vaccine-5895477_960_720.jpg
Nasional

Menakar Efektivitas Vaksin BUMN Jelang Fase Endemi

  • Gegap-gempita pergerakan manusia sudah mulai terasa semenjak maraknya penyuntikan dosis vaksin kedua hingga booster.
Nasional
Feby Dwi Andrian

Feby Dwi Andrian

Author

JAKARTA - Vaksin untuk penyakit COVID-19 perlahan-lahan sudah mulai didistribusikan ke seluruh dunia. 

Gegap-gempita pergerakan manusia sudah mulai terasa semenjak maraknya penyuntikan dosis vaksin kedua hingga booster.

Meskipun banyak yang meragukan efektivitas vaksin, namun nyatanya angka kematian bisa ditekan dan bed occupancy rate (BOR) bisa diperkecil.

Lebih dari itu, inovasi terus bergulir untuk menangkal berbagai macam penyakit. Setelah pandemi mulai menghantam dunia awal 2020, banyak perusahaan di berbagai belahan dunia terus menunjukkan tajinya. 
Ada di Sekitar Kita, Hewan-Hewan Ini Ternyata Kerabat Dekat Dinosaurus

Penyakit semakin berkembang, namun ilmu pengetahuan tak ingin kalah. Dari mulai ditemukannya vaksin, penyuntikkan vaksin pertama hingga adanya andil orang Indonesia di dalamnya. 

Perjalanan penyakit yang sudah disembuhkan oleh vaksin ternyata sangat panjang dan berliku. Namun apa sejatinya vaksin itu?

Vaksin adalah sediaan biologis yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan adaptif terhadap penyakit infeksi tertentu. 

Biasanya, vaksin mengandung agen atau zat yang menyerupai mikroorganisme penyebab penyakit dan sering kali dibuat dari mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan dari toksinnya atau dari salah satu protein permukaannya. 

Efektivitas dari pemberian vaksin (vaksinasi) telah dipelajari dan diverifikasi secara luas. Buktinya banyak vaksin yang sudah beredar luas dan ternyata efektif. 

Misalkan vaksin influenza, vaksin HPV, dan juga vaksin cacar air. 

Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa saat ini telah diterbitkan izin untuk vaksin bagi 25 jenis infeksi yang dapat dicegah. 

Manuver Vaksin Lokal

Di Indonesia sendiri, pemerintah Joko Widodo (Jokowi) terus melakukan berbagai macam terobosan dalam hal memproduksi vaksin. 

Dengan menggandeng beberapa perusahaan pelat merah sektor farmasi, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bekerja keras agar bisa menghasilkan vaksin lokal. 

Dimulai dari Holding BUMN Farmasi, PT Biofarma (Persero) yang bekerja sama dengan Baylor College of Medicine, Amerika Serikat (AS). Kerja sama  ini sudah masuk dalam daftar kandidat vaksin yang dirilis oleh WHO.

“Selain pengembangan Vaksin Merah Putih, Alhamdulillah, kita juga melakukan terobosan baru. Bio Farma juga melakukan kerja sama pengembangan vaksin dengan Baylor College of Medicine, Amerika Serikat. Kandidat vaksin yang disebut Vaksin BUMN ini Alhamdulillah sudah masuk dalam daftar kandidat yang dirilis WHO”, ujar Menteri BUMN Erick Thohir.

Meskipun begitu, ia mengatakan bahwa vaksin karya Anak Bangsa masih butuh waktu untuk dapat digunakan seperti halnya vaksin Merah Putih yang sudah lebih dulu mendapatkan izin edar. 

Mantan Presiden Intermilan itu bahkan menyebut progres pengembangan vaksin ini melibatkan banyak pihak. Di antaranya BRIN, Kementerian Kesehatan, hingga Kementerian Luar Negeri. 

Menurutnya ini merupakan bukti lintas kolaborasi antar kementerian dan lembaga setelah vaksin Sinovac maupun Sinopharm mendapatkan izin penggunaan darurat (Emergency Use Listing/EUL) dan menyusul kemudian EUL untuk Sinopharm.

Tekad Erick pun ingin Indonesia bisa lebih mandiri lagi dalam pengadaan vaksin, tidak melulu mengandalkan impor. 

“Tidak mungkin kita terus impor vaksin. BUMN harus mencari solusi. Karena itu Inshaallah dalam dua minggu ke depan kita punya vaksin Indonesia, yang buat BUMN," tutur dia. 

Kendati begitu, terkait nama, Erick mengaku  tidak dapat memberikan keterangan lebih lanjut karena saat ini pihaknya sedang menunggu persetujuan penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA).