Melonjak Ratusan Persen, BEI Gembok Saham Pulau Subur (PTPS)
- PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan perdagangan saham PT Pulau Subur Tbk (PTPS) karena harga saham perusahaan kelapa sawit ini mengalami lonjakan mencapai ratusan persen dalam satu bulan terakhir.
Bursa Saham
JAKARTA – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan perdagangan saham PT Pulau Subur Tbk (PTPS) pada sesi perdagangan hari ini, Selasa, 27 Februari 2024, setelah harga saham emiten kelapa sawit ini mengalami lonjakan mencapai ratusan persen dalam satu bulan terakhir.
Keputusan penangguhan perdagangan saham PTPS oleh BEI ini berkaitan dengan peningkatan harga kumulatif yang signifikan. "Dalam rangka cooling down sebagai bentuk perlindungan bagi Investor, BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham PTSP pada perdagangan tanggal 27 Februari 2024,” papar pengumuman bursa pada hari ini.
Penangguhan sementara perdagangan saham PTPS terjadi baik di Pasar Reguler maupun Pasar Tunai. Tindakan ini diambil dengan tujuan memberikan waktu yang cukup bagi para pelaku pasar untuk melakukan pertimbangan matang berdasarkan informasi yang tersedia sebelum membuat keputusan investasi terkait PTPS.
- Manfaat Edukasi Keuangan Bagi Anak
- Bucket List Liburan, Berikut 10 Negara Paling Bersih di Dunia
- Sri Mulyani: Anggaran 2025 Disusun Sesuai UU Keuangan Negara
"Para pihak yang berkepentingan diharapkan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perseroan," imbuh BEI.
Performa Saham PTPS
Sebelumnya, saham emiten kelapa sawit terkena semprit atau masuk radar unusual market acticvity (UMA) oleh BEI pada 6 Februari 2024, lalu. Hal dilakukan oleh otoritas pasar modal akibat pergerakan harga saham dan pola transaksi luar biasa.
Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI Yulianto Aji Sadono mengatakan pada 5 Februari 2024, saham PTPS mengalami peningkatan harga saham di luar kebiasaan, dan BEI pun tengah mencermati perkembangan pola transaksi saham tersebut.
"Pengumuman unusual market activity (UMA) tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal," ujarnya dalam keterbukaan informasi.
Pada perdagangan Senin, 5 Februari 2024, saham PTPS mengalami lonjakan sebesar 18,03%, mencapai posisi Rp288 per saham. Sementara itu, satu hari berikutnya saham Pulau Subur kembali mengalami kenaikan sebesar 16,67% menjadi Rp336 per saham.
Sementara itu, pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jumat, 3 Februari 2024, saham PTPS naik 14,97% ke level Rp384 per saham. Dan pada Senin, 26 Februari 2024, saham PTPS ditutup dengan mencatat lonjakan sebesar 17,71% ke posisi Rp452 per saham.
Apabila mengacu data perdagangan satu minggu terakhir, saham PTPS mengalami peningkatan sebesar 83,74%, dan dalam satu bulan terakhir, saham bersandikan PTPS ini telah meningkat 146,99%.
Target PTPS 2024
Sebelumnya, (PTPS) menargetkan pertumbuhan laba bersih sepanjang 2024 mencapai 41% secara tahunan. Hal ini ditopang oleh kinerja penjualan tahun ini yang diproyeksikan mengalami peningkatan sebesar 85% year-on-year (yoy).
Direktur Utama PTPS, Felix Safei meyakini, laba bersih Perseroan untuk Tahun Buku 2024 akan bertumbuh secara eksponensial sebesar 41% menjadi Rp34,68 miliar dibandingkan dengan capaian di sepanjang 2023 yang diperkirakan sebesar Rp24,59 miliar.
“Pertumbuhan laba bersih pada tahun ini akan terdorong oleh peningkatan kinerja penjualan PTPS sekitar 85 persen menjadi Rp110 miliar dari perkiraan nilai penjualan di sepanjang 2023 yang sebesar Rp59,58 miliar,” kata Felix dalam keterangan resmi pada 12 Februari 2024.
Dia mengungkapkan, penambahan modal kepada anak perusahaan PTPS, yakni PT Sumber Enim Alam Lestari, akan meningkatkan produktivitas Perseroan di 2024 sebesar 22% yoy menjadi 32,8 ribu metrik ton.
Saat ini Sumber Enim Alam Lestari memiliki area perkebunan seluas 300 hektare dengan usia tanaman sekitar 4-5 tahun, sehingga total area perkebunan PTPS mencapai 1.215 hektare dan rata-rata hasil produksi sebanyak 27 metrik ton per hektare.
PTPS berkomitmen untuk mengelola beban pokok penjualan dengan baik, sambil meningkatkan produksi dan penjualan Tandan Buah Segar (TBS). Diperkirakan EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) pada 2024 akan tumbuh 42% menjadi Rp45,9 miliar, dan pada Tahun Buku 2025, EBITDA diproyeksikan melonjak 29% menjadi Rp58,9 miliar setelah penyelesaian kilang pada tahun tersebut.
Felix juga menyebutkan bahwa PTPS akan membangun kilang kelapa sawit berkapasitas 15 metrik ton per jam pada tahun depan, dengan potensi untuk di-upgrade menjadi 30 metrik ton. Ini diharapkan memberikan nilai tambah bagi produk TBS yang dihasilkan oleh perusahaan.
Dia juga menegaskan bahwa kinerja bottom line (profitabilitas) pada tahun 2025 diperkirakan akan terus membaik, dengan pertumbuhan sekitar 30% dibandingkan dengan capaian di tahun 2024. Felix meyakini bahwa pertumbuhan penjualan pada tahun depan akan minimal 20% dibandingkan dengan realisasi di tahun 2024.