Membangun Hunian dan Mobilitas (Bagian 3): Antara Hunian TOD dan Rumah Tapak
- Konsep hunian TOD merujuk pada metode integrasi penggunaan transportasi umum dengan kawasan urban yang padat, atau yang dikenal dengan metode urban planning.
Properti
JAKARTA - Pemerintahan Prabowo Subianto memiliki program yaitu 3 juta rumah per tahun untuk memenuhi kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Untuk merealisasikan program ambisius ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah mengalokasikan anggaran untuk Kementerian PKP sebesar Rp5,27 triliun pada 2025. Pemerintah juga telah menganggarkan Rp35 triliun untuk pembiayaan perumahan.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan salah satu opsi program ini mengusung konsep hunian transit oriented development (TOD). Pembangunan menggunakan lahan milik BUMN PT Kereta Api Indonesia (Persero) hingga Perum Pembangunan Perumahan Nasional (Perumnas).
- Beri Payung Hukum Kelola Tambang, PBNU Dukung Revisi UU Minerba
- Profil Widiyanti Putri Wardhana, Menteri Terkaya dengan Harta Rp5,4 Triliun
- AS Kembali ke Energi Fosil, Indonesia Bisa Manfaatkan BRICS untuk Transisi Energi
Apa itu Transit-Oriented Development (TOD)
Konsep hunian TOD merujuk pada metode integrasi penggunaan transportasi umum dengan kawasan urban yang padat, atau yang dikenal dengan metode urban planning.
Biasanya proyek hunian TOD memiliki pemberhentian transit yang memudahkan akses penghuni, misalnya bus, Light Rail Transit (LRT), stasiun, dan lain-lain.
Jakarta menjadi salah satu kota yang berpotensi menggunakan konsep TOD, sebab telah memiliki fasilitas dan infrastruktur yang modern.
Jika ditilik lebih dalam, fasilitas transportasi di Jakarta sudah cukup lengkap untuk memudahkan mobilitas masyarakat. Tersedia beberapa pilihan transportasi massal seperti angkutan kota (angkot), bus dalam kota (transjakarta), commuter line (KRL), dan MRT.
Dengan banyaknya jenis moda transportasi yang disediakan oleh pemerintah, tentu dapat memudahkan akses mobilisasi di dalam kota.
Setidaknya, terdapat enam prinsip konsep TOD yang perlu diketahui :
1. Konsep pedestrian: tersedianya jalur pejalan kaki yang memadai, nyaman dan aman.
2. Jalur sepeda: tersedianya jalur sepeda yang baik dan dapat mendukung para pengguna sepeda, tanpa mengganggu kenyamanan pejalan kaki atau transportasi lain.
3. Konektivitas: mobilitas masyarakat terhubung saat melakukan aktivitas, terutama akses terhadap tempat tinggal dan transportasi publik.
4. Transportasi publik: tersedianya ragam pilihan transportasi publik yang cepat dan mudah dijangkau, agar masyarakat tak lagi menggunakan kendaraan pribadi.
5. Tempat parkir: pengurangan lahan parkir kendaraan motor, lalu digantikan dengan lahan sepeda serta jalur pedestrian.
6. Pemadatan: membuat pemukiman dan area komersial lebih padat di dekat stasiun transit.
Contohnya Samesta Mahata Margonda, meski berada di Depok, apartemen ini terintegrasi langsung dengan stasiun LRT yang memudahkan penghuni untuk bertandang ke kawasan Jakarta.
Gen Z Vs Milenial
Nanda (26) mengaku tidak tertarik dengan hunian apartemen meskipun mengusung tema TOD. Menurutnya apartemen adalah hunian yang cocok untuk rentan usia pekerja yang masih sendiri dengan mobilitas tinggi.
Selain itu kata Nanda, apartemen hanya memiliki Hak Guna Bangunan (HGB) yang hanya berupa hak untuk mendirikan dan memiliki bangunan di atas tanah yang bukan milik sendiri. Sehingga tidak memiliki hak atas tanahnya.
"Di usia sekarang jika ada opsi lebih memilih rumah tapak karena untuk jangka panjang lebih menjanjikan,"katanya kepada TrenAsia.com pada Rabu, 22 Januari 2025.
Ditemui terpisah Handayani (31) mengatakan dirinya tak ada opsi memilih apartemen meski mengusung tema TOD. Ia beralasan untuk membangun rumah tangga maka dia tetap pada pilihan rumah tapak (landed house) dengan alasan keamanan lebih terjamin untuk anaknya.
Handayani mengaku sebenarnya tertarik dengan keunggulan apartemen TOD dengan serangkaian kemudahan yang di dapat. TOD dirasa dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan, seperti dengan menyediakan tempat tinggal, tempat kerja, dan tempat rekreasi yang lebih mudah diakses.
Namun ukuran apartemen yang sangat terbatas, jika memiliki anak dikawatirkan ruang gerak tidak seleluasa rumah tapak. "Karena saya milenial lebih baik memilih rumah tapak untuk kedepannya membangun rumah tangga lebih aman,"katanya