Ilustrasi ETLE menggunakan drone oleh Polri.
Tekno

Menakutkan, Drone AI yang Bisa Membunuh Orang Bisa Dibuat dalam Hitungan Jam

  • Ilmuwan mengkonfigurasi drone kecil untuk menargetkan orang-orang dengan pengenalan wajah dan mengejar mereka dengan kecepatan penuh.
Tekno
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA- Seorang ilmuwan telah memperingatkan hanya dibutuhkan beberapa jam untuk mengkonfigurasi drone kecil yang tersedia secara komersial untuk memburu suatu target..

Luis Wenus, seorang pengusaha dan insinyur, memasukkan sistem kecerdasan buatan atau artificial intelligence  (AI) ke dalam drone kecil untuk mengejar orang-orang.  "Ini seperti sebuah permainan," tulisnya dalam sebuah postingan pada  2 Maret di X. 

Namun dia segera menyadari  drone tersebut dapat dengan mudah dikonfigurasikan untuk membawa muatan yang dapat meledak.

Berkolaborasi dengan Robert Lukoszko, insinyur lainnya, dia mengkonfigurasi drone tersebut untuk menggunakan model deteksi objek. Terutama untuk menemukan orang dan terbang ke arah mereka dengan kecepatan penuh. 

Para insinyur juga memasukkan pengenalan wajah ke dalam drone, yang bekerja pada jarak hingga 10 meter. Ini berarti versi drone yang dipersenjatai dapat digunakan untuk menyerang orang atau target tertentu.

 “Pembangunannya hanya memakan waktu beberapa jam, dan membuat saya menyadari betapa menakutkannya,” tulis Wenus dikutip Live Science Jumat 8 Maret 2024. 

“Anda dapat dengan mudah mengikat sejumlah kecil bahan peledak ke dalamnya dan membiarkan 100 bahan peledak beterbangan.”

Wenus menggambarkan dirinya sebagai "open source absolutist."  Ini  berarti dia percaya untuk selalu berbagi kode dan perangkat lunak melalui saluran sumber terbuka.  Dia juga mengidentifikasi dirinya sebagai "e/acc" - yang merupakan aliran pemikiran di kalangan peneliti AI yang mengacu pada keinginan untuk mempercepat penelitian AI terlepas dari kerugiannya.   Namun dia mengatakan  dia tidak akan mempublikasikan kode apa pun yang berkaitan dengan eksperimen ini.

Dia juga memperingatkan bahwa serangan teror dapat direncanakan dalam waktu dekat dengan menggunakan teknologi semacam ini. Meskipun orang membutuhkan pengetahuan teknis untuk merekayasa sistem seperti itu, menulis perangkat lunak akan menjadi lebih mudah seiring berjalannya waktu. “Sebagian  karena kemajuan AI sebagai asisten dalam menulis kode,” katanya.

Butuh Penanggulangan

Wenus mengatakan eksperimennya menunjukkan bahwa masyarakat perlu segera membangun sistem anti-drone untuk ruang-ruang sipil di mana banyak orang dapat berkumpul. Ada beberapa upaya penanggulangan yang bisa dibangun masyarakat. Antara lain kamera, sensor akustik, dan radar untuk mendeteksi drone. Namun, untuk mengganggu mereka, diperlukan teknologi seperti pengacau frekuensi radio, spoofer GPS, senjata jaring, serta laser berenergi tinggi.

Meskipun belum digunakan di lingkungan sipil, senjata-senjata tersebut sebelumnya telah dikonsep dan digunakan dalam konteks peperangan. Ukraina , misalnya, telah mengembangkan drone yang dapat meledak sebagai respons terhadap invasi Rusia.

Militer Amerika juga sedang mencari cara untuk membangun dan mengendalikan kawanan drone kecil yang dapat menyerang sasaran. Menurut MIT Technology Review hal ini mengikuti upaya Angkatan Laut Amerika setelah pertama kali menunjukkan bahwa mereka dapat mengendalikan 30 drone dengan bahan peledak pada tahun 2017.