Menakar Peluang Saham BRIS dan BTPS di Semester II-2024
- Bagaimana prospek saham BRIS dan BTPN di semester II-2024? Pasalnya, kedua bank ini masuk dalam jajaran 10 besar perbankan syariah di Indonesia dengan kepemilikan aset jumbo pada tahun lalu.
Bursa Saham
JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana mengeluarkan dua emiten syariah, yaitu PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dan PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS), dari daftar efek yang dapat ditransaksikan secara margin dan shortsell paling cepat akhir tahun ini.
Keputusan ini diambil karena kedua emiten tersebut adalah perusahaan yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Diketahui transaksi margin dan shortsell adalah jenis perdagangan saham di mana investor dapat melakukan transaksi tanpa harus memiliki modal banyak terlebih dahulu.
Dalam skema transaksi margin, investor hanya perlu membayar sebagian dari nilai total saham yang dibeli, sementara sisanya dibiayai oleh broker atau sekuritas. Sementara itu, transaksi shortsell, investor meminjam saham dari pihak lain (biasanya broker atau sekuritas) dan menjualnya di pasar dengan harapan bahwa harga saham akan turun.
- Harga Sembako di DKI Jakarta Selasa, 06 Agustus 2024, Daging Sapi Naik, Minyak Goreng Turun
- Harga Emas Antam Melorot Lagi Rp7.000 per Gram
- Saham Mitratel Paling Boncos Kala LQ45 Dibuka Gagah 1,23 Persen
Terlepas dari hal tersebut, bagaimana prospek saham BRIS dan BTPN di semester II-2024? Pasalnya, kedua bank ini masuk dalam jajaran 10 besar perbankan syariah di Indonesia dengan kepemilikan aset jumbo pada tahun lalu.
Prospek BRIS
Pertama, emiten pelat merah dengan kode saham BRIS melaporkan kinerja keuangan semester I-2024, dengan mencatatkan laba bersih sebesar Rp3,4 triliun. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 22,3% secara tahunan (year-on-year/yoy) sepanjang semester I-2024.
Sementara itu, hingga Juni 2024, BRIS masih menjadi bank syariah terbesar di Indonesia dengan total aset mencapai Rp360,85 triliun, meningkat 15,1% secara tahunan. Pertumbuhan ini didongkrak oleh pertumbuhan kredit dan pembiayaan yang melesat sebesar 17% secara tahunan.
Oleh sebab itu, analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano dan Naura Reyhan Muchlis mempertahankan rekomendasi beli (buy) saham BRIS dengan target harga Rp2.700 per saham. Yang menjadi menarik, Kementerian BUMN berusaha mendorong saham ini untuk masuk Indeks MSCI (Morgan Stanley Capital International).
Caranya, Kementerian BUMN, sedang mengkaji rencana untuk meng unlock dari dua pemegang saham BRIS, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan porsi free float. Nah, untuk masuk indeks tersebut, perlu free float kepemilikan publik minimal sebesar 15%. Saat ini, porsi free float BRIS masih relatif kecil, yaitu sebesar 9,91%.
- Daftar Perusahaan Multifinance yang Catat Laba Merosot di Paruh Pertama 2024
- CLEO dan ZONE Beda Arah, Begini Kinerja Emiten Hermanto Tanoko di Semester I-2024
- Pengenaan Cukai pada Makanan Cepat Saji Dinilai Rugikan UMKM
Diketahui saham BRIS terbesar dimiliki oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar 51,47%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sebesar 23,24%, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebesar 15,38% dan sisanya dimiliki oleh publik.
Head of Research BCA Sekuritas, Andre Benas, mengatakan bahwa masuknya perusahaan ke dalam indeks MSCI tidak langsung memengaruhi operasional perusahaan. Namun, keuntungan utama akan dirasakan oleh pemegang saham, karena indeks MSCI cenderung memengaruhi harga saham yang banyak diburu investor asing.
Prospek BTPS
Hingga berita ini diturunkan, emiten berkodekan BTPS belum melaporkan kinerja keuangan semester I-2024. Namun, pada kuartal I-2024, unit usaha syariah Bank BTPN ini sukses mencetak laba sebesar Rp263,66 miliar dan Sejumlah indikator keuangan juga menunjukkan perbaikan..
Kinerja ini didukung oleh penyaluran pembiayaan sebesar Rp10,9 triliun, dibandingkan dengan Rp11,36 triliun pada tiga bulan pertama 2023. Rasio keuangan perusahaan tetap terjaga, dengan Return on Asset (RoA) mencapai 6,3% dan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 47,6%.
Direktur BTPN Syariah Fachmy Achmad mengatakan mengawali 2024 kinerja BTPN Syariah tetap terjaga. Saat ini perusahaan menjalankan strategi selektif dalam menyalurkan pembiayaan serta program pendampingan yang semakin intensif ke masyarakat inklusi.
Pada kuartal I-2024, BTPN Syariah berhasil menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp11,74 triliun, turun 3,32% dibandingkan tahun lalu. Non Performing Financing (NPF) gross BTPN Syariah tercatat pada level 2,97% pada kuartal I-2024, sedikit menurun dari 3% pada kuartal I-2023, sementara NPF net berada di 0,02%.
BTPN Syariah juga mencatatkan Net Imbalan (NI) yang solid sebesar 24,72% pada kuartal I-2024, dengan net operating margin (NOM) di 6,19%. Beban operasional terhadap pendapatan operasi (BOPO) sedikit meningkat menjadi 76,21% pada kuartal I/2024, naik dari 61,49% pada kuartal pertama 2023.
Untuk itu, Ciptadana Sekuritas Asia merekomendasikan beli saham BTPS dengan target harga Rp2.020 per lembar pada riset akhir April 2024. Ciptadana menjelaskan bahwa kinerja BTPS menunjukkan perbaikan signifikan pada kuartal I-2024, dengan pendapatan tumbuh 247% secara kuartalan dibandingkan kuartal sebelumnya.