Asap Membumbung dari Cerobong Asap di Dekat Panel Surya (Reuters/Tongzhou Wang)
Energi

Menakar Potensi Indonesia Dominasi Produksi Panel Surya

  • "Kami belum mampu untuk membangun pabrik panel surya dalam skala besar. Oleh karena itu, kami perlu meningkatkan permintaan energi terbarukan secara keseluruhan,"
Energi
Muhammad Imam Hatami

Muhammad Imam Hatami

Author

JAKARTA – Penggunaan panel surya sebagai alat pemasok energi alternatif semakin diminati di pasar global. Selain kemudahan dalam penggunaannya, panel surya menawarkan keuntungan besar berupa energi yang dapat diperoleh secara gratis dari cahaya matahari.

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Rachmat Kaimuddin, mengungkap, sebenarnya Indonesia memiliki potensi energi surya yang sangat besar, mencapai 3.300 gigawatt (GW) dari total potensi energi terbarukan nasional sebesar 3.600 GW. 

Untuk memanfaatkan potensi ini secara optimal, Indonesia perlu melakukan pembangunan pabrik panel surya dan memperkuat rantai pasok. Selain itu, investasi besar diperlukan untuk mencapai target produksi energi surya sebesar 4,7 GW pada tahun 2030.

“Itu angka yang besar, tetapi kami belum mampu untuk membangun pabrik panel surya dalam skala besar. Oleh karena itu, kami perlu meningkatkan permintaan energi terbarukan secara keseluruhan,” terang Rachmat.

Jalin Kerja Sama dengan Singapura

Sebagai bagian dari upaya ini, Indonesia menjalin kerja sama dengan Singapura dalam mengembangkan industri manufaktur energi terbarukan, termasuk panel surya dan sistem penyimpanan energi baterai (BESS). Kerja sama ini diharapkan dapat mempercepat pengurangan emisi karbon serta mendorong investasi di sektor energi terbarukan di Indonesia.

Kemitraan dengan Singapura diharapkan memberikan keuntungan signifikan bagi kedua negara. Singapura, dengan kapasitas finansialnya, dapat mempercepat transisi energinya, sementara Indonesia dapat memperkuat industri panel surya domestik dengan dukungan bahan baku, energi, dan sumber daya manusia.

Selain itu, Singapura berencana meningkatkan impor listrik rendah karbon dari Indonesia dari 2 GW menjadi 3,4 GW untuk memenuhi kebutuhan energi terbarukan di masa depan.

“Ini bisa menjadi contoh kolaborasi transisi energi kita memiliki bahan baku, energi, dan sumber daya manusia yang memadai. Tidak seperti di Eropa dan AS, di mana biaya tenaga kerja dan biaya energi terlalu tinggi,” tegas Rachmat.

Masih Kalah Jauh dari China

China saat ini merupakan negara produsen panel surya terbesar di dunia. Beberapa faktor mendukung posisi dominan China dalam produksi panel surya. China mempunyai skala ekonomi yang besar, di mana produksi dalam volume tinggi memungkinkan mereka untuk mencapai efisiensi biaya yang tinggi dan menjual panel surya dengan harga yang sangat kompetitif. 

Selain itu, China memiliki rantai pasok yang lengkap, dengan hampir semua komponen panel surya, dari bahan baku hingga teknologi produksi, tersedia secara lokal, sehingga membuat proses produksi menjadi lebih efisien dan terintegrasi.

Dukungan pemerintah juga memainkan peran penting dalam dominasi ini. Pemerintah China telah menerapkan berbagai kebijakan insentif dan dukungan untuk mendorong pertumbuhan industri energi terbarukan, termasuk panel surya. 

Selain itu, ketersediaan tenaga kerja terampil dan biaya tenaga kerja yang relatif rendah turut mendukung kemampuan China untuk memproduksi panel surya dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan negara lain. Kombinasi dari faktor-faktor ini menjadikan China sebagai pusat produksi panel surya global.

China juga selangkah lebih maju dengan memanfaatkan panel surya untuk menggantikan bahan bakar fosil. Negara ini telah berhasil meningkatkan kapasitas energi surya secara signifikan. Laporan pemerintah China pada tahun 2019 menunjukkan, kapasitas energi surya China telah mencapai 205,2 GW.

Sebagian besar panel surya dipasang di daerah terpencil di China, yang memiliki banyak pembangkit tenaga surya. Kebradaan panel surya tersebut selain memanfaatkan wilayah-wilayah yang kurang padat penduduk juga berkontribusi meningkatkan efisiensi produksi energi surya.

Di antara proyek-proyek terbesar di China, Huanghee Hydropower Solar Park di provinsi Qinghai menjadi salah satu pembangkit tenaga surya terbesar di negara ini. 

China juga memiliki ladang panel surya terbesar di dunia, yaitu Longyangxia Solar Park. Ladang ini membentang seluas 10 juta meter persegi dan dilengkapi dengan 4 juta panel surya, mampu menghasilkan listrik sebesar 850 megawatt. Daya yang dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar 140.000 rumah.