faktor internal seperti defisit neraca perdagangan dan inflasi juga turut berkontribusi.

Upaya Menjaga Stabilitas Rupiah

Bank Indonesia selaku otoritas moneter memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas rupiah. 

Berbagai kebijakan moneter, seperti intervensi pasar valas dan penyesuaian suku bunga, dilakukan untuk mengendalikan nilai tukar rupiah.

Kebijakan pemerintah yang prudent dan kondusif bagi perekonomian Indonesia juga dapat membantu menjaga stabilitas rupiah.

Kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri dan meminimalisir impor juga dapat membantu mengurangi tekanan pada rupiah.

Sejarah panjang pelemahan rupiah menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Upaya bersama dari pemerintah, Bank Indonesia, dan masyarakat diperlukan untuk menjaga stabilitas rupiah dan meminimalisir dampak negatif dari pelemahannya.