Seorang Pria Memegang Sebatang Rokok di Tangannya di London, Inggris (Reuters/Maja Smiejkowska)
Korporasi

Menakar Kontribusi Cukai Terbesar dari Tiga Emiten Produsen Rokok

  • Pada awal tahun ini, pemerintah telah mengesahkan kenaikan tarif cukai tembakau dengan rata-rata di angka 10% dari semua jenis golongan. Hal ini secara langsung berimbas kepada emiten produsen rokok.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Tiga emiten produsen rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah merilis laporan keuangan untuk paruh pertama tahun ini. Hasilnya, semua emiten rokok mengalami penurunan laba bersih dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Meski demikian, ketiga emiten rokok yang dimaksud, yaitu PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM), berhasil menjaga pendapatan di level yang hampir sama dengan periode semester I-2023.

Pertanyaannya adalah apa yang menyebabkan penurunan laba bersih tersebut? Mengacu pada laporan keuangan, beban pokok penjualan tinggi yang di dalamnya ada pos pembayaran pajak cukai semakin mempersempit margin keuntungan emiten rokok.

Sebagaimana diketahui, pada awal tahun ini, pemerintah telah mengesahkan kenaikan tarif cukai tembakau dengan rata-rata di angka 10% dari semua jenis golongan. Nah, melalui artikel ini, TrenAsia.com akan mengidentifikasi emiten rokok mana di antara ketiga perusahaan itu yang menjadi pembayar cukai terbesar.

HMSP

Emiten bersandi HMSP yang dikenal sebagai produsen rokok Sampoerna Mild, ini pada paruh pertama tahun ini sukses meraup pendapatan bersih di angka 57,81 triliun, yang meningkat dari periode semester I-2023, yaitu Rp56,15 triliun. 

Namun, kenaikan pendapatan ini diimbangi oleh lonjakan beban pokok penjualan, yang meningkat menjadi Rp49,12 triliun dibandingkan Rp46,91 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, khusus pembayaran cukai saja, HMSP pada paruh pertama tahun ini mencapai Rp35,38 triliun. Angka ini sebenarnya berhasil ditekan dibandingkan Rp37,92 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Akan tetapi, hal tersebut tidak cukup untuk mengimbangi biaya beban lainnya, sehingga laba bersih perusahaan menguap 11,55% menjadi Rp3,31 triliun. 

GGRM

Pada paruh pertama tahun ini, GGRM yang dikenal sebagai produsen rokok Gudang Garam Merah, berhasil menghimpun pendapatan di angka Rp50,01 triliun. Raihan ini sebenarnya menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sebesar Rp55,85 triliun.  

Sejalan dengan menurunnya pendapatan, biaya pokok pendapatan emiten bersandikan GGRM juga ikut menurun ke level Rp44,95 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya di angka Rp47,91 triliun. 

Namun, pos pembayaran pita cukai, PPN, dan pajak rokok dari GGRM justru mengalami lonjakan menjadi Rp38,17 triliun, naik dari Rp37,03 triliun pada semester I-2023. Akibatnya, laba bersih perusahaan anjlok 71,85% ke level Rp925,51 miliar. 

WIIM

WIIM yang merupakan produsen rokok Wismilak dan Diplomat, pada semester I-2024, ini sukses meraup pendapatan Rp2,22 triliun. Angka ini melorot tipis dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu sebesar Rp2,38 triliun. 

Sejalan dengan penurunan tersebut, beban pokok penjualan emiten berkode WIIM juga mengalami penurunan tipis, menjadi Rp1,71 triliun, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp1,77 triliun.

Sejatinya, WIIM sukses menekan penggunaan pita cukai ke level Rp966 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,16 triliun. Namun, hal ini juga tidak mampu mengimbangi beban biaya lainnya, sehingga laba bersih perseroan turun 40% ke level Rp147,24 miliar.