logo
Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis 12 Januari 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Bursa Saham

Menakar Peluang Buyback Saham BMRI, BBNI, dan BBRI di Tengah Penurunan Pasar

  • BMRI, BBRI, dan BBNI siap melakukan buyback saham untuk memperkuat nilai perusahaan dan meningkatkan kepercayaan investor di tengah ketidakpastian pasar saham.

Bursa Saham

Alvin Bagaskara

JAKARTA – PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) resmi mengumumkan rencananya untuk melakukan aksi korporasi buyback saham. Pengumuman ini menyusul langkah serupa yang telah dilakukan oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebelumnya.

Langkah ini menjadi sorotan mengingat dinamika pasar saham yang tengah bergejolak. Dengan membeli kembali saham yang beredar di pasar, ketiga bank pelat merah ini berharap dapat memperkuat posisi mereka di pasar modal serta memberikan sinyal positif kepada investor.

Melalui keterbukaan informasi pada Jumat, 14 Februari 2025, BMRI mengumumkan rencana buyback saham sebesar Rp1,17 triliun. Rencana ini akan dibawa dan disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang berlangsung pada 25 Maret 2025, mendatang. 

“Langkah ini diambil dengan tujuan untuk memperkuat keyakinan pasar terhadap nilai jangka panjang perusahaan, serta menjaga keseimbangan antara kondisi pasar dan fundamental perusahaan,” jelasnya dalam keterbukaan informasi.  

Manajemen BMRI juga menekankan bahwa program buyback ini juga bertujuan untuk mengalihkan saham yang dibeli untuk program kepemilikan saham pegawai, yang diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan mereka dalam pencapaian kinerja yang lebih baik. 

Sebagai informasi, BMRI berhasil mencatatkan kinerja yang prudent pada tahun 2024 dengan mencetak laba bersih sebesar Rp55,78 triliun. Selain itu, pendapatan bunga bersih dan penyaluran kredit masing-masing tercatat mencapai Rp101,75 triliun dan Rp1.623,21 triliun.

Sementara itu, BBRI dan BBNI juga telah mengumumkan rencana buyback saham mereka. BBRI mengalokasikan dana sebesar Rp3 triliun, sementara BBNI menyiapkan Rp905 miliar. Kedua bank ini, seperti halnya BMRI, bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan investor yang mungkin merasa tertekan akibat fluktuasi pasar saham.

Dari sisi kinerja, kedua bank pelat merah mencatatkan kenaikan laba, dengan BBNI meraih laba bersih Rp20,46 triliun, naik 2,65% secara tahunan, dan BBRI memperoleh laba bersih Rp60,15 triliun, tumbuh 0,09% secara tahunan.

Kinerja Saham Bank Pelat Merah

Rencana buyback ini hadir di tengah kinerja saham bank pelat merah yang cenderung lesu pada awal tahun ini. Meskipun BMRI tercatat mengalami kenaikan harga saham sebesar 1,99% pada Jumat, 14 Februri 2025, harga sahamnya masih mengalami penurunan sebesar 10,09% sepanjang tahun berjalan (YtD). 

Demikian juga, saham BBRI melemah 3,26% pada perdagangan akhir pekan tersebut dan mengalami penurunan YtD sebesar 5,39%. Berbeda dengan BMRI dan BBRI, saham BBNI menunjukkan tren positif dengan penguatan harga saham sebesar 2,82%, meskipun hanya mengalami kenaikan tipis sebesar 0,46% YtD.

Senior Market Chartist dari Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan bahwa buyback saham dilakukan untuk meningkatkan stabilitas harga saham di pasar. Seiring dengan pelaksanaan buyback saham, pergerakan saham emiten akan terpengaruh. 

Pada awalnya, ketika informasi mengenai harga buyback saham belum tersedia, pergerakan saham emiten cenderung stabil. "Namun, saat investor mendapatkan informasi harga buyback dan emiten mulai mengeksekusi buyback, akan terjadi penguatan saham, disertai dengan penguatan kapitalisasi pasar," ujar Nafan dalam keterangannya dikutip pada Senin, 17 Februari 2025.

Menurut Nafan, meskipun adanya buyback saham, prospek saham BMRI, BBRI, dan BBNI tetap positif. Selain sentimen buyback saham, faktor lain juga turut mempengaruhi pergerakan saham BBRI dan BBNI ke depan. 

Salah satunya adalah penurunan suku bunga acuan. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 14-15 Januari 2025, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dari level 6% menjadi 5,75%. 

"Namun, sentimen lain yang mempengaruhi adalah dinamika global terkait dengan kebijakan The Fed, di mana jika masih ada bias hawkish, itu dapat mempengaruhi pengetatan likuiditas global," jelas Nafan.

Mirae Asset Sekuritas memberikan rekomendasi untuk membeli saham secara akumulatif untuk BMRI dengan target harga Rp6.025 per saham. Saham BBRI direkomendasikan untuk dibeli pada saat penurunan harga dengan target harga Rp4.860 per saham, sementara saham BBNI juga disarankan untuk dibeli pada saat penurunan harga dengan target harga Rp5.850 per saham.