Melirik Potensi Bitcoin di Tengah Panasnya Konflik Timur Tengah
- Sentimen risk-off di pasar tradisional mengakibatkan kekhawatiran terhadap risiko geopolitik, yang berpotensi berdampak negatif pada aset kripto.
Fintech
JAKARTA - Berdasarkan data perdagangan Kamis, 18 April 2024 pukul 09:30 WIB, harga Bitcoin mengalami penurunan yang cukup signifikan dalam sepekan terakhir dengan koreksi sebesar 13%.
Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha melihat ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan harga tersebut.
Salah satu faktor yang berpengaruh adalah data inflasi yang melebihi ekspektasi. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) yang dirilis menunjukkan kenaikan 0,4% secara month-to-month (mom) untuk bulan Maret, melebihi prediksi sebesar 0,3% mom. CPI tahunan juga meningkat menjadi 3,5% year-on-year (yoy), melampaui estimasi sebelumnya.
- Anda Bisa Segera Melihat Komet Setan
- Sektor Perbankan Jadi Tempat Kerja Terbaik Versi LinkedIn
- IHSG Dibuka Tancap Gas, Saham BREN hingga BBNI Langsung Melenting
Panji juga mengatakan bahwa ketegangan politik di Timur Tengah juga menjadi salah satu pemicu penurunan harga Bitcoin.
Sentimen risk-off di pasar tradisional mengakibatkan kekhawatiran terhadap risiko geopolitik, yang berpotensi berdampak negatif pada aset kripto.
Penurunan harga Bitcoin mencapai lebih dari 8% setelah Iran melakukan serangan terhadap Israel pada 13 April, mengubah harga Bitcoin dari sekitar US$67.000 menjadi di bawah US$61.000.
Selain itu, ada juga arus keluar (outflow) dari pasar ETF Bitcoin yang mencapai US$83,3 juta. Faktor-faktor seperti ketegangan geopolitik dan inflasi yang melebihi ekspektasi pasar kemungkinan mempengaruhi aksi jual investor.
Namun, ada juga kemungkinan bahwa investor mengambil keuntungan jangka pendek dan akan kembali berinvestasi saat harga turun.
Pada Senin, 15 April 2024, Komisi Sekuritas dan Berjangka Hong Kong memberikan persetujuan untuk exchange-traded funds (ETF) spot Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH).
Persetujuan ini mempengaruhi harga BTC dan ETH yang sempat meningkat, dengan BTC mencapai US$66.000 dan ETH melebihi US$3.200.
Manajer aset terkemuka seperti China Asset Management, Bosera Capital, dan HashKey Capital Limited mendapatkan persetujuan ini. ETF BTC dan ETH diperkirakan akan mulai diperdagangkan akhir bulan April 2024.
Yudha pun menempatkan prediksi harga Bitcoin saat ini di kisaran US$62.800 - US$65.000. Ia pun mengatakan bahwa pasar kripto minggu ini dipengaruhi oleh beberapa peristiwa penting.
Investor akan memperhatikan penjualan ritel AS, rencana pemotongan suku bunga Fed, dan pidato Wakil Ketua Fed Philip Jefferson. Keputusan suku bunga Federal Reserve sangat mempengaruhi minat terhadap aset kripto.
Antisipasi terbesar tentu saja adalah Halving Bitcoin yang akan berlangsung pada Sabtu, 20 April 2024. Hal ini menciptakan ekspektasi lonjakan harga Bitcoin karena potensi ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan. Kinerja historis menunjukkan bahwa setelah halving, Bitcoin selalu mengalami kenaikan signifikan dalam satu tahun berikutnya.
Baca Juga: Menyusul AS, Hong Kong Siap Luncurkan ETF Bitcoin dan Ethereum
“Bitcoin Halving keempat akan terjadi pada Block 840.000. Saat ini, block Bitcoin telah mencapai 839.410 yang artinya 590 Block lagi menuju Bitcoin Having keempat yang akan terjadi di sekitar tanggal 20 April 2024,dimana akan memotong hadiah(reward) kepada penambang Bitcoin (BTC) dari 6,25 BTC menjadi 3,125 BTC per-block,” ungkap Panji kepada TrenAsia, dikutip Kamis, 18 Maret 2024.
