Menakar Kontribusi Online Retail Sales dalam Pertumbuhan Pasar FMCG dan TCG Asia Pasifik
- Penjualan online di sektor teknologi didorong oleh negara-negara seperti Cina, Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan, dengan kontribusi lebih dari 30%.
Tekno
JAKARTA - Adrie R. Suhadi, Managing Director NielsenIQ dan GfK Indonesia, mengungkapkan data dan tren terbaru terkait perilaku konsumen dalam belanja online serta kontribusi penjualan retail online di sektor teknologi dan barang kebutuhan sehari-hari (FMCG) di Asia Pasifik.
Presentasi yang disampaikan oleh Adrie menyoroti potensi besar pasar online di Indonesia serta tantangan yang dihadapi.
Kontribusi Penjualan Retail Online di Asia Pasifik
Adrie menjelaskan bahwa kontribusi penjualan retail online di sektor teknologi (TCG) di Asia Pasifik mencapai 35%, sedangkan di sektor FMCG mencapai 23%. Angka-angka ini menunjukkan bahwa penjualan online di sektor teknologi didorong oleh negara-negara seperti Cina, Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan, dengan kontribusi lebih dari 30%. Sedangkan penjualan online di sektor FMCG didorong oleh Cina dan Korea Selatan dengan kontribusi yang mencapai lebih dari 40% di Cina.
"Di Indonesia, kontribusi penjualan online di sektor teknologi (TCG) masih sebesar 15%, sedangkan di sektor FMCG masih kecil, yaitu sekitar 5%. Namun, ini menunjukkan adanya potensi pertumbuhan yang besar," kata Adrie dalam SIRCLO Webinar Insight, Selasa, 17 Juli 2024.
- Indonesia Tak Masuk 10 Besar Negara Eksportir Keramik Dunia
- Entitas Bank Digital BBRI Ini Siap Buyback Saham Senilai Rp20 Miliar
- Mengukur Potensi Laba Bersih Empat Perbankan LQ45 di Semester I-2024
Potensi Pasar Online di Indonesia
Meskipun kontribusi penjualan online di Indonesia masih relatif kecil dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand, yang mencapai 20% untuk TCG dan 10% untuk FMCG, Adrie optimis dengan potensi pertumbuhan yang ada. Ia menyoroti bahwa penjualan online di sektor TCG didominasi oleh smartphone, sedangkan di sektor FMCG didominasi oleh produk-produk wanita dan anak-anak.
Adrie menambahkan, "Jika kita melihat negara-negara tetangga seperti Thailand, kontribusi penjualan online di sektor TCG mencapai 20% dan di sektor FMCG mencapai 10%. Ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk tumbuh di sektor ini."
Dominasi Penjualan Offline di Indonesia
Meskipun penjualan online terus bertumbuh, Adrie mencatat bahwa pasar FMCG di Indonesia masih didominasi oleh penjualan offline. "Di Indonesia, penjualan barang kebutuhan sehari-hari (FMCG) masih sangat besar dan didominasi oleh penjualan offline. Penjualan offline ini terbagi menjadi dua, yaitu tradisional dan modern, dengan kontribusi hampir 50-50," ujarnya.
Adrie menjelaskan bahwa pertumbuhan penjualan offline didorong oleh minimarket serta specialty store seperti toko susu, toko bayi, dan toko kosmetik. "Kita melihat ada fenomena baru di offline retail, yaitu specialty store seperti toko susu, toko bayi, dan toko kosmetik yang tumbuh sangat tinggi," tambahnya.
- Baca Juga: E-Commerce Bukan Penyebab Banjir Impor
Pertumbuhan Penjualan Online di FMCG
Adrie juga menyoroti pertumbuhan penjualan online di sektor FMCG, terutama di kalangan konsumen kelas menengah atas. "Penetrasi penjualan online didorong oleh konsumen upper dan middle class. Tiga perempat dari konsumen upper class sudah belanja online, dan jumlah belanja mereka di online terus meningkat," jelasnya.
Produk-produk yang mengalami pertumbuhan besar dalam penjualan online di sektor FMCG antara lain adalah produk anak-anak dan produk wanita, seperti kosmetik, susu bubuk, dan popok bayi. "Produk-produk seperti kosmetik, susu bubuk, dan popok bayi memiliki pilihan yang sangat beragam di online dan inventorinya besar. Oleh karena itu, kategori-kategori ini melihat potensi besar di penjualan online," kata Adrie.
