ilustrasi spbu
Energi

Menakar Potensi Bioetanol dalam Upaya Swasembada Energi

  • Kapasitas produksi bioetanol saat ini mencapai 40.000 kiloliter per tahun, jumlah tersebut cukup jomplang jika dibanding kebutuhan bioetanol sebesar 696.000 kiloliter untuk Jawa Timur dan Jakarta.

Energi

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA – Pemerintah mendorong penggunaan bioetanol sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM) untuk  mencapai swasembada energi dan menekan impor BBM. 

Menurut Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, upaya ini merupakan bagian dari strategi besar untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mendukung keberlanjutan energi.

"Tapi kita memang berprinsip bahwa yang namanya impor BBM ini harus dikurangi ke depan. Kita harus swasembada energi," terang Erick Tohir di Kompleks Parlemen Jakarta, dikutip Tren Asia, Kamis, 11 Juli 2024.

Selain kendaraan listrik, Erick mengungkap bioetanol tetap akan memainkan peran penting sebagai bahan bakar alternatif. 

"Pemerintah mendorong penggunaan mobil listrik. Tetapi, di situ tidak cukup makanya didorong juga penggunaan bioetanol ke depan. Dan ini saya yakini tidak hanya pemerintah saat ini, pemerintah ke depan juga menginginkan swasembada energi yang sehat," tambah Erick.

Kapasitas Produksi Bioetanol Nasional

Pemerintah telah memulai upaya mengatasi penurunan produksi minyak dan gas bumi dengan memperkenalkan bioetanol sebagai bahan bakar kendaraan alternatif. 

Sejak 2010, produksi minyak dan gas Indonesia telah menurun secara stabil hingga di bawah 1 juta barel per hari, kondisi ini menyebabkan defisit antara produksi domestik dan permintaan nasional yang mengharuskan negara melakukan impor dalam jumlah besar.

Memanfaatkan potensi bioenergi yang melimpah di Indonesia seperti minyak sawit, biji jarak, singkong, jagung, minyak kelapa, dan kedelai, pemerintah berupaya meluncurkan bioetanol sebagai campuran bahan bakar kendaraan pada Juli 2023.

Saat itu, PT Pertamina ditugaskan untuk memproduksi bioetanol, campuran Pertamax dan etanol berbasis tanaman. 

CEO PT Pertamina, Nicke Widyawati, menyatakan etanol yang akan diproduksi berasal dari molase tebu dan akan dicampur dengan Pertamax Series untuk menghasilkan bahan bakar RON 95. 

Uji coba awal saat itu dilakukan di beberapa SPBU wilayah Surabaya, Mojokerto, dan Malang, dan diperluasa ke Jakarta. 

Namun, hingga akhir 2023, pasokan dari PT Enero di Mojokerto dan PT Molindo di Malang hanya dapat memenuhi sekitar 5,7% kebutuhan Bio Etanol di Jawa Timur dan Jakarta, sementara produksi dari pabrik Madu Baru di Bantul hanya bisa memproduksi 3.600 kiloliter setahun.

Dilansir Indonesia.go.id, kapasitas produksi bioetanol saat ini mencapai 40.000 kiloliter per tahun, jumlah tersebut cukup jomplang jika dibanding kebutuhan bioetanol sebesar 696.000 kiloliter untuk Jawa Timur dan Jakarta. 

Di sektor Energi Indonesia tertinggal dari negara-negara lain seperti China, Amerika Serikat, dan Brasil dalam mengadopsi bioetanol untuk kendaraan bermotor, di mana etanol telah berhasil diintegrasikan ke dalam campuran bahan bakar.