donald trump.jpg
Dunia

Menakar Efek Trump Terhadap Pasar Keuangan Global

  • Donald Trump resmi kembali menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat. Masa kepemimpinannya kali ini, yang sering disebut sebagai "Trump 2.0", membawa berbagai spekulasi mengenai dampaknya terhadap ekonomi dan pasar keuangan, baik di dalam negeri maupun global. 

Dunia

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – Donald Trump resmi kembali menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat. Masa kepemimpinannya kali ini, yang sering disebut sebagai "Trump 2.0", membawa berbagai spekulasi mengenai dampaknya terhadap ekonomi dan pasar keuangan, baik di dalam negeri maupun global.  

Menurut laporan Citi Research yang disusun oleh Robert Sockin, Senior Global Economist Citigroup, kondisi ekonomi AS saat ini berada pada posisi kuat, ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tangguh dan sektor korporasi yang solid. 

"Ekonomi AS telah menjadi yang terbaik di antara pasar negara maju, dengan pertumbuhan global juga menunjukkan ketahanan yang mengesankan," ujar Sockin, dikutip dari hasil riset Citi Research berjudul “Trump 2.0: Expectations for the Economy and Financial Markets” yang diterima TrenAsia, Kamis, 23 Januari 2025. 

Namun, kembalinya Trump juga membawa sejumlah ketidakpastian baru, terutama terkait kebijakan ekonomi yang akan diterapkannya.  

Kebijakan Ekonomi Trump: Campuran Dampak Positif dan Negatif 

Sockin memprediksi kebijakan Trump akan meliputi kenaikan tarif, khususnya terhadap China, perpanjangan pemotongan pajak 2017, pembatasan ketat pada imigrasi, serta deregulasi terhadap kebijakan era Biden. 

"Kombinasi kebijakan ini menciptakan guncangan pasokan dan permintaan yang kompleks, dengan dampak bersih yang beragam terhadap pertumbuhan ekonomi AS," tambahnya.  

Kenaikan tarif diperkirakan mencapai 5 poin persentase secara efektif tahun ini, termasuk peningkatan 10-15% terhadap China. Bahkan, Trump telah mengancam penerapan tarif menyeluruh hingga 60%. 

"Kami melihat ancaman tarif ini sebagai langkah awal menuju negosiasi, meskipun risiko kenaikan tarif yang lebih signifikan tetap ada," jelas Sockin.  

Dampak Global: Dari China Hingga Eropa
  
Bagi ekonomi global, kebijakan tarif Trump menjadi ancaman terbesar, terutama bagi negara-negara yang menjadi target. China, misalnya, menghadapi risiko besar terhadap pertumbuhan ekonominya jika tarif besar diberlakukan.  

Baca Juga: Trump: Jika Tidak Mau Sepakat, Putin akan Membuat Rusia Hancur

Di Eropa, tekanan Trump untuk meningkatkan belanja pertahanan serta ancaman tarif atau penarikan AS dari NATO menambah ketidakpastian. Di sisi lain, janji Trump untuk mengakhiri perang di Ukraina dapat meningkatkan sentimen ekonomi jika dilakukan secara tertib.  

Sementara itu, Amerika Latin, khususnya Meksiko, kembali menjadi target kebijakan Trump, seperti pada masa jabatan pertamanya. Brasil dan Panama juga menghadapi risiko yang serupa, terutama setelah pernyataan Trump terkait Terusan Panama.  

Pasar Keuangan: Ketidakpastian Tinggi, Investor Perlu Tetap Lincah

Pasar keuangan AS diperkirakan akan tetap stabil dalam skenario tarif yang terfokus, karena perusahaan besar cenderung mendapatkan pengecualian seperti pada periode Trump sebelumnya. Namun, tarif yang lebih luas dapat memberikan tekanan pada margin perusahaan.  

Pasar ekuitas di luar AS kemungkinan akan lebih terpukul, mengingat pengalaman sebelumnya saat tarif Trump 1.0 memberikan dampak signifikan.  

Kenaikan imbal hasil obligasi AS belakangan ini menunjukkan kekhawatiran inflasi dan defisit pemerintah yang lebih besar. Di sisi lain, pasar valuta asing (FX) memperkirakan dolar AS (DXY) tetap berada pada posisi yang overvalued sekitar 3%, tetapi kebijakan fiskal Trump berpotensi mendorong dolar lebih tinggi lagi.  

Menurut Sockin, "Ketidakpastian akan menjadi ciri utama dari masa kepemimpinan Trump. Namun, investor yang mampu tetap fleksibel dan fokus pada fundamental ekonomi yang kuat dapat meraih keuntungan."  
  
Trump 2.0 membuka babak baru dalam perekonomian dan pasar keuangan global. Kebijakan yang tidak terduga dan penuh ambiguitas dapat membawa risiko, tetapi juga peluang. Dengan tetap memperhatikan kebijakan Trump dan dampaknya, investor diharapkan dapat menyikapi perubahan ini dengan bijak.