Museum Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Korporasi

Menakar Kinerja Perbankan di Tahun 2024: BBCA, BBRI, dan BRIS Memimpin

  • Pre-Provision Operating Profit (PPOP) perbankan rata-rata tumbuh 7,8% year-on-year (yoy) sepanjang Januari hingga November 2024.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - Sepanjang Januari hingga November 2024, bank-bank besar seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) menunjukkan ketahanan yang kuat.

BBRI mislanya memimpin dalam pertumbuhan Pre-Provision Operating Profit (PPOP), sementara BRIS mencatat pertumbuhan laba tertinggi. BBCA menonjol dalam rasio dana murah (CASA) dan manajemen risiko. Sebaliknya, bank seperti PT Bank BJB Tbk (BJBR) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mengalami penurunan laba yang signifikan.

"Pre-Provision Operating Profit (PPOP) perbankan yang kami pantau rata-rata tumbuh 7,8% year-on-year (yoy) sepanjang Januari hingga November 2024, meski sedikit lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya," tulis Andrey Wijaya dan David Chong, analis RHB Sekuritas, dikutip dari riset pada Kamis, 9 Januari 2025.

Pertumbuhan Laba dan Kredit

Sementara itu, BBCA mencatat peningkatan PPOP menjadi 13,6% yoy pada Januari hingga November 2024 dari 12,7% yoy pada Januari hingga Oktober 2024. BBCA memimpin bersama BBRI dengan pertumbuhan dua digit. 

Sebaliknya, BRIS dan bank besar lainnya tumbuh moderat, sementara BJBR dan BBTN mengalami penurunan tajam, dengan BBTN terkontraksi lebih dari 25% yoy. Adapun BRIS mencatat pertumbuhan laba tertinggi lebih dari 21% yoy, diikuti BBCA lebih dari 14% yoy.

Di samping itu, pertumbuhan kredit dipimpin oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan lebih dari 22% yoy, diikuti BRIS 16% dan BBCA 14%. BJBR dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) tertinggal dengan pertumbuhan kurang dari 6%.

Net Interest Margin (NIM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR)

BBRI mencatat net interest margin (NIM) tertinggi, meski turun dari 6,4% pada Januari hingga Oktober 2024 menjadi 6,2% pada Januari hingga November 2024. BBCA dan bank besar lainnya menjaga NIM stabil di kisaran 5,5-5,8%, sementara BBTN mencatat NIM terendah 2,8%. 

Adapun Cost of Credit (CoC) tertinggi dicatat oleh BBRI sebesar 3,3% karena pencadangan kredit mikro, sementara BBCA mencatat CoC terendah 0,2%, mencerminkan efisiensi manajemen risiko.

Dalam dana pihak ketiga (DPK), BMRI memimpin dengan pertumbuhan 14,7% yoy, diikuti BRIS 13,3% yoy. BBCA mencatat pertumbuhan terendah 3,5% yoy. Dalam rasio CASA, BBCA memimpin lebih dari 80%, diikuti BMRI dan bank besar lainnya di kisaran 74-79%. BJBR dan BBTN tertinggal di bawah 52%.

Andrey dan David mengungkapkan tantangan dari likuiditas yang ketat, tercermin dari kenaikan rasio loan to deposit ratio (LDR). "Namun, diperkirakan membaik pada kuartal II-2025 seiring kebijakan pemerintah yang lebih akomodatif," sebut mereka. 

Sementara itu, emiten bersandikan BBTN mencatat LDR tertinggi mendekati 99%, mencerminkan agresivitas kredit. Bank besar menjaga LDR seimbang di 89%, sementara BBCA menaikkan LDR dari 70% menjadi 78%, menandakan penyaluran kredit yang lebih agresif.

Dengan berbagai faktor tersebut, RHB Sekuritas mempertahankan peringkat overweight untuk sektor perbankan. Nah, berikut ini rekomendasi sahamnya;

  • BRIS: Buy, target harga Rp3.500.
  • BBRI: Buy, target harga Rp5.700.
  • BMRI: Buy, target harga Rp8.100.
  • BBNI: Buy, target harga Rp6.710.
  • BBCA: Buy, target harga Rp12.060.
  • BBTN: Buy, target harga Rp1.990.
  • BNGA: Buy, target harga Rp2.300.
  • BBYB: Trading buy, target harga Rp360.
  • BJBR: Netral, target harga Rp880.