rafale.jpg
Tekno

Membandingkan Harga Jet Tempur Rafale Indonesia dengan yang Dibeli Berbagai Negara

  • Kementerian Pertahanan Prancis membuka nilai kesepakatan untuk pembelian 42 jet tempur Rafale oleh Indonesia. Kesepakatan bernilai US$8,1 miliaratau sekitar Rp116 triliun (kurs Rp14.300).

Tekno

Amirudin Zuhri

JAKARTA-Kementerian Pertahanan Prancis membuka nilai kesepakatan untuk pembelian 42 jet tempur Rafale oleh Indonesia. Kesepakatan bernilai US$8,1 miliaratau sekitar Rp116 triliun (kurs Rp14.300).

Kementerian Pertahanan Prancis pada Kamis 10 Februari 2022 mengatakan pembelian tersebut sebagai bagian dari serangkaian perjanjian yang juga termasuk pengembangan kapal selam dan amunisi.

Kesepakatan ini akan menjadikan Indonesia sebagai negara terbesar kedua di Asia Tenggara di bawah Singapura yang menjadi klien pengadaan militer Prancis.

Kesepakatan muncul ketika Paris berupaya memperluas hubungan geopolitik di Indo-Pasifik. Sebuah langkah setelah Amerika, Inggris dan Australia menciptakan aliansi strategis baru tahun lalu yang disebut AUKUS. Indonesia sebelumnya juga telah mengkritik aukus terutama terkait pengadaan kapal selam nuklir oleh Australia.

Seorang pejabat Kementerian Pertahanan Prancis mengatakan  fase pertama dari kesepakatan akan mencakup  enam jet Rafale yang akan dieksekusi dalam bulan ke depan. Sedangkan 36 sisanya akan dikirimkan pada tahap selanjutnya baik akhir tahun 2022 atau tahun 2023.

Indonesia seperti diketahui sedang berusaha merombak armada udaranya yang menua. Saat ini tni angkatan udara diperkuat jet F-16 buatan Amerika yang sebagian besar adalah hibah. Selain itu juga diisi Sukhoi Su-27 dan Su-30 Rusia.

Perbandingan harga

Dengan kesepakatan bernilai sekitar Rp116 triliun untuk 42 pesawat,   itu berarti satu unit pesawat rata-rata seharga sekitar Rp2,76 triliun. Apakah ini mahal atau murah?.

Kita tidak bisa mengatakan apakah itu mahal atau tidak karena itu akan sangat relatif. Selain itu harga akan sangat tergantung pada banyak faktor termasuk teknologi yang dikemas, jumlah yang dibeli,  dan tentu saja negosiasi.

Tetapi kita bisa membandingkan dengan harga pesawat yang dibeli negara lain,  meski sekali lagi ini tidak bisa dijadikan kesimpulan. Hanya sebagai gambaran saja.

Kita lihat Mesir. Pada tahun 2015 Kairo mengakuisi 24 Rafale dengan kontrak senilai US$5,9 miliar atau sekitar Rp84,6 triliun dengan kurs hari ini. Itu berarti harga rata-rata satu pesawat sekitar Rp3,5 triliun. Jauh lebih mahal daripada jet tempur yang dibeli Indonesia.

Kemudian Qatar pada 2015 menandatangani kontrak pembelian 24 Rafale senilai US$6 miliar atau sekitar Rp86 triliun rupiah. Rata-rata per pesawat juga sekitar Rp3,5 triliun. Juga lebih mahal dari pesawat yang dibeli Indonesia.

Sekarang kita lihat India. Pada tahun 2016 negara ini memutuskan untuk membeli 36 rafale dengan nilai sekitar US$8,8 miliar atau sekitar Rp126 triliun.Itu juga sekitar 3,5 triliun rupiah per pesawat.

Selanjutnya pada Januari 2021 Yunani membeli 18 jet Rrafale senilai US$2,8 miliar atau sekitar Rp40 triliun. Itu menjadikan rata-rata satu pesawat seharga sekitar Rp2,2 triliun. Lebih murah dari Rafale yang dibeli Indonesia, tetapi harus diingat dari 18 Rafale yang dibeli 12 di antaranya adalah bekas.

Rafale yang dibeli Kroasia mungkin yang termurah. Negara ini pada November 2021 meneken kontrak pembelian 12 Rafale dengan nilai sekitar Rp16 triliun rupiah. Itu berarti satu pesawat sekitar Rp1,3 triliun rupiah. Semua pesawat yang dibeli bekas.

Dan pada Desember 2021 Uni Emirat Arab membuat rekor dengan menandatangani kontrak pembelian 80 jet Rafale. Nilai kontrak diperkirakan mencapai US$19 miliar atau sekitar Rp272 triliun.

Artinya satu pesawat seharga kurang lebih Rp3,4 triliun. Lebih mahal dari yang dibeli Indonesia. Wajar karena UEA membeli varian terbaru yang disebut sebagai F4. Namun meski varian tercanggih justru lebih murah dibandingkan yang dibeli Mesir dan India yang masih merupakan varian F3R.

Alasannya kemungkinan karena UEA arab membeli banyak dan juga saat kontrak diteken, tingkat produksi Rafale sudah semakin tinggi hingga menjadikan harga pesawat telah turun. Seperti diketahui selisih waktu antara kontrak antara Mesir dan UEA sekitar enam tahun.

Jika mengacu pada nilai pembelian UEA, maka Rafale yang dibeli Indonesia kemungkinan besar bukan varian F4. Dan melihat angka-angka yang disebutkan di atas, nilai kontrak Rafale Indonesia bisa dikatakan wajar.