Foto 2 D.jpg
Industri

Memasuki Endemi, Pemerintah Perlu Maksimalkan Momentum Untuk Pulihkan UMKM

  • Chief Economist Bank DBS Indonesia Taimur Baig menyatakan saat ini UMKM di seluruh dunia sedang menghadapi masa sulit, dan 2022 akan tetap menyisakan tantangan bagi para UMKM. Tantangan ini termasuk kenaikan suku bunga The Fed, di mana akan terjadi peningkatan bunga pinjaman, seperti biaya bunga yang lebih tinggi untuk hipotek, Kredit Pemilikan Rumah (KPR), cicilan kartu kredit, atau bahkan biaya cicilan mobil, serta melonjaknya biaya pinjaman usaha baik bagi usaha besar maupun kecil.
Industri
Yosi Winosa

Yosi Winosa

Author

JAKARTA -Meski perekonomian Indonesia mulai pulih seiring terkendalinya kasus Covid-19, pemerintah dinilai belum maksimal dalam memulihkan UMKM. Untuk itu, memasuki momentum Indonesia akan bersiap memberlakukan Covid-19 sebagai endemi, UMKM pelru menjadi perhatian utama.

Chief Economist Bank DBS Indonesia Taimur Baig menyatakan saat ini UMKM di seluruh dunia sedang menghadapi masa sulit, dan 2022 akan tetap menyisakan tantangan bagi para UMKM. Tantangan ini termasuk kenaikan suku bunga The Fed, di mana akan terjadi peningkatan bunga pinjaman, seperti biaya bunga yang lebih tinggi untuk hipotek, Kredit Pemilikan Rumah (KPR), cicilan kartu kredit, atau bahkan biaya cicilan mobil, serta melonjaknya biaya pinjaman usaha baik bagi usaha besar maupun kecil. 

Untuk menyiasatinya, Pemerintah RI dapat melakukan beberapa langkah, seperti menyediakan regulasi dan kebijakan perpajakan yang stabil. Pemerintah juga dapat melakukan beberapa perubahan kebijakan yang nantinya dapat memudahkan pembayaran pajak, pemberian izin usaha, serta pemberian surat rekomendasi usaha bagi masyarakat yang ingin memulai usahanya. 

"Dengan kata lain, pemerintah harus lebih mempermudah sistem administrasi bagi para UMKM,” kata dia di sela webinar Webinar Asian Insights Conference 2022 DBS, Senin, 21 Maret 2022.

Ditambahkan Taimur, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah. Dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia seyogyanya mulai merancang strategi perekonomian untuk pasar regional dan global. Dengan memanfaatkan kemudahan akses dan membuka peluang kerja sama secara regional dapat memicu para pelaku usaha menjadi lebih kompetitif. 

Hal tersebut juga akan membuat pelaku usaha tumbuh dengan cepat sehingga dapat menghadirkan solusi yang lebih matang dalam menjawab permintaan pasar regional, yang pada akhirnya dapat mengembangkan perekonomian regional menjadi lebih komprehensif.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum KADIN Shinta Kamdani mengatakan bahwa COVID-19 masih menjadi prioritas utama yang perlu penanganan khusus. Ia optimis akselerasi perekonomian di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan dapat dicapai melalui keberhasilan transisi pandemi ke endemi, di mana masyarakat Indonesia diharapkan dapat mulai bersiap untuk hidup berdampingan dengan COVID-19. 

“Saat ini index manufaktur sudah mulai pulih. Sejak 2020, industri manufaktur sudah meningkat dan mulai ekspansif, dimana indeks berada di atas 50. Setiap industri akan mengalami pemulihan dengan kecepatan yang berbeda-beda, tetapi akan ada perubahan sedikit demi sedikit dan berangsur pulih,” kata dia.

Ditambahkan Shinta, meskipun pasar di Indonesia sudah mulai berangsur pulih, tetapi banyak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang gulung tikar akibat dari pandemi COVID-19. Mengingat sebanyak 95% dari pelaku usaha di Indonesia merupakan UMKM, pergerakan UMKM merupakan kunci dari sinyal positif perekonomian di Indonesia. 

Saat ini, pemerintah RI bersama KADIN berfokus pada pengembangan UMKM agar dapat berekspansi menjadi lebih kompetitif di pasar global dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dengan menitikberatkan pada kemitraan dengan UMKM. Kunci dari keberhasilan ini dapat dicapai melalui UU Cipta Kerja. 

Melalui kebijakan ini kita dapat mengembangkan upstream dan downstream secara cepat, karena kebijakan ini dapat menarik investor ke Indonesia yang nantinya akan membuka peluang yang lebih besar bagi pelaku ekonomi untuk mengakselerasi bisnisnya, dan membantu menggairahkan perekonomian nasional. 

Memasuki tahun ketiga pandemi COVID-19, perekonomian Indonesia masih tumbuh sebesar 3,69%, dmembaik dari kondisi perekonomian pada 2020 yang mengalami kontraksi sebesar 2,07%. 

Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga lebih baik daripada beberapa negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia (3,1%), Vietnam (2,58%), dan Thailand (1,6%). Tingginya harga komoditas global berdampak positif pada ekspor dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sepanjang 2021, nilai ekspor Indonesia mencapai US$231,54 miliar atau meningkat sebesar 41,88% dari periode yang sama tahun 2020.