Melirik Taktik Unilever Jual Bisnis Es Krim Rp7 Triliun
- Kabar ini disambut positif oleh pasar. Harga saham UNVR melonjak 6,69% ke Rp1.915 pada 25 November 2024, setelah sebelumnya naik 3,16% pada 22 November 2024.
Korporasi
JAKARTA - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengambil langkah strategis dengan menjual bisnis es krimnya kepada PT The Magnum Ice Cream Indonesia. Langkah ini merupakan bagian dari rencana global Grup Unilever untuk memisahkan bisnis es krim mereka.
Sekretaris Perusahaan Unilever Indonesia, Padwestiana Kristanti, mengungkapkan bahwa perseroan telah menandatangani perjanjian pengalihan bisnis (BTA) pada 22 November 2024.
Kristanti menjelaskan bahwa nilai transaksi tersebut mencapai Rp7 triliun (tidak termasuk PPN), mencakup aset tetap senilai Rp2,55 triliun (berdasarkan nilai pasar), nilai buku bersih Rp1,99 triliun, serta persediaan sebesar Rp172,79 miliar per 30 September 2024.
- Profil dan Keterlibatan AJ dalam Judol, Benarkah Keponakan Megawati?
- 3 Faktor Ini Tingkatkan Intermediasi dan Manajemen Risiko Perbankan
- Harga Sembako di Jakarta: Tomat Buah Naik, Gas Elpiji 3kg Turun
Ia juga bilang bahwa penjualan ini bertujuan untuk merealisasikan nilai investasi Unilever dalam bisnis es krim di Indonesia dan mengembalikan keuntungan kepada pemegang saham dalam jangka pendek. "Langkah ini juga memungkinkan Unilever fokus pada bisnis intinya yang tersisa, untuk menciptakan nilai lebih besar bagi pemegang saham dalam jangka panjang," ujar Padwestiana dalam keterbukaan informasi pada Selasa 26 November 2024.
Dengan penilaian independen dari Kantor Jasa Penilai Publik Suwendho Rinaldy dan Rekan, nilai pasar wajar bisnis ini ditetapkan sebesar Rp6,57 triliun. Transaksi ini bernilai signifikan, mencapai 204% dari ekuitas UNVR sebesar Rp3,43 triliun per 30 September 2024. Oleh karena itu, transaksi ini dikategorikan sebagai transaksi material sesuai Peraturan OJK No.17/POJK.04/2020.
Hubungan Afiliasi yang Berakhir
Menariknya, pembeli, PT The Magnum Ice Cream Indonesia, awalnya memiliki hubungan afiliasi dengan UNVR karena keduanya berada di bawah Unilever PLC. Namun, pada saat penyelesaian transaksi, hubungan afiliasi ini akan berakhir, menjadikan pembeli entitas yang sepenuhnya independen.
Untuk merealisasikan transaksi ini, Unilever Indonesia akan meminta persetujuan dari pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan RUPS independen.
Langkah strategis ini mempertegas komitmen Unilever Indonesia untuk memprioritaskan bisnis intinya, sekaligus memberikan nilai optimal bagi para pemegang sahamnya.
Dampak Positif di Pasar Saham
Kabar ini disambut positif oleh pasar. Harga saham UNVR melonjak 6,69% ke Rp1.915 pada 25 November 2024, setelah sebelumnya naik 3,16% pada 22 November 2024. Aksi beli signifikan tercatat, dengan Maybank Sekuritas mencatatkan net buy Rp32,5 miliar dan investor asing memborong saham dengan net buy Rp39,8 miliar.
Namun, pada perdagangan berjalan hari ini, saham UNVR terpantau mengalami koreksi tipis 0,78% ke level Rp1.900 per saham. Oleh sebab itu, kenaikan saham UNVR belakangan ini belum bisa mengangkat harga saham ini yang telah tertekan kurang lebih hampir 40% secara year to date.
Pada kuartal III 2024, Unilever Indonesia mengalami penurunan kinerja yang cukup signifikan. Laba bersih tercatat sebesar Rp3 triliun, turun 28,1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang mencatatkan laba Rp4,18 triliun. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan penjualan bersih yang turun 10,1% menjadi Rp27,41 triliun, dari Rp30,50 triliun pada kuartal III 2023.
Penurunan penjualan terjadi pada beberapa segmen, antara lain di segmen Home and Personal Care yang turun 11,7% menjadi Rp17,59 triliun, serta segmen Makanan dan Minuman yang juga mengalami penurunan sebesar 7,18% menjadi Rp9,82 triliun.
Dari sisi neraca, total aset Unilever Indonesia tercatat sebesar Rp16,54 triliun, sedikit menurun dibandingkan dengan Rp16,66 triliun pada akhir tahun 2023. Liabilitas tercatat turun sedikit menjadi Rp13,10 triliun, sementara ekuitas perusahaan juga mengalami penurunan menjadi Rp3,43 triliun .