<p>Ilustrasi pemerintah berupaya menahan dampak COVID-19 terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.  Grafis: Azka Yusra/TrenAsia </p>
Nasional

Menangkap Pesimisme Pemulihan Ekonomi Nasional di Tengah Asa &#8216;Herd Immunity&#8217;

  • Pemerintah memproyeksikan vaksinasi COVID-19 terhadap 181,5 juta penduduk Indonesia rampung pada akhir 2021. Jumlah penerima vaksin itu diyakini pemerintah bakal memunculkan kekebalan kelompok atau herd immunity.

Nasional
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Pemerintah memproyeksikan vaksinasi COVID-19 terhadap 181,5 juta penduduk Indonesia rampung pada akhir 2021. Jumlah penerima vaksin itu diyakini pemerintah bakal memunculkan kekebalan kelompok atau herd immunity.

Selagi menunggu target tercapai, Indonesia terus mengamankan pasokan vaksin COVID-19. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut pasokan vaksin Indonesia per 1 Juni 2021 cukup untuk 37,5 juta orang.

“Indonesia sudah memiliki 75,9 juta dosis vaksin yang berarti cukup untuk 37,5 juta rakyat Indonesia,” kata Erick, Selasa, 1 Juni 2021.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo optimis penerima vaksin COVID-19 pada Agustus 2021 bakal tembus 70 juta orang. Optimisme Jokowi ini tidak lepas dari adanya program vaksinasi gotong royong yang diinisiasi kalangan pengusaha.

Meski target herd immunity susah payah ditempuh tahun ini, pemerintah tidak berani mengeskalasi pertumbuhan ekonomi di tahun ini. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan pertumbuhan Indonesia bisa tumbuh maksimal 5,3% year on year (yoy) pada tahun ini.

Skenario terburuknya, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,3% yoy pada 2021. Target yang dipasang Sri Mulyani itu jauh berada di bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia versi International Monetary Fund (IMF) yang sebesar 6% yoy.

Target Mini Pemerintah

Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah vaksinasi terbanyak di antara negara-negara ASEAN. Menurut data Our World In Data pada 5 Mei 2021, angka vaksinasi Indonesia jauh melampaui negara-negara tetangga.

Sebanyak 26,9 juta masyarakat Indonesia dilaporkan sudah menerima vaksin COVID-19. Capaian itu melampaui Kamboja (2,5 juta orang), Singapura (2,2 juta orang), hingga Malaysia (1,5 juta orang).

Meski begitu, negara-negara tetangga yang lebih lambat melakukan vaksinasi COVID-19 masih berani menaruh proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Singapura memperkirakan ekonominya bisa tumbuh 6% yoy pada 2021. Berselisih tipis dengan Indonesia, Malaysia menaruh proyeksi ekonomi 5,5% yoy pada tahun ini.

Target yang dipasang otoritas Singapura dan Malaysia itu berbanding lurus dengan proyeksi dari IMF. Menurut laporan IMF, dua negara tersebut ekonominya bakal tumbuh di atas 6% pada tahun ini.

Di sisi lain, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 4,3%, setara dengan skenario pesimis dari pemerintah.

Geliat Produksi Belum Memacu Tenaga Kerja

Indonesia terus mencatatkan kenaikan Purchase Managers’ Index (PMI) Manufaktur sejak awal tahun ini. Terbaru, IHS Markit melaporkan PMI Manufaktur Indonesia berada di level 55,3.

Capaian level PMI Manufaktur tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. IHS Markit pun mengindikasikan pasar tenaga kerja baru akan bergerak pada Juni 2021.

Keterlambatan pasar tenaga kerja ini yang menjadi biang kerok ekonomi Indonesia masih terkontraksi 0,74% yoy. Kepala Center Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) M Rizal Taufikurahman menyebut pelaku industri masih tertahan meningkatkan tenaga kerja karena masih coba mengamankan cash flow.

“Kontraksi ini artinya kita ketinggalan dalam menyerap tenaga kerja, meski produksi yang dilihat dari PMI nya terus meningkat,” kata Rizal dalam diskusi virtual, dikutip Rabu, 2 Juni 2021.

Lonjakan Kasus COVID-19 Masih Menghantui

Pasar tenaga kerja yang mulai pulih itu masih dihantui ancaman lonjakan kasus COVID-19. Usai libur lebaran, kasus aktif Indonesia telah menembus 100.000 pada Selasa, 1 Juni 2021.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan lonjakan kasus COVID-19 bakal mencapai puncaknya pada Juni 2021.

“Berdasarkan pengalaman empiris kita di setiap libur panjang sebelumnya yaitu libur panjang Natal dan Tahun Baru (Nataru), Idul Fitri, dan libur panjang lainnya tahun lalu, biasanya kenaikan itu akan sampai puncaknya sekitar 5-7 minggu. Jadi kemungkinan akan adanya kenaikan kasus diperkirakan sampai puncaknya di akhir bulan Juni,” ujar Budi dalam konferensi pers, Senin, 31 Mei 2021.

Direktur Riset Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Piter Abdullah berkata lonjakan kasus COVID-19 jadi ancaman paling dekat yang bisa meruntuhkan target mini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini.

Menurutnya, ekonomi Indonesia yang bersandar kepada aktivitas konsumsi rumah tangga sangat berkaitan dengan mobilitas masyarakat. Bila terjadi lonjakan kasus COVID-19 dan pembatasan mobilitas kembali diterapkan, bukan tidak mungkin ekonomi Indonesia tumbuh di bawah skenario pesimis pemerintah.

“Pergerakan masyarakat ini menjadi salah satu kunci dari tercapainya proyeksi pertumbuhan ekonomi pemerintah,” kata Yusuf kepada Trenasia.com, Rabu, 2 Juni 2021.

Akhir Juni masih jauh, namun lonjakan kasus COVID-19 sudah membuat pergerakan masyarakat kembali menurun. Menurut pantauan google mobility index, pergerakan masyarakat Indonesia ke retail dan rekreasi tercatat minus 5% per 28 Mei 2021.

Pergerakan ke tempat kerja bahkan terpantau berada di angka minus 11% usai libur lebaran. Sementara itu, pergerakan di area pemukiman berada di angka 5%.

Beda-Beda Proyeksi

Menurut Piter, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai minimal 5% yoy bila COVID-19 dan pergerakan masyarakat terkendali.

“Pertumbuhan minimal 5% yoy bisa dicapai Indonesia bila wabahnya terkendali dan vaksinasi COVID-19 berjalan optimal,” kata Piter.

Tidak berbeda jauh, Bank Indonesia (BI) menyebut ekonomi Indonesia bisa tumbuh maksimal 5,1% yoy pada tahun ini. Di sisi lain Menteri Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 6% yoy tahun ini.

Meski ditopang vaksinasi COVID-19 yang terus dioptimalisasi, sebagian besar konsensus proyeksi pertumbuhan ekonomi dari Kementerian/Lembaga (K/L) masih menaruh proyeksi di bawah 6%. Padahal, Juru Bicara vaksinasi COVID-19 Siti Nadia Tarmizi menyebut akan mempercepat laju vaksinasi hingga 1 juta orang per hari.

 “Kita dapat mempercepat program vaksinasi dan mengejar kekebalan kelompok,” kata Nadia dalam keterangan tertulis, Selasa, 1 Juni 2021.

Pemerintah Indonesia hingga saat ini masih belum satu suara soal proyeksi pertumbuhan ekonomi. Beberapa menargetkan ekonomi Indonesia hanya tumbuh moderat, sementara lainnya berani membidik target di atas 6% yoy. (RCS)