Fenomena Live Shopping
Adrie juga menyebutkan fenomena baru dalam belanja online yaitu live shopping. "Live shopping menjadi fenomena baru di belanja online. Dalam studi consumer behavior yang kami lakukan di akhir tahun 2023 dengan 4.800 responden di 5 kota besar (Jabodetabek, Surabaya, Medan, Bandung, dan Yogyakarta), kami menemukan bahwa 15% populasi Indonesia di kota-kota besar ini sudah berkontribusi cukup besar dalam belanja online," ujarnya.
Data Bisnis Digital Indonesia
Menurut Adrie, nilai bisnis online di Indonesia mencapai Rp347 triliun pada tahun 2023, naik 37% dibandingkan tahun sebelumnya. Jika tanpa transport online, nilainya mencapai Rp340 triliun. "Ini menunjukkan bahwa potensi pasar online di Indonesia masih sangat besar. Sektor terbesar dalam kontribusi nilai penjualan online adalah travel, diikuti oleh fashion dan consumer goods," jelasnya.
Perilaku Belanja Online Konsumen
Adrie juga mengungkapkan bahwa kategori yang paling banyak dibeli secara online dalam tiga bulan terakhir tahun 2023 adalah fashion, kosmetik, face care, transport, dan travel. "Penetrasi belanja online untuk fashion mencapai 70%, artinya dua dari tiga orang yang belanja online pasti membeli fashion," katanya.
Produk fashion yang paling banyak dibeli adalah baju wanita dan sepatu, sedangkan kategori kosmetik dan face care yang paling tinggi adalah lipstick, face mask, serum, dan cleanser. "Transportasi dan travel juga mengalami peningkatan signifikan karena banyak orang yang mulai berlibur kembali setelah pandemi," tambahnya.
Metode Pembayaran Populer
Metode pembayaran paling populer dalam belanja online adalah cash on delivery (COD), diikuti oleh pembayaran melalui bank dan e-wallet. "Lebih dari 50% konsumen memilih COD karena lebih aman dan pasti. Barang sudah diterima dan sesuai dengan pesanan, baru mereka membayar," jelas Adrie.
- Kebutuhan Tinggi, Proyek IKN Digadang Genjot Industri Besi-Baja Nasional
- Link Live Streaming Belanda Vs Inggris di Semifinal Euro 2024
- Garuda Indonesia (GIAA) Bakal Gelar RUPSLB, Ada Apa?
Alasan Belanja Online dan Kendalanya
Harga murah, kemudahan pembayaran, dan produk yang lebih beragam menjadi alasan utama konsumen belanja online. Namun, ada juga kendala yang dihadapi seperti kekhawatiran terhadap kesesuaian dan keaslian barang, serta persepsi bahwa harga lebih mahal. "Kendala-kendala ini perlu diperbaiki oleh pemain e-commerce untuk meningkatkan kepercayaan konsumen," kata Adrie.
Tips untuk Pertumbuhan Penjualan Online
Adrie memberikan beberapa tips untuk pemain e-commerce agar bisa tumbuh di pasar online. "Perbaiki hal-hal yang menjadi penghalang konsumen belanja online, jual produk-produk menarik yang eksklusif di online, dan lakukan promosi yang tepat seperti voucher discount dan free on-peer," sarannya.
Ia juga menekankan pentingnya meluncurkan produk baru di online terlebih dahulu sebelum memasarkannya di offline. "Strategi ini memungkinkan pemain e-commerce untuk menguji permintaan pasar dan meningkatkan modal sebelum ekspansi ke offline," jelasnya.
Adrie mengakhiri paparannya dengan menyatakan bahwa penjualan online dan offline akan tetap hidup berdampingan. "Online dan offline channel akan tetap hidup berdampingan dan memenuhi kebutuhan yang berbeda-beda dari konsumen. Fokuslah pada segmen upper dan middle class yang memiliki penetrasi lebih tinggi di online channel," ujarnya.
Dengan potensi besar yang ada, Adrie optimis bahwa pasar online di Indonesia akan terus tumbuh dan memberikan peluang besar bagi para pemain e-commerce. "Dengan strategi yang tepat, pemain e-commerce dapat memanfaatkan potensi besar ini dan mencapai kesuksesan di pasar online," pungkasnya.