Walaupun ada momentum halving yang dapat mendorong kenaikan pada harga Bitcoin, namun perlu diingat bahwa konflik di Timur Tengah antara Iran dan Israel dapat menjadi sentimen yang berpengaruh kepada penurunan kinerja aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar ini.
Dengan kata lain, Bitcoin sendiri sebenarnya masih memiliki potensi besar untuk meroket setelah momentum halving, tapi investor atau trader harus senantiasa memperhatikan beragam kondisi yang dapat berpengaruh kepada minat pasar terhadap Bitcoin.
Adapun yang perlu dicermati dalam hal ini adalah situasi geopolitik di Timur Tengah, data penjualan ritel AS, dan suku bunga bank sentral AS.
Dalam menghadapi situasi pasar yang penuh dengan antisipasi ini, Panji mengatakan bahwa ada dua strategi yang dapat diambil oleh investor.
Pertama, "Buy The Dip", yaitu membeli Bitcoin saat harga turun signifikan. Kedua, menggunakan strategi "Dollar Cost Averaging" (DCA) dengan membeli Bitcoin secara berkala, mengurangi risiko kehilangan peluang atau membuat keputusan yang buruk akibat fluktuasi harga yang cepat.
Untuk diketahui, setiap empat tahun sekali, jumlah Bitcoin yang baru diproduksi akan berkurang menjadi setengahnya. Sistem ini dirancang untuk menjaga agar tingkat inflasi Bitcoin tetap terkendali, mengingat total pasokan Bitcoin hanya sebanyak 21 juta unit.
Bagi para penambang Bitcoin, peristiwa halving ini berarti imbalan yang mereka peroleh dari validasi transaksi akan berkurang dari 6,25 menjadi 3,125 Bitcoin per blok. Hal ini menandakan bahwa pasokan Bitcoin baru yang masuk ke dalam sirkulasi akan semakin berkurang.
- Pentagon Ciptakan Predator Bawah Air Baru: Manta Ray yang Misterius
- Intelijen Arab Saudi dan UEA Disebut Bantu Israel Lawan Iran
- Iran - Israel Memanas, Saham ANTM dan MBMA Layak Dikoleksi
Bitcoin Belum Tentu Akan Melonjak setelah Halving
Aditya Wirawan, Interim Country Manager dari Luno Indonesia, menjelaskan bahwa halving merupakan bagian dari algoritma Bitcoin yang dirancang untuk mengurangi inflasi. Namun, tidak ada jaminan pasti mengenai pergerakan harga Bitcoin setelah halving.
Pada halving Bitcoin yang ketiga yang berlangsung pada Mei 2020, harga Bitcoin mengalami lonjakan yang signifikan. Namun, fenomena baru-baru ini menunjukkan bahwa halving kali ini mungkin tidak mengikuti pola yang sama, terutama dengan adanya kenaikan harga Bitcoin yang signifikan sebelum halving, yang bisa jadi dipengaruhi oleh minat investor institusional pasca-persetujuan ETF Bitcoin di Amerika Serikat.
Aditya menyatakan bahwa kali ini, ada perbedaan dari pola-pola sebelumnya, di mana Bitcoin berhasil mencapai harga puncaknya sebelum halving. Hal ini menandakan bahwa siklus kali ini memiliki dinamika yang berbeda.
“Siklus kali ini sudah terlihat berbeda dengan siklus-siklus sebelumnya di mana Bitcoin untuk pertama kalinya dalam sejarah menguji harga tertinggi baru menjelang halving,” ujar Aditya kepada TrenAsia, dikutip Kamis, 18 April 2024.
Aditya pun menyebutkan bahwa banyak analis berpendapat halving tidak memiliki dampak besar terhadap harga Bitcoin. Meskipun banyak yang percaya bahwa halving adalah salah satu faktor pendorong kenaikan harga Bitcoin, namun hal ini tidak menjamin bahwa tren ini akan berlanjut di masa mendatang.
Mengingat kompleksitas pasar kripto dan berbagai faktor yang mempengaruhinya, sulit untuk membuat prediksi pasti mengenai pergerakan harga Bitcoin pasca-halving. Namun, yang pasti adalah bahwa para investor kripto dan analis akan terus mengamati dan menganalisis setiap perkembangan di pasar untuk mencari peluang dan memahami dinamika yang terjadi.